Abang - Taufan

1.8K 176 45
                                    

Sayup-sayup, suara obrolan dua insan masuk ke kanal-kenal telinga (Nama). Sebagai respon, (Nama) perlahan-lahan berusaha menangkap isi pembicaraan intens itu.

"Bumi itu bentuknya donat, Fan." Gopal meyakinkan sobatnya, si Taufan.

Anjir. Hal pertama yang didengarnya ialah konspirasi bentuk bumi. (Nama) mengerjap, membiasakan diri pada pencahayaan di ruangan itu yang datang dari lampu di langit-langit. Diperhatikan sebentar, bohlamnya memancarkan cahaya bias. Mengedip sebanyak tiga kali, matanya baru dapat beradaptasi. (Nama) cukup tergucang mengetahui dirinya terbaring tanpa daya dengan kanul pernapasan di ranjang rumah sakit. Tabung humidifire bergejolak diatas kasurnya. Labu infus menetes seirama dengan detak jarum jam pada dinding di sebelah televisi portabel. Bau obat dan disinfektan menyeruak dari sekitar.

(Nama) menangkap figur bertopi biru yang membelakanginya.

(Nama) tidak bisa lihat siapa orang itu karena ia memunggungi (Nama), dan (Nama) ingin tahu kenapa dirinya bisa tergolek disini seperti tubuh berdaging tanpa ruh. Pinggangnya pegal sekali. Kakinya kaku. Untungnya (Nama) masihlah dapat menggerakkan seluruh anggota geraknya meskipun masih terbata-bata.

Jarinya bergerak sedikit, menunjukkan reaksi kecil yang dinotis Taufan.

"(NAMA)!" Seru Taufan, berteriak melengkingkan suaranya.

"Wah dia bangun!" Gopal beranjak pergi dari kursi, mendekat pada (Nama). Ranjangnya diapit oleh kehadiran Gopal dan Taufan.

"Aku panggilkan dokter dulu deh." Gopal cepat-cepat pergi ke luar ruangan.

"(Nama), kamu bangun jugaaaaaaaaa!" Taufan bertempik kuat-kuat. Air mata timbul dibawah matanya. "Aku khawatir banget banget banget, tau. Aku kira kamu ninggalin aku!"

(Nama) berupaya buka suara, "Kamu siapa?"

-

Setelah diperiksa oleh dokter, satu-persatu alat penunjang kehidupan dapat dicopot dari tubuh (Nama). (Nama) kesal ketika selang yang terhubung langsung ke lambungnya dilepas melalui hidung; rasanya agak sakit di leher.

Dokter bilang, (Nama) koma selama satu tahun setengah karena kecelakaan lalu lintas. Bisa dilihat, luka bakar pada sikunya masih berbekas, dan kuku tangannya sedikit terkikis. Mengejutkannya lagi, (Nama) amnesia.

(Nama) tidak ingat bagaimana ia dapat terlibat kecelakaan, dan mengalami gegar otak ringan sampai koma sebegitu lamanya. Fraktur tulang yang hingga kini menyisakan rasa nyeri pada pinggul bagian kanannya menjadi salah satu dari sekian bukti bahwasanya dokter itu tidak bohong. Rasa nyeri itu cukup merepotkan, (Nama) banyak melepehkan keluhan ketika ia diminta latihan berjalan dengan kruk karena cedera semacam itu. Untunglah Taufan selalu ada disana untuk membantu.

Taufan mengaku sebagai abangnya. Ia menjadi satu-satunya orang yang bolak-balik menjenguknya selama (Nama) koma, tak pernah hilang harapan.

Sejujurnya ini cukup canggung; meski Taufan itu abangnya, dan Gopal juga memperkenalkan diri sebagai sahabatnya (Nama), (Nama) belum sepenuhnya mencerna keadaan. Ia bahkan melupakan nama lahirnya sendiri. Ia tidak ingat silsilah keluarganya, dimana dia bersekolah, apa warna kesukaannya, konser musik apa saja yang dihadirinya selama ini dan hal hal vital lain.

Ketika Taufan dan Gopal menceritakan berbagai hal, (Nama) lumayan terkejut karena dirinya tak memiliki latar belakang hidup yang baik; sebelumnya ia bekerja sebagai pengacara di law firm di ujung jalan, terletak persis dua gedung disebelah di rumah sakit ini, dan oleh karena pekerjaannya itu, (Nama) diikut-sertakan dalam penyelidikan intensif dan malah ditabrak oleh terdakwa yang hendak dilawannya di pengadilan.

Boboiboy OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang