✧08: Let's have fun El✧

1.6K 67 0
                                    

Enjoy and Happy Reading...

✧(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠✧

"Ziel." Gumamnya menatap tak percaya gadis yang ada dihadapannya ini.

Keduanya sama-sama syok. Ziel masih tetap terpaku dengan sosok yang ada dihadapannya.

Sedangkan laki-laki itu segera menghampiri Ziel yang tengah terduduk diatas ranjang.

"Ngit!" Gumam Ziel dengan lirih.

Langit mengelus pelan kepala Ziel, sebelum akhirnya menjambaknya dengan keras.

"Ngit, sakit." Rintihnya kesakitan.

"Gue pikir lo cewek baik-baik. Ternyata udah gak ada harga dirinya juga. Gak sia-sia gue putusin cewek kaya lo, El." Tatapan tajam dan pernyataan Langit membuat Ziel sakit hati.

"Ngit." Lirihnya.

"Barang bagus."

"Kata-kata lo buat gue sakit hati." Lirih Ziel sambil menahan rasa sakit dikepalanya.

"Baguslah. Let's have fun, El." Ucapnya mulai menciumi bibir Ziel dengan paksa.

Dalam ciuman itu, Ziel merasa ada hal yang aneh dari sosok pria dihadapannya ini. Ciuman langit begitu kasar dan tak memberikan ruang untuk Ziel membalasnya.

5 Menit berlalu ia mulai melepaskan ciumannya. Ziel yang kehabisan nafas segera menghirup udara sebanyak-banyaknya.

Setelah itu, Langit mulai masuk kembali kedalam kamar mandi. Meninggalkan pertanyaan besar di benak Ziel.

Saat tengah melamun, tiba-tiba ia mendengar pecahan kaca dari arah kamar mandi. Buru-buru ia membuka kamar mandinya.

Langit telah memakai pakaiannya. Pandangannya tertuju pada cermin yang hancur dengan darah yang menetes dari sela-sela jari Langit.

"Langit, tangan lo." Panik Ziel segera menghampiri Langit.

Membungkus tangan itu dengan handuk yang ada disana.

"Lepasin, Ziel." Bentaknya.

"Darahnya semakin banyak. Gue harus obatin dulu luka lo." Sahutnya langsung membawa Langit untuk duduk di ranjang.

"Tetap disini dan jangan kemana-mana." Peringat Ziel.

Setelah peninggalan Ziel, pandangan Langit tertuju pada handuk yang membalut tangannya.

Emosinya belum tersalurkan. Ia mengepalkan tangannya dengan kuat.

Setengah jam berlalu, Ziel kembali mendatangi Langit. Terlihat darah yang mulai mengering, ia pun segera membersihkan lukanya.

Dengan telaten Ziel mengobati lukanya, sesekali Langit meringis menahan sakit. Setelah beberapa menit, Ziel telah selesai mengobati lukanya.

"Jangan lakukan hal itu lagi." Tatapan Ziel berubah sendu.

Manik mata Langit tertuju pada kelopak mata Ziel. Terlihat sisa genangan air di pelupuk matanya. Tatapannya tertuju pada pipi sebelah kirinya, yang terlihat mememar.

Ia mulai menyingkirkan helaian rambut Ziel dan melihatnya dengan seksama."Siapa yang nampar lo?" tanya Langit dengan sorot mata tajam.

Ziel menyingkirkan tangan kiri Langit dari pipinya."Gue gak papa." Balasnya menutup kembali pipinya dengan rambut.

"Bukan itu jawabannya. Gue tanya, siapa yang nampar lo?" ucapnya penuh penekanan.

"Gue gak papa, Ngit. Seriusan." Kekeuh Ziel.

Love and Revenge ( End )Where stories live. Discover now