Start

1.7K 175 17
                                    

Author POV

"Baru balik masa udah pergi lagi, sih." rengek Christy.

Gita menghela nafas tidak menjawab. Iya benar, dirinya harus segera pergi untuk mengikuti arahan Lidyo agar mereka segera memperbesar aliansi.

"Siapa yang akan kamu bawa kali ini, Git?" tanya Shani.

"Aku akan bawa Dhea, Helisma sama Kathrina, ci." Kathrina yang merasa namanya disebut menatap Gita dengan kaget

"Kenapa Kathrina? Masih ada anggota Aliansi yang lain kan? Dia masih masa pelatihan, loh." protes Shani. Sebagai captain, tentu dia cukup mengkhawatirkan Kathrina.

"Sesuai arahan tuan Lidyo, membawa manusia akan memudahkan kita membujuk mereka nanti. Aku ga mungkin bawa Gracia, ci." jawab Gita.

"Bener kata Gita. Adanya Gracia di sini itu penting banget. Kathrina juga bisa jadi medic kami nanti di sana." jelas Dhea.

Shani diam sejenak sambil menggigit jarinya, memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nanti.

"Oke, aku setuju, itu berarti tugas ngelatih Kathrina beralih ke kalian. Kalian bisa berangkat pagi ini sebelum fajar." putus Shani.

Christy cemberut, sambil terus mmeluk Gita dengan eratnya. "Ka Gita ga pernah ajak aku, kenapa?" tanya Christi kesal.

"Karena kamu dibutuhin di sini. Kemampuan telekinesis cuman ada di kamu, itu bisa digunain nanti pas ada apa-apa." jawab Gita.

Pagi-pagi sekali, ketiga gadis itu telah siap untuk berangkat. Kenapa tiga? Satu-satunya manusia di sana masih tidur dalam gendongan Gita.

"Kalian hati-hati, tempat mereka jauh dari sini." pesan Shani.

"Nanti jangan kaget kalo kalian balik ke sini terus kami tambah kuat." gurau Feni.

Ketiga gadis itu mengangguk mengiyakan. Gita memeluk adiknya sekilas lalu mengecup pipi kedua adiknya.

Helisma dan Dhea telah melesat pergi terlebih dahulu, sementara Gita masih menatap Shani intens.

"Terus buat mereka di tempat Helisma. Jangan biarin siapapun masuk ke wilayah Aliansi selain ci Shani, Adel dan Ashel. Ada penghianat di antara kita." Shani tersentak mendengar bisikan Gita sebelum gadis itu melesat menjauhi dirinya.

Ketiga gadis itu melesat cepat menyusuri hutan yang begitu panjang. Perjalanan mereka cukup jauh kali ini jadilah mereka harus bergerak cepat agar bisa segera kembali.

Kathrina sendiri sudah terbangun beberapa saat lalu. Bagaimanapun tidak mungkin gadis itu tidak terbangaun atas setiap guncangan itu.

Sesekali, mereka bergantian menggendong Kathrina agar tidak hanya membebani satu orang. Bukan, bukan bermaksud menyebut Kathrina beban, hanya saja di saat seperti ini tidak mungkin mereka membiarkan Kathrian berlari sendiri.

Sampai akhirnya setelah beberapa jam berlari, Kathrina meminta untuk istirahat karena sudah sangat lama dia berada di posisinya dan itu membuatnya kelelahan.

Ketiga gadis lainnya-pun setuju karena mereka sendiri juga membutuhkan istirahat. Gita membuka tasnya, meraih tiga buah roti dari sana dan memberikannya kepada Kathrina, Helisma dan Dhea.

"Tau aja kita laper." ucap Dhea.

"Iya, tapi kasian, yang bawa ga bisa ikut makan." sahut Eli.

"Ih iya, jadi Vampire ga bisa makan apa-apa selain darah, kan ya? Ih pasti amis. Kok bisa suka sih?" tanya Kathrina. Dhea dan Helisma bertatapan lalu memukul kening mereka tidak menyangka.

"Kath, kan dia Vampire. Kalo ga suka darah repot dong." ujar Eli. Kathrina tertawa sambil menggaruk kepalanya.

"Rasa darah gimana sih?" tanya Kathrina lagi.

The PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang