5. it's not the same anymore

26.8K 1K 15
                                    

05/12/23

Hari ini adalah hari pertama di mana Bella memulai kerja di salah satu perusahaan. Ia akan menjadi sekretaris CEO baru dari perusahaan tersebut. Dengan mengenakan kemeja berwarna sky blue yang dipadukan dengan celana bahan berwarna hitam, make up tipis yang membuatnya tampak lebih segar dari biasanya, rambut panjangnya sengaja ya gerai untuk menutupi leher. Dengan penampilan sederhana itu Bella terlihat sangat elegan dan menakjubkan.

"Selamat pagi," sapa kepala pelayan ketika melihat dirinya memasuki area dapur.

"Pagi juga untukmu, aku akan langsung pergi karena ini adalah hari pertamaku mulai bekerja. Semoga harimu menyenangkan," setelah memeluk singkat kepala pelayan itu Bella segera keluar dari rumah.

"Semoga kau bisa kembali menjadi nyonya yang ceria, seperti dulu," gumam kepala pelayan itu, ia menatap sendu punggung Bella yang mulai menjauh.

Setelah mendengar kabar tragis yang menimpa majikannya, para pelayan dan juga semua orang yang bekerja di rumah mewah itu merasa sangat sedih. Mereka turut bersedih dan kehilangan atas musibah yang dialami oleh Bella. Apalagi dengan perubahan sikap wanita itu yang tidak lagi ceria seperti dulu. Mereka sungguh merasa kehilangan sosok Bella yang selalu membuat mereka bersemangat untuk bekerja.

Tak berselang lama setelah Bella meninggalkan rumah, Gabriel keluar dari lift. Laki-laki itu juga terlihat sudah rapi dengan pakaian kantornya. Ia berjalan menuju ruang makan untuk mengisi perutnya sebelum berangkat kerja. Melihat kedatangan Gabriel di ruang makan tentu saja para pelayan merasa heran, pasalnya selama ini laki-laki itu tidak pernah mau sarapan semenjak ada Bella di rumahnya.

"Nyonya, sudah berangkat bekerja tuan," beritahu kepala pelayan, saat melihat Gabriel seperti mencari seseorang. Dan, dia tau jika tuannya itu sedang mencari keberadaan Bella.

Gabriel tampak menghela nafas, ia tak berniat menjawab apa yang dikatakan oleh kepala pelayan. Dia memilih untuk langsung duduk di meja makan dan menyantap sarapannya dengan tenang.

Berta, kepala pelayan yang sudah berusia hampir setengah abad itu diam-diam tersenyum melihat majikannya. Ia akan memberitahu pada Bella, saat wanita itu pulang kerja nanti. Berta yakin, pasti Bella akan sangat bahagia jika tau Gabriel mencarinya. Dengan ini, ia berharap Bella akan kembali seperti dulu, menjadi sosok wanita yang ceria dan selalu penuh energi baik yang bisa membuat orang disekitarnya juga bersemangat untuk menjalankan hari mereka.

Setelah selesai menghabiskan sarapannya, Gabriel langsung pergi ke perusahaan. Hari ini iya cukup sibuk karena ada beberapa meeting bersama klien di luar perusahaan. Namun ada satu meeting yang sangat ia nantikan, yaitu meeting dengan sahabat baiknya. Dan sekretaris baru laki-laki itu yang tak lain adalah istrinya sendiri.

Di sisi lain Bella sudah memulai pekerjaannya bersama bos barunya. Karena ini pengalaman pertamanya menjadi seorang sekretaris, maka ada begitu banyak hal yang ia pelajari dari awal. Untungnya sang atasan cukup baik dan mau membantu dirinya untuk mempelajari semua hal yang tidak ia ketahui.

"Aku yakin semua pekerjaanku akan berjalan dengan lancar, karena memiliki sekretaris yang mudah memahami semua hal seperti dirimu." Bella tersenyum mendengar pujian dari sang atasan.

"Anda terlalu memuji saya Pak," ujarnya dengan tersenyum canggung.

"Oh, tidak, Aku mengatakan hal yang sebenarnya. Kau adalah wanita yang hebat dan memiliki kemampuan yang sangat baik." Mendapatkan kembali pujian seperti itu sebenarnya membuat Bella sedikit kurang nyaman. Karena ia merasa jika kemampuan yang dimiliki tidak pantas untuk dipuji. Apalagi ini adalah sesuatu yang pertama kali dia lakukan.

"Oh, iya, nanti tolong ingatkan aku untuk meeting saat jam makan siang di restoran milik Tuan Alexander. Sekarang aku akan menyelesaikan semua pekerjaanku dulu di ruangan ini, jadi kau boleh keluar dan mengerjakan tugas."

Bella segera undur diri, kembali ke tempat duduknya yang ada di depan ruangan sang atasan. Setiap detik yang dilalui selalu ia gunakan untuk menyibukkan diri, agar tidak teringat pada mimpi semalam. Mengingat mimpi semalam yang membuatnya tidak bisa menahan diri untuk tetap terlihat baik-baik saja membuat Bella takut. Dia bisa mengingat dengan jelas wajah putranya di dalam mimpi.

"Kenapa susah sekali untuk mengalihkan mimpi itu dari pikiranku." Bella bergumam pelan sembari memijat pelan kepalanya. Dia sudah berusaha dengan keras untuk tidak terpengaruh dengan mimpi itu, tapi apa daya, dia masih sangat merasa kehilangan anaknya. Dia ingin tahu seperti apa anak yang dikandungnya, tapi apa daya, gabriel tidak mau memberitahukan apapun tentang anaknya. Laki-laki itu dengan tega menyembunyikan dimana putranya dimakamkan, bahkan tidak mau memberi sedikit saja kemurahan hati agar dirinya tahu putranya seujung kuku pun. yang membuat Bella tidak mau mengingat mimpinya..

Mimpi itu benar-benar mempengaruhi pikiran Bella, dia bahkan tidak bisa fokus mengerjakan pekerjaannya. Karena pikirannya yang terus terganggu akhirnya bela meminta seseorang untuk membuatkan kopi. Berharap dengan secangkir kopi ia bisa menenangkan pikirannya. Dia tidak bisa memaafkan Gabriel barang sedikit saja, meskipun itu permintaan dari mendiang putranya sendiri. karena rasa sakit yang diterimanya sangatlah besar, hingga membuat dirinya merasa dicekik setiap detik saat bertatapan dengan Gabriel.

"Jika semuanya sudah benar-benar baik, aku akan langsung pergi meninggalkan Gabriel. Aku tidak akan membalas rasa sakit ini, tapi aku tidak akan bisa melupakan semuanya." gumam Bella pelan.

***

Gabriel tengah melihat layar laptop di depannya dengan serius, tangan kanannya meraih secangkir kopi yang ada di mejanya. Tetapan matanya yang sejak tadi tidak teralihkan dari layar laptop kini menajam saat melihat sesuatu yang membuatnya tersulit emosi. Dia mengepalkan tangannya kuat mendapati sesuatu yang cukup mengejutkan.

"Sial, rupanya mereka ingin bermain-main denganku." Geramnya dengan meremas gagang cangkir yang ia pegang.

Gabriel meraih ponselnya, lali mencari nama salah satu kontak. Setelah menemukan kontak yang dicari, dan segera melakukan panggilan telepon. Kali ini dia tidak akan mau memberikan sedikitpun celah untuk wanita yang sudah membuat hidupnya berantakan.

Gabriel berbicara denga serius dan penuh emosi pada seseorang di sebhrang telpon, terbukti dari rahanya yang mengetat dengn tatapannya yang menajaam. Setelah beberpa menit berbicara dengan seseorang di sebrang telepon, Gabriel melempar ponselnya ke meja kerjanya.

"Akan ku buat kau menderita hingga lupa bagaaimana caranya untuk tertawa, bahkan aku akan membuatmu hanya bisa mengingat setiap penderitaan yang di terima." Gumam Gabriel dengan penuh penekanan.

Karena pikirannya sedang kacau, dia memilih untuk pergi ke ruangan lain yang ada di ruanngannya. Itu adalah ruang rahasia yang selalu menjadi tempatnya melampiaskan stres. Di dalam sana, terdpat dua rak besar yang sudah berjajar rapih anggur dari berbagai negara yang terkenal mahal. Ia tersenyum tipis saat melihat bingkai foto yang terpajang di dalam ruangan itu. Wanita yang tengah tersenyum dengan wajah bahagia dengan menggenggam buket bunga berwarna putih.

Gabriel berjalan ke arah rak dan mengambul satu botol anggur favoritnya, lalu membawanya ke arah sofa tunggal. Di sana dia meminum anggur itu langsung dari botolnya, sambil menatap ke arah bingkai foto yang selalu ia pandangi setiap kali merasa kurang baik.

"Setelah menyingkirkan wanita sialan itu, aku berjanji akan menebus semua rasa sakit yang sudah kau dapatkan selama ini. Aku akan memastikan siapa saja yang sudah menyakitimu mendapatkan ganjarannya, terutama wanita tidak tahu malu itu." tegukan demi tegukan yang Gabriel alirkan di dalam tenggorokannya, tak membuat lelaki itu mabuk meskipun anggur itu sudah hampir habis. gabriel memang sangat kuat dalam meminum anggur, dia bahkan bisa menghabiskan 3 botol sekaligus saat sedang banyak pikiran.


Heloooo

maafkan aku yang menghilang cukup lama guys, aku banyak kerjaan jadi nggak sempat menyapa kallian berssama bab Bella dan Gabriel. tapi sekaranga aku sudah bisa up lagi, karena kabar baiknya aku udah resign dari salah satu pekerjaan aku.

terima kasih karena kalian dengan berbaik hati mau menunggu aku up


because of my stupidityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang