008

169 23 0
                                    

Setelah pulang dari kafe aku berniat mampir ke sebuah supermarket dekat kafe. Aku butuh beberapa makanan ataupun snack untuk dimakan nanti malam. Satu hal lagi, aku juga butuh makanan kucing karena stok makanan Hazel juga habis. Aku segera memasukkan rumah kucing ke dalam bagasi mobil dan menutupnya. Lalu aku berjalan ke arah kemudi mobil, masuk ke dalam dan menutup pintu. Aku mulai menghidupkan mobil dan menyalakan lampunya. Setelah dirasa aman aku langsung menancapkan gas menuju ke supermarket terdekat.

Diperjalanan aku hanya diam, inilah keseharianku, tidak ada teman bicara. Atau jika aku bosan, aku bisa berbicara sendiri. Bahkan seorang pengendara pernah menganggapku gila karena saat itu aku membuka kaca mobilku yang tanpa disadari membuatnya menganggapku gila. Padahal jika dibayangkan saja tidak mungkin, tidak ada orang gila yang bisa menyetir mobil sebaik aku.

Aku segera memakirkan mobilku di parkiran, dan turun dari mobil. Lalu aku masuk ke dalam supermarket, mengambil keranjang belanja. Aku memutari sudut demi sudut supermarket. Lalu aku berhenti di rak sayuran, aku memilih beberapa sayuran untuk dibuat sup. Sepertinya enak membayangkan makan sup di pagi hari. Aku juga mengambil buah-buahan segar karena aku ingin sekali makan buah terutama semangka. Tapi semangka disini sudah habis terjual, aku kalah cepat. Jadi aku memutuskan membeli buah apel, mangga, dan jeruk.

Lalu aku beralih ke sebuah rak makanan ringan. Banyak snack yang dijual. Aku memilih keripik kentang kesukaanku yang ternyata hanya tinggal satu buah saja. Untung saja kali ini aku beruntung. Snack keripik kentang adalah yang terbaik dari semua snack yang ada. Aku memasukkan snack itu ke dalam keranjang belanja, mulai mencari kebutuhanku yang lain. Aku juga mencari telur dan daging. Sepertinya enak jika membuat dagig panggang. Aku mengambil dua buah daging segar yang segera kumasukkan ke keranjang belanja. Sama seperti daging, aku juga membutuhkan telur karena persediaan telurku mulai menipis.

Aku teringat dengan makanan kucing, dan aku segera ke rak makanan hewan. Aku mencari yang biasa Hazel makan, ia hanya suka makan hanya dengan yang sesuai seleranya. Pernah suatu waktu aku membelikan makanan yang berbeda, ia bahkan tidak mau menyentuh makanannya karena bukan seleranya. Maka dari itu, aku sekarang lebih sering membelikannya yang sesuai selara kucing itu. Aku tidak mau dia sakit karena tidak mau makan. Memang Hazel kucing pemilih, asalkan dia sehat aku rela membeli se-box makanan kucing.

Aku melihat makanan kucing yang disukai Hazel. Saat aku hendak mengambilnya, sebuah tangan juga terulur hendak mengambilnya juga. Aku menatap tajam orang di sampingku ini. Lalu mataku terpaku pada mata setajam elang itu yang sesaat mengalihkan duniaku. Namun aku menyadari jika dia adalah orang yang sama, orang misterius yang sering ke kafeku. Sepertinya dia tadi ada di kafeku, dan sekarang dia sudah ada di supermarket.

"Maaf tapi saya mengambilnya lebih dulu sebelum anda," ucapku hendak mengambil makanan kucing itu.

Dia menahanku. "Tapi saya melihatnya lebih dulu," ucapnya.

Kami sama-sama menatap tajam satu sama lain. Aku tidak rela jika dia mau mengambil makanan kucing sisa terakhir ini. Mau makan apa Hazel jika tidak kubelikan makanannya sekarang.

"Saya mengambilnya lebih dulu, tuan Rav,"

"Tapi saya melihatnya lebih dulu nona, Raina,"

Tidak ada cara lain, aku segera menginjak kakinya dan mengambil makanan kucing itu. Namun dia lebih tangkas dari yang aku kira. Dia menarik tudung hoddie yang aku kenakan, tidak membiarkanku pergi. Seolah dia sedang menarik anak kucing lucu dan menggemaskan.

"Berikan pada saya, nona," ucapnya tajam.

"Tidak mau, kucingku nanti tidak bisa makan malam," ucapku tetap keras kepala. Aku mendekap makanan kucing itu, tidak membiarkannya merebutnya dariku.

HiraethWhere stories live. Discover now