15-RANGKULAN ITU KEMBALI ERAT

14 2 0
                                    

Selamat menikmati kisah para pemuda penghuni lantai 2 kos 20. Semoga kalian bisa terhibur dan tidak merasa sendiri di dunia ini<3

Now Playing :
Monolog-Pamungkas

"Santai Kinan. Kita semua juga senang kok bisa berbuat kebaikan kayak begini. Tentang biaya, tenaga, waktu yang tersita buat lo itu gak usah dipikirkan, Nan. Kita semua ikhlas. Terutama sobat gua yang satu ini bingung cara habisin duitnya kayak gimana, jadi lo enggak usah khawatir," ucap Eros merangkul pundak Dirga sambil menaik turunkan alisnya.

"Masalahnya-"

"Ck, terima aja, Nan. Yang terpenting sekarang lo harus sembuh dulu," sela Eros lagi.

Mereka sudah lelah mendengarkan permohonan maaf dan rasa tidak enak dari Kinan. Ditambah gadis itu ingin mengganti seluruh biaya pengobatannya. Padahal Dirga sendiri tidak masalah saat jutaan uangnya keluar untuk pengobatan Kinan. Seperti yang Eros katakan, Dirga itu tidak tahu cara menghabiskan uangnya.

"Terima kasih, kak. Kalian udah baik banget sama aku. Disaat susah keluarga aku sendiri aja enggak ada, sementara kalian yang bukan siapa-siapa aku malah stay 24 jam hanya untuk memastikan aku baik-baik aja. Aku gak tau mesti bagaimana cara nya membalas semua kebaikan kalian," ujar Kinan dengan suara bergetar.

Sepuluh pemuda yang ada di ruangan tersebut hening. Tihan, Alif, Eja, Deden dan Agum yang duduk di sofa menundukkan kepalanya. Mereka seperti benar-benar masuk ke dalam kehidupan Kinan dan merasakan sesak yang dalam. Eros masih merangkul Dirga, keduanya tidak berkomentar apapun. Ken dan Galang bersandar di tembok menatap kasihan gadis yang duduk di atas ranjang rumah sakit itu.

Sementara Sadam, hatinya terasa remuk saat ia melihat satu tetes air mata gadis itu membasahi pipinya. Tubuhnya tetap diam tidak tau harus berbuat apa. Padahal jarak tubuhnya dengan Kinan hanya beberapa meter saja.

Agum yang tadinya menunduk dengan perlahan mengangkat kepalanya, menatap gadis itu dengan sangat lekat.

"Hari ini, kau sudah menjadi bagian dari kita semua, Kinan. Kau tak perlu lagi sungkan-sungkan sama kita semua. Jadikan kita semua tempat untuk kau pulang. Dan hari ini kita semua keluarga," cetus Agum melebarkan senyumnya.

"Setuju! Kak Kinan gak usah lagi merasa sendiri. Tenang aja, ada babang Ken yang akan menemani kak Kinan dengan senang hati," sahut Ken, mulai mengeluarkan sifat buayanya.

Galang menoyor pipi Ken. "Lo enggak usah modus. Ini rumah sakit. Gak sekalian aja, lo gombalin orang-orang yang ada di kamar mayat sana!"

"Babang mata lo. Sok tua lo, Ken. Lo aja masih bocah kemarin sore," cebir Eros, lalu tertawa.

Alif berdecih mendengar ucapan Ken. "Mayat di sana juga mikir kali, kalau mau sama bang Ken," celetuk Alif mengundang tawa mereka semua.

"Lo enggak usah sok asik deh, Ken. Modelan kayak lo tuh, cocoknya cuma sama mpok Lela," ejek Eja dan semakin membuat tawa mereka semua semakin kencang.

"Gak kebayang. Bang Ken nikah sama mpok Lela. Tiap hari pasti minumnya jamu kuat, hahaha," tambah Tihan semakin menjadi-jadi.

"Anjing lo semua! Giliran begini aja, lo bully gua," umpat Ken merengut kesal.

Saat tawa mereka mulai mereda, Sadam membalikkan tubuhnya menghadap ke arah mereka semua. Jujur saja, mereka semua tengah menyimpan pertanyaan di kepala mereka masing-masing. Bahwa, kenapa Sadam tiba-tiba ada di sini?. Tapi mereka memilih untuk bungkam. Mencari waktu yang tepat membicarakannya atau tidak sama sekali.

Sadam menghela nafas panjang. Ia terlebih dahulu menoleh ke arah Kinan. "Ingatan lo enggak salah, Nan. Dan benar, laki-laki yang lo liat pada malam itu datang, marah-marah di hadapan tuan Deni Bachtera, di tampar, itu adalah gua. Sadam Bachtera."

KOS 20Where stories live. Discover now