17-BOCAH KEMATIAN BERULAH

13 2 0
                                    

Selamat menikmati kisah para pemuda penghuni lantai 2 kos 20. Semoga kalian bisa terhibur dan tidak merasa sendiri di dunia ini<3

Now Playing :
Sayap Pelindung mu-TheOvertunes

Pensi besar-besaran telah berlangsung di lapangan SMA Airlangga sejak sore tadi. Lapangan di isi oleh seluruh murid dengan pakaian bebas dan menikmati pertunjukkan dengan hati senang. Stand makanan dan minum ikut mengisi di sudut lapangan di kerumuni oleh murid untuk sekedar berbelanja, atau mungkin tidak berminat berdesak-desakan di sana.

"KADANG KALA TAK MENGAPA, UNTUK TAK BAIK BAIK SAJA~~"

Nyanyian para murid terdengar saat Fiersa Besari yang menjadi salah satu bintang tamu menyanyikan lagu Pelukku untuk Pelikmu. Mereka sangat menghayati setiap liriknya. Di tambah cuaca sore ini sangat mendukung. Mendung dan angin bertiup pelan.

"Nih, minum," Hanin menoleh mendapati Tihan menyerahkan satu air mineral kepadanya. Hanin tersenyum lalu menerimanya. "Nikmatin aja acaranya, Nin. Semuanya udah aman kok."

"Gak enak sama anak-anak yang lainnya, Han," tolak Hanin.

"Mereka semua udah ke lapangan buat nonton. Biar aku aja yang kontrol," balas Tihan. "Kamu suka Feby Putri, kan? Bentar lagi dia mau tampil loh."

"Ih, serius?!" Tihan mengangguk, sangat gemas melihat tingkah Hanin seperti ini.

"Oh iya, aku hampir lupa." Tihan menarik laki-laki yang ada di belakangnya. Wajah laki-laki tersebut sangat asing bagi Hanin. Ia tidak pernah melihatnya di sekolah ini.

"Kenalin, Nin. Ini namanya Faiz. Dia yang bakalan ikut wakilin Jakarta juga loh, untuk camp di Yogyakarta bareng kamu."

Laki-laki yang tingginya hampir sama dengan Tihan itu melangkah sejajar saat Tihan menariknya. Kulitnya seperti kebanyakan anak laki-laki yang cenderung gelap karena sering berada di luar ruangan. Faiz mengenakan outfit yang tidak muluk-muluk untuk menghadiri pensi ini.

Hanya dengan baju kaos hitam, celana jeans hitam, sepatu putih serta topi hitam yang menutupi kepalanya. Ia mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan gadis di depannya. Hanin tentunya terkejut. Namun dengan ramah ia menerima uluran tangan Faiz.

"Dinda," ucap Hanin.

Seperti biasa, Hanin akan memperkenalkan dirinya kepada orang lain sebagai Dinda. Karena panggilan 'Hanin', tentunya hanya orang-orang terkhusus seperti keluarganya dan laki-laki yang ada di sebelahnya saat ini, Tihan.

"Faiz, salam kenal," balas Faiz.

"Faiz ini ketua Osis juga di sekolahnya, Nin. Aku kenal dia udah lama dan sengaja aku undang ke sini buat nonton pensi sekolah kita," jelas Tihan sambil merangkul pundak Faiz. Dari raut wajah keduanya memang sudah saling akrab.

"Jadi, entar gua titip Hanin ya, Iz. Gua percaya lo buat jagain dia selama camp berlangsung," lanjut Tihan.

"Ih, Tihan apaan sih. Aku kayak anak kecil aja pakai di titip-titipin segala," sungut Hanin, dibalas kekehan kecil oleh Tihan.

Laki-laki itu melepas rangkulannya pada Faiz lalu mengusap puncak kepala Hanin. "Yogyakarta itu jauh, Nin. Dan kamu ke sana sendirian, belum kenal siapa-siapa. Jadi, beruntung aku kenal Faiz dan dia juga ikut ke camp itu. Biar bisa nemenin kamu."

"Iya, iya... Tapi ayo, nonton dulu," rengek Hanin tidak sabaran. Apalagi ketika mendengar suara artis idolanya menyapa para penonton. Tanpa menunggu Tihan, gadis itu berlari menerobos kerumunan.

Tihan lagi-lagi dibuat tertawa. "Buset, kabur aja anaknya. Yaudah, kita susul aja, Iz. Seru nih pasti," ajak Tihan.

Faiz mengangguk. Sedari tadi ia terus memperhatikan setiap gerak gerik dari Hanin. Bagaimana gadis itu berbicara, tingkahnya, suaranya, semuanya terekam dalam memori Faiz. Senyum Faiz merekah saat melihat gadis itu dari kejauhan.

KOS 20Where stories live. Discover now