✧24: Unilateral decision✧

1.3K 59 2
                                    

Enjoy and Happy Reading...

✧(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠✧

Dua Minggu Kemudian...

Setelah dua Minggu berlalu, kini Langit tengah menggeledah Apartemen Kakaknya. Ia harus tau, siapa ayah dari Rakael.

Selama satu jam ia belum menemukan apapun, hingga  pandangannya tertuju pada sebuah Ponsel yang terselip dibawah Meja Wastafel. Ia pun segera mengambilnya.

Langit segera menekan tombol powernya. Tapi tak kunjung menyala, ia pun segera mencari charger Ponsel ini.

Setelah menunggu selama lima menit, ia segera mengaktifkan tombol powernya lagi. Setelah menyala, ia segera mengotak-atik Ponselnya.

Dipanggilan terakhir tertera nama, dan selanjutnya ada nama Jaemy. Tapi semua panggilan itu tak terjawab.

Hingga Langit mulai menggeledah aplikasi galeri, dan menemukan banyak sekali foto-foto kebersamaan Kakaknya dan seorang laki-laki.

Ia seperti pernah melihatnya, buru-buru ia membuka Ponselnya dan mencari kontak seseorang. Dapat ia lihat, cowok itu adalah Kakak dari Ziel.

"Sialan! Jadi ini alasan si brengsek Jaemy gak ada kabar." Hardik Langit yang mulai terlihat emosi.

Setelah itu, Langit mulai meninggalkan Apartemen Kakaknya. Ia mulai kembali menuju Rumah Sakit.

Sesampainya dikamar inap Murel, Langit tak mendapati keberadaannya. Apalagi seorang Suster tengah membereskan tempat tidurnya.

"Suster, dimana Pasien yang menempati kamar ini?" tanya Langit.

"Pasien sudah dipindahkan ke Rumah Sakit Jiwa."

Deg

"Gak mungkin, siapa yang menyuruh kalian memindahkan Kakak saya?" hardik Langit.

"Maaf Mas, ini perintah dari Ayahnya Mba Murel." Sahut Suster itu dengan takut.

Langit segera meninggalkan Rumah Sakit,  dan berlalu menuju Hotel yang ditempati David dan Tasya.

✧✧✧

Sesampainya di Hotel yang ditempati David dan Tasya, Langit segera membuka paksa salah satu kamar Hotel. Setelah pintu terbuka dengan keras, Langit mulai mencengkram kerah kemeja David, yang tengah sarapannya di dengan Mamanya.

"Langit apa yang kamu lakukan!" Bentak Tasya.

"Kenapa Papa melakukan hal itu? Kak Murel gak gila, kenapa Papa kirim dia ke Rumah Sakit Jiwa?" tanya Langit penuh kemarahan.

David melepaskan cengkraman Putranya, hingga terlepas.

"PAH!" Bentak Langit.

"Turunkan nada bicaramu." Seru David dengan tegas.

"Lalu apa alasan Papa kirim Kak Murel ke Rumah Sakit Jiwa?Dia tidak gila." 

"Kakakmu sudah gila, Langit. Dia sudah kehilangan akal sehatnya. Biarkan Murel berada disana, itu demi kebaikannya." Ucapan Tasya membuat Langit tak habis pikir.

Love and Revenge ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang