001

428 51 3
                                    

Pagi harinya aku bangun kesiangan. Ini menjadi masalah besar. Karena selain punya kafe aku adalah salah satu manajer di sebuah perusahaan besar di kota ini. Tidak terkecuali kalau bos nya adalah Tn. Thomas. Dia sangat baik sekali padaku. Namun jika mengingat hal yang dia katakan dulu membuatku sadar bahwa dia tidak murni baik padaku. Mungkin dia hanya merasa kasian kepada orang sepertiku.

Aku mulai menyiapkan segalanya untuk keperluan berangkat ke kantor. Setelah memerlukan waktu yang cukup lama, akhirnya semuanya selesai. Aku menatap diriku sendiri di kaca rias. Setidaknya penampilanku lebih baik sekarang. Waktunya berangkat bekerja.

Setelah mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, aku sampai di sebuah gedung pencakar langit. Aku memasukkan mobil ke dalam basement. Disana tempat para karyawan perusahaan menaruh kendaraan pribadinya.

Aku memakirkan mobilku di paling ujung, karena beberapa tempat sudah penuh dengan mobil karyawan lain. Lalu aku mematikan mesin mobil dan mengambil tasku lalu keluar dari dalam mobil. Aku mengunci pintu mobil dan berjalan ke arah lift.

Bahkan aku lupa sarapan di apartement. Tidak masalah. Aku bisa sarapan nanti di kantin perusahaan. Setidaknya jika ada waktu longgar. Tn. Thomas pasti akan memarahiku jika tahu aku terlambat masuk kantor.

Aku segera menuju ke ruangan kerjaku, setelah absen tentunya. Aku pikir semua akan baik-baik saja, sesaat setelah Tn. Thomas meneleponku agar segera keruangannya. Aku mengambil berkas-berkas yang dia minta dan segera menuju ke ruangannya di lantai paling atas.

Sesampainya di ruangan Tn. Thomas, aku mengetuk pintu beberapa kali dan setelah orang di dalam sana menyahuti, aku megera masuk ke dalam. Di meja itu terdapat nama Tn. Thomas sebagai kepala perusahaan ini. Dia atasanku yang selalu aku hormati.

"Selamat pagi Tuan, ini berkas yang anda minta," aku memberikan berkas-berkas itu padanya.

"Kau terlambat nona Raina?" tanya Tn. Thomas yang membuatku hanya bisa tersenyum tipis, "Aku memaafkan kesalahanmu kali ini, karena kau sudah berhasil melaksanakan tugasmu dengan baik," lanjutnya.

"Baiklah Tuan, ada lagi yang bisa saya bantu?" tanyaku sopan.

"Tidak, kembali bekerja," perintahnya.

Aku segera undur diri dari ruangannya, kembali ke ruanganku.

Tidak terasa, aku bekerja sudah tengah hari dan ini adalah waktu untuk makan siang. Aku membereskan perlengkapanku yang berantakan di meja. Aku membereskan berkas-berkas penting dan menaruhnya dalam laci meja. Lalu aku mengambil ponselku yang sejak tadi pagi belum kusentuh sedikitpun.

Disana tertera nama Kenzie yang mengirimku pesan. Tapi aku malas bertemu dengannya. Jadi aku segera menuju ke kantin perusahaan.

Tetapi setelah sampai di kantin, sepertinya dunia tidak berpihak padaku. Aku bertemu Kenzie yang sedang malan bersama teman-temannya. Kenzie menatapku dan melambaikan tangan ke arahku. Aku menghela napas dan Kenzie segera menemuiku.

"Kenapa bisa terlambat, Ra?" tanya Kenzie.

"Bukan urusanmu Mackenzie," ucapku ketus.

Kenzie tersenyum tipis, "Dengar... aku sudah menawarkanmu sejak dulu untuk pindah ke sebelah apartementku," ucap Kenzie.

"Aku tidak tertarik," ucapku.

"Tapi aku bisa memberimu tumpangan setiap pagi kalau mau," ucap Kenzie masih berpendirian teguh.

"Berhentilah menawariku omong kosong, Kenzie. Aku punya mobil pribadi," aku mengambil lauk dan nasi sebagai sarapanku hari ini. Lebih tepatnya makan siang, karena aku tidak sempat sarapan.

"Tapi bisa saja mobilmu mogok di jalan,"

"Sebenarnya apa yang kau mau dariku?" tanyaku langsung ke Kenzie.

HiraethWhere stories live. Discover now