Negri Api (3) : Harapan Aiden

216 20 9
                                    

"Ada pertanyaan lagi??"

Jeremy menghela nafas kecil tapi wajahnya berusaha tersenyum. Selama 2 jam aiden memperkenalkannya tentang kuil dan peraturan peraturan yang ada disini. Dia juga membukakan kamar untuk jeremy sebagai tamu di karenakan jeremy akan tinggal untuk beberapa waktu ke depan. Tuan gustaf bilang dia akan menjadi guru pribadi untuk jeremy dan dia pun sudah membicarakan semua itu ke tuan muda james jadi jeremy resmi menjadi tamu terhormat di negri ini.

Aiden sangat senang dan memilih kamar jeremy dekat dengan kamarnya yang bersebrangan. Jeremy benar benar merasa bersyukur selama ini mungkin untuk pertama kalinya dia merasakan banyak orang disekitarnya yang memperlakukannya dengan baik. Bahkan senang jika jeremy ada di tempat mereka.

Tapi aiden sangatlah berisik dan kaki jeremy sudah lelah bahkan perutnya sangat lapar.. dia sudah berjalan selama 7 jam dan perutnya baru terisi gulali hari ini.

"Tidak ada aku sudah memahami semuanya aiden.. terimakasih karena kamu sudah sangat baik membantuku"

Aiden tersenyum sangat lebar "Baiklah kalau begitu silakan istirahat jangan lupa mandi! Panggil aku jika butuh sesuatu!" Lalu aiden pergi ke kamarnya dan jeremy menutup pintu kamar barunya. Dia merosot ke lantai. Sungguh jika dia bisa berteriak rasanya dia ingin sekali berteriak. Kakinya sangat lelah dan dia sangat lapar.. dan semua hal ini sangatlah memusingkan kepalanya.

Dia merangkak mengambil tasnya dan membuka kotak makan berwarna kuning. Di dalamnya ada roti berisikan selai coklat. Omanya menyiapkan bekal untuk sarapan dijalan tapi dia lupa memakannya. Dia mengambil roti itu dan langsung memakannya.

"Ketika lapar semua hal terasa jauh lebih enak padahal ini hanya roti biasa"

Lalu setelah mengisi perut sedikit jeremy membersihkan seluruh badannya. Dia melihat ranjang yang cukup besar di tengah tengah kamar. Dia pelan pelan jalan ke ranjang itu dan duduk di tepi ranjang.

"Wah inikah yang dinamakan kasur bangsawan yang rasanya empuk seperti tidur di atas awan.."

Jeremy merebahkan badannya dan memejamkan matanya. Lesung pipitnya muncul, dia tersenyum manis."Setidaknya didalam hidupku ini aku bisa merasakan menjadi bangsawan walau hanya beberapa saat"

Dia tertidur selama 1 jam. Mungkin bagi jeremy 1 jam itu tidur paling nyenyak seumur hidupnya. Dia terbangun dikarenakan perutnya bunyi cukup keras. Dia membuka mata dan meregangkan tubuhnya.

"Aku lapar sekali"

Dia bangun dan duduk. Dia sedang memikirkan apakah tidak masalah jika dia meminta makanan secara gratis tanpa melakukan apapun?

"Haruskan aku menyapu dan mengepel seluruh lantai kuil tiap hari supaya aku bisa makan 2 kali sehari? Tidak harus 3 kali sehari dan tidak perlu banyak yang terpenting ada nasi dan lauk.."

"Atau memberi makan sapi sapi mereka? Atau memandikan kuda mereka?"

Dia sedang memikirkan bagaimana caranya membalas budi tapi sebuah ketukan di pintunya menyadarkannya. Dia bergegas ke arah pintu dan membuka pintu kamarnya.

"Tuan muda jeremy.. tuan muda aiden memanggil tuan muda untuk makan siang bersama di ruang makan utama"

Seorang pembantu rumah tangga muncul dihadapannya. Jeremy terkejut ketika dia dipanggil dengan sebutan "Tuan Muda Jeremy" dia merasa aneh karena dia hanyalah tamu di sini.

"O..oh baiklah.. dan kalau bisa jangan panggil aku tuan muda panggil saja jeremy"

"Maaf..tuan muda kan temannya tuan muda aiden jadi saya harus memanggil anda seperti itu. Mari saya antar yang lain sudah menunggu"

ELEMENTWhere stories live. Discover now