Pengajian - Gempa

1.4K 153 35
                                    

"CINTA SATU MALAM, OH INDAHNYA," Suara dari (Nama) digelontorkan dari tenggorokan panas dalamnya, mengudara di sepenjuru mobil. (Nama) bosan karena macet tak kunjung terurai sejak satu jam ia terjebak di kilometer ini, makanya ia memutar playlist angkot jedag jedug DJ remix.

Mumpung di mobil sendiri, gapapa kali mengeluarkan jati diri dikit.

"CINTA SATU MALAM BUATKU MELAYANG," (Nama) menggoyangkan pinggulnya di bangku kemudi, menyentak setirnya lalu menggoyangkan anggota geraknya seirama dengan beat musik.

"WALAU SATU MALAM, AKAN SELALU KUKENANG DALAM HIDUPKU. TARIK MASSSSSSS—CINTA SATU MALAM OH INDAHNYA. CINTA SATU MALAM, BUATKU MELAYANG,"

Gempa duduk di seat di sebelah (Nama), lalu bertanya, "Gapapa nih aku numpang mobil kamu?"

"Yaelah santai kali." Ucap (Nama).

—That's how we already know winter's here.

Lagu itu mengalun di mobil (Nama).

Gempa menoleh ke arah dasbor mobil temannya lalu kembali bertanya, "Wah, lagu Travis Scott. Kalau boleh tau, kamu suka musik yang gimana?"

(Nama) tertawa sok keren sebentar, "Oh selera musik aku? Oke aku kasih tau, tapi jangan kaget ya?"

Gempa mengangguk.

"Ya aku suka RnB gitu. Kayak, I love Abel, atau lagu-lagunya Whitney Houston atau Mariah Carey sih." (Nama) tertawa renyah lagi, sambil fokus menyetir.

"Wah selera kamu kayak elit banget gitu ya?" Gempa menyahut dengan senyum.

TIN! TIN! TINNNNNNNNN!

Setelah membunyikan klakson lima ribu kali, muka (Nama) memerah karena marah, "BANGSAT TUH MOBIL, NYETIR KAYAK JALAN PUNYA BAPAK LO AJA. NYETIR PAKE MATA LAH GOBL—

Gempa mengerutkan dahi, menyaksikan mobil dari belakang menyalip dengan bahu jalan ke depan mobil yang ditumpanginya bersama (Nama) sebagai pengemudi.

"Aduh. Itu ada yang nyalip, kamu nggak marah?" Khawatir, Gempa bertanya pada (Nama).

"Marah? Astagfirullah, engga lah. Aku ini belajar buat berempati untuk sesama manusia. Masa gitu doang marah? Kita kan nggak tau mereka dalam kepentingan apa. Siapa tau mereka lagi buru-buru ke rumah sakit atau gimana gitu." Dengan suara bidadarinya, (Nama) menjelaskan. Gempa mengangguk-angguk sambil menyembunyikan kekagumannya.

"Wow. Kamu baik hati banget yaaaa." Puji Gempa.

"BANGSAT, BEKAS MAKANAN KAPAN NIH, MASIH ADA DI MOBIL GUE? PANTESAN BAU BUSUK, KAYAK LAGI NYIMPEN MAYAT DI BAGASI!" (Nama) menekukkan pinggangnya di kursi kemudi untuk menjangkau bekas makanan di jok belakang lalu mencium permukaan sterofom itu. "HUEKKKKKKKKKKKK."

"(Nama), mobil kamu wangi ya? Kamu pake pengharum apasih?" Gempa membau aroma lembut di sekitarnya.

(Nama) menyemprotkan parfum ke tubuhnya, lalu mengembangkan senyum percaya diri, "Aku pake diffuser biasa sih. Seringnya beli yang rasa citrus. Aku suka yang wangi-wangi gitcuuuu. Mobil aku emang selalu wangi."

(Nama) memberhentikan mobilnya di parkiran khusus orang habis keluar dari jalur drive thru seoongok restoran cepat saji. Pasalnya ia mau makan burgernya di mobil.

"Eh, (Nama)." Terkejut bukan main karena tiba-tiba ada suara dari mobil di sampingnya, (Nama) nyaris melepehkan seladanya keluar mulut.

"NGEGETIN AJA SIH BANGS—" (Nama) menyapa si sosok itu lalu menjeda kalimatnya. "—Bang ... B-b-bang ganteng."

Boboiboy OneshootWhere stories live. Discover now