004

220 23 0
                                    

Aku menatap sebuah rumah yang tidak ada tanda-tanda pergerakan di depan sana. Aku menurunkan kaca mobilku. Menatap kanan dan kiri, memastikan tidak ada yang mengenaliku. Lalu tatapanku beralih lagi ke rumah besar di depan sana. Aku menghembuskan napas, selalu saja seperti ini. Aku menunggu beberapa saat hingga muncul seorang wanita dengan pakaian khas asisten rumah tangga. Dia membuka pintu gerbang, ditangannya ada sampah plastik hendak dia buang. Tetapi itu semua hanya pencitraan saja, sampah itu hanya salah satu hal yang dia lakukan untuk menutupi tindakanku saat ini.

Tidak lama setelah itu, asisten rumah datang ke arah mobilku, setelah dia membuang sampah tentunya. Aku menatapnya beberapa saat, hingga mengangguk mengambil sebuah papper bag dari dashboard mobil. Aku memberikannya pada asisten itu.

"Seperti biasanya ya, terima kasih," ucapku yang langsung diangguki oleh asisten itu.

Asisten itu mengangguk dan segera kembali ke gerbang rumah, berniat masuk ke dalam rumah. Aku menatapnya dan beralih menatap rumah itu lagi. Itu adalah rumah dengan banyak sekali peristiwa maupun riwayat perjalanan hidupku. Tapi aku tidak ingin kembali ke rumah itu lagi. Apapun alasannya, aku tetap tidak ingin kembali.

Sejak aku memutuskan untuk keluar dari rumah itu, aku sengaja memasukkan asisten yang tadi sebagai orang yang bekerja di rumah ini. Aku melakukan itu untuk memantau situasi di rumah. Tidak banyak yang aku lakukan, hanya menyeludupkan mata-mata ke dalam rumah itu. Rumah yang selama ini menjadi saksi bisu kenangan lamaku.

Aku menaikkan kaca mobil, dan melajukan mobilku membelah jalanan malam ini. Menatap lampu-lampu pada malam hari. Lalu juga ada beberapa pengendara yang melintas sepanjang jalan. Masih dengan memikirkan kenangan lama itu semakin membuatku merasa... hilang?

Aku membanting stir mobil berbelok ke arah kompleks apartemenku. Lalu mobilku masuk ke dalam basement. Aku segera memakirkannya dengan rapi, dan mengunci mobilku, segera naik ke atas menuju kediamanku saat ini.

Setelah menaiki lift dan berjalan menuju apartemenku, hingga akhirnya aku sampai di dalam. Aku menutup pintu, dan mengedarkan pandangan. Apa-apaan ini semua? Meskipun apartemenku tergolong kecil, tapi sudah nyaman aku tinggali selama ini. Tapi bagaimana jika saat pulang ke rumah melihat semuanya sudah berantakan apakah akan tetap bisa marah?

Aku membulatkan mata melihat sofaku yang sudah hancur dikoyak oleh sebuah cakaran kecil. Aku berjalan menuju sofa itu dan meneliti kerusakannya, ini tidak terlalu parah, tapi kurasa tidak bisa aku perbaiki. Lalu aku mulai berjalan ke arah dapur, melihat jika barang-barangku sudah hancur seperti kapal pecah. Bumbu masakanku terguling di lantai, bahkan ada yang pecah dan harus dibersihkan. Aku menatap sebuah makhluk kecil berbulu putih yang sedang mengoyak daging ikan di sebuah penggorengan. Aku menepuk jidat.

Aku mengambil makhluk kecil itu yang bulunya sudah berantakan, "Hazel kau membuat kekacauan lagi di apartemenku," ucapku membawa kucing kecil itu ke dalam kandangnya.

Meong...meong...

Aku tidak bisa marah. Meskipun Hazel membuat ulah, tapi aku tetap tidak bisa memarahi kucing kecil lucu dan menggemaskan ini...

"Huh, baiklah, kurasa aku hanya memberimu hukuman ringan saja," ucapku yang akan memasukkan Hazel ke dalam kandangnya, "Tapi kenapa kandangmu masih terkunci? Kau bisa keluar lewat mana?" tanyaku menatap kandang Hazel yang masih terkunci.

Aku membuka kandang Hazel, memasukkannya ke dalam, "Tetaplah disini menjadi kucing yang baik, aku akan membereskan kekacauanmu kali ini, Hazel," ucapku.

Saat aku hendak bangkit, aku melihat Hazel yang keluar dari dalam kandang. Kucing kecil itu dengan mudahnya keluar tanpa lecet. Hazel melewati antara dua besi di kandang itu. Aku sekarang mengerti kenapa Hazel bisa keluar meskipun kandang masih tertutup rapat. Inilah alasannya, karena kandang ini sepertinya terlalu besar untuk Hazel. Kucing itu masih bisa keluar dari dalam kandang. Kurasa aku harus membelikan Hazel rumah baru, agar tidak bisa keluar dengan mudah lagi.

Aku mengambil Hazel dan aku letakkan di sebuah kardus yang tidak ada isinya. Aku yakin dia tidak akan bisa keluar dari dalam kardus tersebut. Setelah mengamankan si pembuat kekacauan, aku segera membersihkan semuanya. Tidak banyak yang aku lakukan, hanya membersihkan kekacauan yang di buat oleh Hazel dan membuat makan malam untuk diriku sendiri. Aku mendengar Hazel yang terus mengeong di dalam kardus. Aku tersenyum simpul. Pasti kucing itu sedang protes hendak keluar dari dalam kardus, tetapi tidak bisa.

"Mungkin aku harus membelikanmu rumah baru, Hazel," ucapku menatap kucing kecil dalam kardus itu yang sejak tadi mengeong meminta dikeluarkan.

Aku mengeluarkan ponselku dari dalam saku. Lalu menegetik beberapa pesan untuk Lyn. Menunggu beberapa saat hingga Lyn membalasanya. Tiba-tiba saja ponselku berdering pelan, telepon dari Lyn. Aku segera mengangkatnya.

"Kenapa lagi dengan Hazel?" tanya Lyn di telepon.

"Kau tahu tempat yang menjual rumah kucing?" tanyaku langsung ke intinya.

"Yaa... aku tahu satu tempat, disana banyak sekali menjual perlengkapan hewan. Aku akan mengirimkan lokasinya padamu,"

"Baiklah terima kasih, Lyn,"

"Tidak masalah, Rain,"

Lyn segera menutup panggilan telepon. Kemudian dia segera mengirim lokasi tempat yang menjual perlengkapan hewan. Aku melihat lokasi yang dia kirimkan. Baiklah, mungkin besok aku harus kesana untuk mencarinya sendiri. Mataku beralih ke nomor telepon toko itu. Ternyata mereka juga meninggalkan nomor telepon di medianya. Aku menghubungi nomor iitu. Mengetik beberapa pesan jika aku ingin membeli rumah baru untuk Hazel.

Halo?

Hi!

Selamat datang di toko perlengkapan hewan kami! Kami menjual berbagai perlengkapan mulai dari rumah hewan hingga perlengkapan lainnya yang sangat bermanfaat! Pelanggan dijamin puas berbelanja di toko kami! Selamat berbelanja!

Jika ada pertanyaan bisa ditanyakan langsung, kalau kami tidak kunjung membalas anda bisa mengirim surel ke cutieanimal.www.co

Aku mengirim beberapa pesan lagi, dan balasan pesan datang secepat kilat tanpa di duga sebelumnya. Hingga finalnya aku hendak melihatnya langsung besok ke toko itu. Aku sudah membuat janji besok.

Lalu aku melihat Hazel lagi yang sudah tertidur di dalam kardus, "Kau akan mendapat rumah baru, Hazel,"

Selama ini aku hanya hidup berdua dengan Hazel. Jadi aku sudah menganggap kucing itu sebagai teman dalam hidupku. Hazel yang tahu segalanya bagaimana bagian terburuk dalam hidupku selama ini. Hazel juga yang menemaniku selama aku merasa terpuruk seorang diri. Oleh karena itu, aku mengurus Hazel sebagai teman dekatku sendiri. Sampai waktu berlalu berapa lamapun, aku tetap akan bersama Hazel. Karena tidak ada orang lain yang bisa kupercaya lagi.

***

Hola hola!
Aku kembali lagi dengan chapter ini. Mungkin kaliam akan sering ketemu Hazel (dia gemesin kok)

Mungkin mulai chapter depan kalian mulai jadi detektif. ehe spoiler dikit.

Okay, maaf kalo telat update, sibuk nugas ni :(

Semangat ya kalian. luv.

tertanda,
Lemon istri Choi Soobin selingkuhan Dpr Ian


HiraethWhere stories live. Discover now