22-HARI BERDUKA LAKI-LAKI DARI MEDAN

10 2 0
                                    

Selamat menikmati kisah para pemuda penghuni lantai 2 kos 20 . Semoga kalian bisa terhibur dan tidak merasa sendiri di dunia ini<3

Now playing :

Bawa Dia Kembali-Mahalini

Seperti jadwal, hari ini mereka akan kembali ke Jakarta. Tenda telah dibongkar dan dimasukkan kembali ke tempatnya. Barang-barang seperti tas, kursi lipat, tenda, alat-alat masak telah disusun di bagasi mobil. Sengaja memilih waktu pagi untuk pulang agar mereka tidak sampai di kost pada malam hari. Apalagi perjalanan memakan waktu yang cukup lama.

Delisa dan Kinan berpelukan untuk terakhir kalinya sebelum berangkat. "Hati-hati di jalan, ya. Kabarin kalau udah sampai nanti. Oh iya, kalau libur, kamu kesini aja. Aku bakalan bawa kamu ke tempat-tempat bagus lainnya," ucap Delisa, penuh harap.

"Iya, Del. Kamu kalau ada di Jakarta, kabarin aja. Biar aku samperin kamu, oke?" Kinan melepas pelukannya dan mengusap air mata Delisa yang jatuh.

Baru beberapa hari, kedua gadis itu sudah sangat dekat. Banyak moment yang mereka ciptakan berdua selama di sini. Kinan tidak merasa sendiri begitu pun dengan Delisa seakan menemukan saudaranya yang telah lama hilang.

"Gua balik ya, Del. Kapan-kapan kalau ada waktu, gua bakalan kesini. Titip salam buat bokap sama nyokap lo," ujar Dirga mengusap puncak kepala sepupunya itu.

Delisa mengangguk paham. "Nanti aku sampaikan. Hati-hati bawa mobilnya, kak."

Dirga membalas dengan anggukan. Kinan dan Dirga pun masuk ke dalam mobil. Kinan melambaikan tangannya ke arah Delisa sebelum mobil itu melaju satu persatu meninggalkan area camping.

****

Hari senin pun tiba. Kegiatan pertama siswa siswi SMA Airlangga adalah mengikuti upacara bendera. Sisa sisa perasaan liburan masih melekat dalam diri para murid. Mereka begitu lesu mengikuti kegiatan pagi ini. Apalagi matahari pagi sedang terik-teriknya di iringi dengan celotehan kepala sekolah di depan sana.

Beberapa menit berlalu para murid segera membubarkan diri setelah upacara berakhir. Zai, Yudha dan juga Alden membelokkan langkah mereka ke dalam kantin untuk membeli minuman.

"Untung aja di kelas 12 ini kita masih sekelas. Jadi bisa lah, habisin sisa sisa masa putih abu-abu ini bareng kalian," celetuk Yudha, setelah menegak air mineralnya. Laki-laki itu sudah membuka dua kancing baju atasnya.

"Sepakat. Momen kayak begini tuh gak bakalan datang dua kali," seru Zai.

"Yah, seru sih seru. Tapi pusingnya, bakalan ikut juga. Pusing mikirin ujian, pusing bakalan mau kemana, mau apa, nanti bakalan gimana. Fase-fase memasuki dunia yang sesungguhnya udah menanti," keluh Alden, geleng-geleng kepala.

"Gua mah udah pasti gak bakalan lanjut. Soalnya, gua harus bantu bokap buat benahi perekonomian. Biasalah, generasi sandwich," Yudha mengakhiri kalimatnya dengan tertawa.

Zai menepuk pundak sahabatnya itu. "Lo keren, bro. Kalau lo butuh bantuan, jangan sungkan-sungkan datang ke gua."

"Bener, Yud. Kapan pun lo butuh kita, kita bakalan pasti ada. Dan lo jangan pernah merasa insecure atau minder dengan kita yang lanjutin pendidikan. Lo tetap sahabat kita, Yud. Kita tetap sama," sahut Alden.

"Terima kasih, guys. Lo pada nanti jangan lupain gua kalau udah punya temen baru," peringat Yudha.

Alden berdecak sebal, lalu mengusap kedua matanya yang hampir saja mengeluarkan air mata. "Lo jangan ngomong gitu! Walaupun entar gua punya temen baru, ujung-ujungnya gua pasti bakalan larinya ke lo pada, nyet!"

KOS 20Where stories live. Discover now