28-TIHAN DAN MIMPINYA

6 2 0
                                    

Selamat menikmati kisah para pemuda penghuni lantai 2 kos 20. Semoga kalian bisa terhibur dan tidak merasa sendiri di dunia ini<3

Now playing :
When I Was Your Man-Bruno Mars


Cinta tidak diperuntukkan bagi manusia yang terus diam dan menunggu alam semesta untuk menyediakan ruang dan waktu. Kita perlu sesekali untuk egois menciptakan ruang dan waktu itu sendiri.

Pulang dari kampus Agum, anak-anak lantai 2 kembali ke kost lalu menikmati makanan stok jualan di gerai TBC. Hari ini Agum baru saja melaksanakan sidang skripsi. Laki-laki itu memang sengaja untuk mengejar predikat cumlaude . Katanya sudah tidak ingin lagi pusing terlalu lama dengan tugas kuliah.

"Doain gua juga ya, biar tahun depan bisa nyusul. Pengen ngejar cumlaude juga," sahut Eros, bertekad kuat untuk mengejar gelar tersebut.

"Iya, semoga kita-kita semua nanti bisa cepat kelarnya, terus lancar rezekinya," timpal Galang.

"Kalau lo udah wisuda, lo mau ngapain bang?" Tanya Alif yang sudah selesai makan.

"Salah satu kating gua ada yang nawarin buat ikut proyek pembuatan jalanan di Kalimantan. Jadi gua terima aja, dan proyeknya baru jalan sekitar akhir tahun lah," jelas Agum.

Alif mengangguk-angguk paham. "Seru ya, Han. Lulus udah langsung bisa kerjaan."

Yang diajak bicara hanya mengangguk pelan. Alif menoleh ke arah laki-laki tersebut. Biasanya Tihan akan menanggapinya jauh lebih panjang, dibuat candaan atau mungkin meledeknya terlebih dahulu. Tapi ini tidak ada gairah sama sekali yang Alif rasakan.

Baru saja Alif ingin menegurnya, deheman Eja membatalkannya. Alif menatap Eja dan melihat laki-laki itu menggeleng, menandakan bahwa Alif tidak perlu mengajak Tihan berbicara dulu.

"Gua ke kamar duluan ya, bang. Gua harus les sekarang," pamit Tihan buru-buru, tanpa menatap para abangnya dan langsung melenggang pergi begitu saja.

Mereka yang melihat perubahan Tihan akhir-akhir ini tentu saja bertanya-tanya. Laki-laki dengan seribu celotehan, tengil, jahil itu tiba-tiba memberi jarak dan mendiami mereka.

"Dia enggak pernah cerita masalah dia sama lo berdua?" Tanya Eros kepada Eja. Sebab di antara anak-anak lantai 2 lainnya, hanya Eja dan Alif lah yang paling dekat dengan Tihan.

"Enggak, bang. Beberapa minggu belakangan ini, dia emang banyak diem nya, bang. Gua aja enggak pernah lagi main game sama dia," jawab Alif.

"Sama, gua juga enggak," sambung Eja. "Dia memang enggak pernah mau cerita masalah yang sama dengan kita. Tapi nanti deh, gua coba untuk bicara sama dia."

Sementara itu di dalam ruangan, Tihan hanya berdiam diri di kursi meja belajar. Dia tidak tahu harus melakukan apa lagi. Les yang ia katakan di depan penghuni lantai 2 tadi, itu hanya alasan belaka. Sepi sudah menjadi temannya saat ini. 

Setelah menimbang dengan cukup lama, akhirnya ia meraih telepon yang tidak pernah ia sentuh akhir-akhir ini. Banyak pesan yang masuk tatkala ia menghidupkan jaringan selulernya. Tanpa memperdulikannya, ia segera menghubungi satu nomor yang ingin ia tuju.

****

Hari sabtu dan minggu gerai TBC seperti biasa selalu tertutup. Mereka menggunakan dua hari itu untuk berbelanja kebutuhan pokok gerai, mengerjakan tugas atau mungkin sekedar beristirahat. Namun, seakan sudah menjadi jati diri, anak-anak lantai 2 ini memang tidak bisa diam di tempatnya.

Buktinya, Alif serta Eja sudah memanjat pohon mangga di depan kost. Agum, Eros dan juga Dirga siap menadah mangga yang dilemparkan oleh kedua bocah tersebut. Sementara Ken dan Galang sedang menyiapkan es kelapa muda di dapur. Sadam serta Deden mendapatkan tugas untuk membuat bumbu rujak.

KOS 20Where stories live. Discover now