005

224 26 1
                                    

Matahari masuk ke dalam kamarku yang gelap tanpa adanya cahaya satupun. Aku mengucek mata beberapa kali, dan menguap. Mataku berkedip, menyesuaikan cahaya yang masuk. Lalu aku duduk mengumpulkan nyawa terlebih dulu. Aku meregangkan tubuhku, dan kemudian melihat jam di meja nakas. Masih ada beberapa waktu sebelum berangkat bekerja lagi.

Aku bangkit dari ranjang, berjalan ke arah kamar mandi. Hingga beberapa saat kemudian aku selesai mandi dan berpakaian. Aku keluar dari kamar, dan menuju dapur untuk membuat sarapan. Oh iya, aku lupa Hazel belum sarapan. Aku menyiapkan susu untuk Hazel. Pasti dia lapar.

"Hey, kau pasti lapar..." ucapku kepada kucing itu.

Meong...meong...

Setelah selesai memberi makan Hazel, aku segera membuat sarapanku sendiri. Aku memanggang roti, dan segera menyiapkan selai yang berada di lemari atas. Setelah roti yang ada di panggangan matang, aku segera mengoleskan selai.

Dulu aku paling menyukai momen makan di meja makan. Tetapi sekarang rasanya hambar. Seolah makan dengan roti dan segelas susu menjadi kebiasaan baruku sekarang. Tidak ada lagi makan dengan masakan Ibu, dan canda tawa di meja makan. Semuanya lenyap dalam sekejap. Aku merindukan masa-masa itu, dimana aku tidak perlu memikirkan banyak hal di dunia ini sendiri.

Aku segera menghabiskan sarapanku, dan menyiapkan barang-barangku untukku bawa ke kantor pagi ini. Aku membawa beberapa dokumen untuk ku serahkan pada Kenzie, karena dia bagian pemasaran. Lalu aku bergegas menyambar kunci mobil di gantungan kunci, mengambil kunci apartemen, dan menutup pintu. Aku segera menuju ke basemen, dimana mobilku terparkir disana. Aku segera melajukan mobilku menuju kantor.

Sesampainya di kantor aku menemukan sebuah kotak makan yang ada di meja kerjaku. Aku menatap sekeliling, mencoba mencari orang yang memberikan kotak makan ini padaku. Tidak ada note atau kertas apapun di atasnya. Seolah yang memberikan ini sengaja ingin membuatku bingung. Lalu bagaimana aku bisa mengembalikan kotak makannya jika nama pemberinya tidak aku ketahui?

Aku menyalakan komputer di depanku, mencari data-data yang harus aku revisi ulang. Setidaknya aku harus menyelesaikan hari itu juga. Baru bisa diajukan kepada atasan untuk mendapat persetujuan. Aku mengetik ulang beberapa kata yang salah, dan merekap hasil akhir biaya yang akan dikeluarkan.

"Rain!" Kenzie tiba-tiba datang sambil membawa sebuah berkas.

Aku beralih menatap Kenzie, "Kenapa?" tanyaku.

"Kau tahu tidak jika Bos bekerja sama dengan perusahaan raksasa itu?"

Jariku yang berada di atas keyboard langsung berhenti. Aku menatap Kenzie beberapa saat, lalu memalingkan muka ke komputerku lagi, "Lalu?"

Kenzie menepuk dahinya sendiri, "Itu artinya kita akan berbisnis bersama perusahaan itu!" ucapnya gemas karena aku bersikap dingin.

"Iya aku tahu, apa masalahnya?" tanyaku mulai menggerakkan jemariku lagi.

"Julia yang merekomendasikan untuk bekerja sama!" ucap Kenzie yang langsung membuatku terdiam, "Saat rapat dia datang mewakili bosnya, dan sepakat untuk berbisnis bersama," lanjutnya menarik kursi di sebelah lalu duduk di samping meja kerjaku.

Aku menerawang jauh ke luar, sebenarnya apa yang diinginkan Julia? Dia menjual tokonya, dan memilih bekerja di sebuah perusahaan besar. Dia juga dengan mudahnya di terima sebagai sekertaris bosnya. Sekarang dia berencana membuat kedua perusahaan ini berbinis bersama. Aku mengambil polpen di kotak, dan menulis sesuatu di note. Lalu aku memberikannya kepada Kenzie.

Ramen pedas jumbo tanpa pangsit.

Kenzie membacanya dan tersenyum menyerigai. Lalu dia memasukkan ke saku kemejanya yang putih. Menatapku dan mengacak rambutku pelan. Aku mengaduh tertahan dan berakhir menggeram kesal.

Hiraethजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें