Superhero - Boboiboy

1.9K 160 35
                                    

(Chapter ini sudah tersedia versi booknya)

"Apa misimu sudah cukup jelas, Laksamana (Nama)?" Kokoci lagi-lagi bertanya, tidak ingin taruna terbaiknya mengalami kekurangan apapun.

"Tidak. Ini simpel, 'kan? Tangkap Nebula; hidup atau mati." Senyuman itu timbul seperti torehan kepercayaan diri dari wajah pongah sang agen antariksa.

"Kami akan membantu." Keluarlah Kapten Kaizo, Sai dan Shielda dari lorong.

"Benar. Buatlah tim. Nebula bisa menghancurkan nibiru. Kamu akan kesulitan nanti." Laksamana Tarung memperingati. Misi ini susah. Sungguh.

"Ah, tidak perlu. Aku ini tangguh. Aku hebat. Aku seorang senior. Malah, jika aku membawa banyak personil, takutnya mereka akan menghambat mobilisasiku." (Nama) menolak.

Dan (Nama) menyesal. Nebula bahkan tidak nyata. Dinamakan demikian pun karena entitas itu tidak bertubuh konkret. Keberadaannya terdiri dari debu, gas, dan plasma. Dia itu awan antar planet yang kebetulan hidup dan kerjanya mengacau.

(Nama) duduk di kokpit kapal ruang angkasanya, mencoba mengakses panggilan darurat pada markas TAPOPS. Namun ia tidak bisa. Entiti mahahebat bernama Nebula itu mampu memutus sinyal.

"Dia itu apa?! Memang dia dark matter? Kurang ajar!" (Nama) memfungsikan keseluruhan mesin jet pada kapalnya, tak membiarkan Nebula mempertipis jarak padanya.

(Nama) membelokkan setirnya ke manuver menukik tajam, hendak menghunjam diatas ligatur, bertujuan bersembunyi diantara puing-puing bekas tragedi supernova di sekitar sini.

Namun Nebula lebih dulu meluncurkan sekelebat bayangan plasma yang membentuk jotosan tangan, memukul bagian bodi pesawat berisi bahan bakar. Panel-panel pesawatnya hancur, sedangkan sisa dari kerangka unit itu terbakar sambil menubruk lapisan-lapisan pelindung dari exoplanet terdekat.

Menyaksikan semut kecil berupa onggokan pesawat itu telah berhasil dimusnahkannya, Nebula meleburkan diri menjadi gas dengan kerapatan rendah, melayang-layang di angkasa raya, dan pergi begitu saja.

-

(Nama) terbangun karena pancaran sinar yang menyerupai matahari melingkupi segenap tubuh kerempengnya. Ia merasakan perih di sekitar betis luarnya, seperti luka bakar. Ia terbaring dengan posisi setengah tertimbun puing-puing badan pesawatnya. Pelapis seng anti peluru di area sayap kanan pesawat ruang angkasanya hangus terbakar karena pijaran api kosmik dari masalah korsleting mesin, menyisakan kerangka titanium yang menyambung pada bagian kokpit.

(Nama) mengecek bandul kalung merahnya.

Syukurlah. Masih ada.

"Lihat apa yang kamu perbuat." Ucap seseorang.

(Nama) mengedarkan pandangannya, ingin tahu siapa yang bicara padanya. Bukannya ditolong atau apa, ia malah ditodong pertanyaan semacam itu.

Sesosok manusia—atau makhluk mirip manusia—datang bersama sekoloni makhluk jamur dibelakangnya. Gila apa? Jamur itu punya mata, hidung, mulut, tangan, kaki, dan kesadaran! (Nama) melongo memerhatikannya. Dan si manusia ... entah, (Nama) kurang yakin ia dapat digolongkan manusia atau bukan. Sebab Kaizo, teman kerjanya, memang sama persis seperti manusia. Tapi Kaizo jelas-jelas tidak berasal dari bumi. Kembali ke laptop pemindaiannya; manusia ini bertudung oranye, tapi matanya dapat dilihat dari bawah sini, matanya cokelat karamel, dan rambutnya hitam. Ia berpakaian selayaknya manusia. Cukup mengejutkan sebetulnya, mengetahui alien bisa mengerti tren fashion. Soalnya, (Nama) dibuat speechless ketika Kaizo meminta pendapatnya soal berbagai model celana patalon di katalog merek busana dari bumi.

Boboiboy OneshootWhere stories live. Discover now