26-PEKERJAAN BARU

14 2 0
                                    

Selamat menikmati kisah para pemuda penghuni lantai 2 kos 20. Semoga kalian bisa terhibur dan tidak merasa sendiri di dunia ini<3

Now playing :
Better-JKT48

Empat remaja terlihat sedang bersantai di depan koridor kelas sambil menatap ke arah bawah yang menampilkan lapangan basket. Adik kelas mereka mendominasi memenuhi lapangan tersebut. "Tadi pagi gua enggak liat lo berangkat sekolah bareng Dinda. Tumben," tegur Yudha.

"Diantar bokapnya, Han?" Tebak Zai.

Tihan menggeleng. "Diantar sama Faiz. Satu timnya dulu waktu acara camp di Jogja," jelas Tihan tampak lesu. Sedari tadi ia terus memikirkan hal ini.

Baru kali ini kedatangan Tihan di rumah Hanin terasa biasa saja. Biasanya sepanjang hari ia akan melebarkan senyumnya karena berangkat bersama gadis itu ke sekolah. Tapi hari ini seakan sirna. Reaksi ketiga temannya sesuai prediksi Tihan, mereka tentu saja menatapnya dengan terkejut dan penuh tanya.

"Lo sih, Han, kebanyakan nge-gantungin perasaan Dinda. Andai lo gerak cepat," cerocos Alden. Ia paling greget kalau menyangkut antara sahabatnya ini dengan Hanin.

"Gak mudah untuk gua bergerak, Den. Perhatian selama ini yang gua kasih ke dia itu pasti dianggap perhatian sebagai seorang sahabat. Apalagi gua udah dekat dengan dia dari kecil. Yang pastinya dia udah anggap gua layaknya saudara,"  keluh Tihan.

Yang dikatakan Tihan memang ada benarnya, bukan hal mudah untuk bisa memulai hubungan dengan orang yang sudah kita anggap sahabat dari kecil. Akan ada banyak kemungkinan yang akan terjadi. Salah satu di antaranya yaitu, hubungan baik itu akan menjadi canggung.

"Tapi bagaimana jika Dinda punya perasaan yang sama dengan lo. Mau bagaimana pun cewek selalu menunggu cowok untuk action lebih dulu," Zai mengutarakan pendapatnya.

Alden mengangguk setuju dengan ucapan Zai. Ia menepuk pundak sahabatnya itu. "Mending lo coba dulu, daripada enggak sama sekali. Bagaimana pun akhirnya setidaknya lo tidak penasaran dengan akhir cerita lo dengan dia."

"Nah, sepakat gua sama lu, Den," sahut Yudha semangat, lalu merangkul pundak Tihan. "Gini ya, Han. Soal diterima atau enggaknya, gak usah lu pikirin. Yang penting lo sekarang usaha dulu."

"Benar tuh, Han. Kita sudah mau lulus, bakalan tambah susah buat ketemu sama Dinda lagi pastinya nanti," kata Zai.

Ucapan Zai seketika membuat Tihan berpikir keras. Setelah lulus dari sini, mereka berdua pastinya memilih jalannya masing-masing dan pastinya berbeda. Sejak dulu Hanin ingin masuk jurusan psikologi. Jurusan yang dari dulu peminatnya sangat banyak dan sangat amat susah untuk ditembus. sehingga Hanin sudah dari awal menyiapkan, untuk meraih mimpinya tersebut.

Sedangkan Tihan, sama sekali tidak berminat dalam jurusan tersebut. jadwal kuliah serta kesibukan masing-masing pasti membuat mereka sulit untuk bertemu. Ah, teman-temannya ini memang sangat ahli dalam memberikan saran dalam percintaan. Tanpa sadar mereka yang memberikan Tihan saran itu jomblo, kecuali Yudha. 

****

Eja menatap miris isi dompetnya yang di dalamnya hanya tersisa satu lembar uang lima puluh ribu. Beberapa persediaannya pun sudah habis seperti mie instan, telur dan juga beras. Ini masih pertengahan bulan dan gajinya akan cair pada akhir bulan. Eja menggaruk kepalanya frustasi.

Gajinya memang beberapa bulan ini begitu cepat lenyap. Entah itu untuk makan, jajan, bensin motor dan kemarin motornya yang harus masuk ke bengkel. Serta beberapa pengeluaran tak terduga dari tugas kuliahnya. Dan malam ini, Eja memilih untuk menahan laparnya dan makan besok siang saja.

KOS 20Where stories live. Discover now