Snowdrop - Thorn

1.2K 140 3
                                    

Amato masih belum menerima kematian keluarganya. Amato tidak mampu merelakan sang istri dan Thorn yang tidak selamat.

(Nama), sebagai satu-satunya yang tersisa sesudah kecelakaan mobil itu, hidup dalam kesepian selama bertahun-tahun.

(Nama) merasakan gondok mengakar di akal sehatnya. Padahal istrinya Amato—ibu dari (Nama)—bahkan telah menyelingkuhinya dengan berondong tua, dan Thorn, orang itu bukan sama sekali anak kandung Amato. Dia cuma anak pungut yang diadopsi Amato dari panti asuhan karena Amato menginginkan anak lelaki sebagai pewarisnya.

Amato mengurung dirinya di laboratorium, sok sibuk bekerja, menterlantarkan (Nama) di mansion mereka yang jauh dari mana-mana. (Nama) dibuatnya terkurung dalam kesendirian.

Padahal (Nama) punya ayah. Tapi (Nama) merasa ia telah menjadi yatim piatu.

(Nama) muak dengan ayahnya. Amato tidak mau dibujuk makan, Amato membentak (Nama) dengan garang ketika (Nama) memintanya menjaga kesehatan, dan Amato tak menganggap putrinya itu ada. (Nama) pergi ke Kuala Lumpur, kabur dari suasana pelik di rumahnya beralasankan menunaikan kuliah disana. (Nama) bahagia, karena ia dapat hidup normal di lingkungan normal; secara konsekuen menjadi bagian dari masyarakat, dan jauh dari perlakuan-perlakuan buruk Amato.

Tapi, hari kelulusannya datang. (Nama) direkrut oleh pemerintah sebagai petugas kementrian di departemen ketenagakerjaan. Ia punya tiga bulan sebelum ia disahkan dan bertugas di unit pemerintah daerah.

(Nama) ingin menengok Amato. Pria itu semestinya sudah tua, dan memang dikabarkan sakit-sakitan. Setidaknya, ini akan menjadi pertemuan terakhir mereka, sebab (Nama) akan dilantik sebentar lagi.

(Nama) berkunjung ke Pulau Rintis, ke rumahnya. Mansion Amato sama seperti sejak ia meninggalkan bangunan tua ini. Sunyi. Terlalu lapang dan banyak sarang laba-labanya. Seperti kastel vampir. Figura foto keluarganya menempel agak miring di dinding; paku penyangganya menyeruak, hampir copot karena permukaan betonnya terkikis oleh cat yang retak-retak.

Amato menyambutnya alakadarnya. Ia tak banyak bicara, begitulah ...

(Nama) tidur di kamar lamanya, kasur itu terasa reyot dan bergoyang-goyang karena tidak stabil. Well, salah satu dari empat kaki penopangnya telah lapuk dimakan rayap, jadinya memang begitu keadaannya.

Seminggu telah berlalu. Sebetulnya rumah ini tak begitu buruk. Banyak kenangan-kenangan memorik terkandung di tiap sekatnya.

Tapi malapetaka datang.

Ketika salah satu kenalan ayahnya, Bang Kaizo menuturkan; Amato sudah lama dipecat. Sejak kecelakaan itu, Amato diberhentikan karena tidak lagi mengisi absen.

Artinya, selama ini Amato menganggur. Lantas, apa yang dikerjakan Amato seharian di lab?

Pekerjaan terakhir Amato ialah sebagai pengkaji ilmiah yang disuruh mengembangkan jurnal mengenai steroid—bahan ilegal serupa narkoba—dan digaji dari sana setiap ia menyetorkan temuannya pada Bang Kaizo.

Dan hari itu datang,

Hari dimana Amato mengetuk kamarnya, dan memperlihatkan sekujur tubuhnya yang gemetaran hebat.

"Aku berhasil! Aku berhasil! Dia hidup! Kakakmu hidup!"

Lalu Amato ambruk ke lantai. Tidak ada denyut nadi di pergelangan tangannya. Ini tidak benar. Tidak ada apapun yang terlihat seperti penyebab kematiannya di tubuh sehat itu. Selain area kain kemeja di dadanya; kusut, karena dicengkram kuat.

(Nama) berfirasat buruk, (Nama) berlari ugal-ugalan ke laboratorium ayahnya.

Dan benar dugaannya. Anak pungut yang begitu disayangi ayahnya itu, seorang anak perebut kasih sayang orang tua (Nama), menatapnya sambil duduk bersimpuh di lantai bercecerkan darahnya sendiri.

Boboiboy OneshootWhere stories live. Discover now