18-MARI UNTUK SALING MENGIKHLASKAN

18 2 0
                                    

Selamat menikmati kisah para pemuda penghuni lantai 2 kos 20. Semoga kalian bisa terhibur dan tidak merasa sendiri di dunia ini<3

Now playing:
Kenanglah aku-NaFF

Sebelum berangkat ke supermarket, Tihan meminta Eja untuk membelokkan stir mobil menuju sekolahnya. Hari ini Hanin akan berangkat ke Yogyakarta untuk mengikuti acara camping yang di adakan selama satu minggu dan akan menyaksikan pergantian tahun di sana. Sudah ada om Tito, tante Tiana, Alin dan juga Indira yang mengantar gadis tersebut.

"Ciee, yang bakalan liburan bareng anak-anak kos," goda Hanin memukul pelan pundak Tihan.

"Cie, yang bakalan tahun baru di luar kota. Di sana jangan bandel, Nin," ujar Tihan. Sedari tadi malam Hanin dibuat kesal sebab tak henti-hentinya mengingatkannya untuk terus berjaga-jaga.

"Iya, ih. Kamu pikir aku di sana bakalan main-main sama keluyuran apa," sungut Tihan, membuat yang melihat mereka tertawa gemas.

"Han!" Panggil seseorang dari belakang sambil menepuk pundak Tihan. Faiz baru saja datang. Laki-laki itu sudah terlihat lengkap dengan jaket bomber berwarna hitam dengan dalaman baju kaos seragam dengan peserta lainnya dan topi hitam.

"Eh, Iz. Baru datang?" Faiz mengangguk. Untung saja ia belum terlambat. Ada-ada saja problemnya tadi pagi.

"AYO ANAK-ANAK SILAHKAN MASUK KE BUS. KITA AKAN SEGERA BERANGKAT!!"

Suara pria paruh baya mengintrupsi untuk para peserta yang ikut untuk segera masuk, mungkin itu pembina pikir Tihan. Laki-laki itu menepuk pundak Faiz.

"Sekali lagi, gua titip dia ya, Iz. Dia emang gak gampang untuk akrab sama orang lain. Tapi kalau lo sering ajak ngobrol, gua yakin kalian bakalan bisa akrab. Jangan lupa ingatin dia buat sholat sama makan. Dia punya maag yang bisa kambuh kalau telat makan."

"Selalu temenin dia ya, Iz. Kalau lo liat dia capek suruh aja buat istirahat. Paksa kalau dia ngeyel," lanjut Tihan.

Faiz mengangguk. Sangat terlihat jelas raut khawatir dari wajah Tihan. "Iya, Han. Gua usahain," ucap nya.

"Lo juga hati-hati, bro," tutur Tihan yang ia tujukan pada Faiz.

Untung saja Hanin sedang berpamitan dengan keluarganya. Mungkin jika dia mendengarnya bisa jadi malah dia yang mengomeli Tihan.

"Han, aku duluan ya," panggil Hanin membuat Tihan menoleh.

"Iya, hati-hati, ya. Jan—"

"Iya, Tihan, iyaaa.... Gak boleh bandel, gak boleh lupa sholat, jangan telat makan, gak boleh capek-capek. Itu udah sepuluh kali kamu ingetin dari semalam," potong Hanin mengulangi ucapan Tihan.

Tihan tertawa mendengarnya. Sebelum berangkat Hanin memeluk satu persatu anggota keluarganya dan terakhir Tihan. Walaupun kesal dengan kebawelan Tihan selama ingin pergi, Hanin tetap senang dengan setiap perhatian laki-laki itu. Alam bawah sadarnya selalu menerima setiap perlakuan Tihan yang mungkin menurut orang lain terlalu berlebihan.

Selang beberapa menit bus yang di tumpangi Faiz dan juga Hanin sudah meninggalkan area sekolah. Setelah berpamitan kepada orang tua Hanin, ia kembali masuk ke dalam mobil.

"Susah ya, kalau terjebak friendzone?" Tanya Eja lalu menginjak gas, meninggalkan tempat tersebut.

"Apaan sih lo, bang. Gua sama Hanin tuh udah sahabatan dari kecil. Jadi wajar—"

"Wajar kalau lo takut ungkapin perasaan lo?" Eja tertawa setelah memotong ucapan Tihan.

Eja menoleh sebentar melihat Tihan yang duduk diam sambil menatap ramainya jalanan. Untung saja di dalam mobil ini hanya ada mereka berdua. Tujuan mereka saat ini menjemput Sadam, Dirga dan juga Galang yang akan ikut membeli bahan makanan untuk acara mereka.

KOS 20Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang