02

5.9K 591 74
                                    

Jeno selalu merundung dengan kekerasan, karena ia memang memiliki kekuatan untuk melakukan itu. Ia mematahkan lengan seseorang hanya untuk bersenang-senang, Begitulah dia.

Namun dengan renjun, tidak seperti itu. Jeno seperti hanya bermain-main. Dia akan merepotkan renjun, menyuruhnya ini itu, dan menakutinya. Yang paling parah, yaitu memaksanya dalam sebuah ciuman. Itulah yang jeno lakukan, sangat berbanding terbalik dengan apa yang ia lakukan kepada korban perundungan nya yang lain. Jika korbannya yang lain mungkin akan jeno lepaskan jika ia sudah puas menghajarnya, namun berbeda dengan renjun, jeno tak pernah merasa puas atau bosan untuk mempermainkan anak itu.

Sebenarnya, jeno juga tidak paham dengan apa yang ia lakukan. Namun terasa menyenangkan menggangu kehidupan renjun. Menyuruhnya ini itu, dan membuatnya ketakutan.

Satu hal Yang pasti, jeno Tidak bisa memukul renjun entah apa alasannya. Semarah apapun jeno saat renjun melakukan kesalahan atas perintahnya, ia tak akan bisa memukul renjun. Ya, dipikir-pikir tubuh itu terlalu kecil untuk menerima pukulannya.

Dan entah dorongan darimana, saat itu jeno sedang kesal dengan suatu hal, ia menyuruh renjun untuk membeli rokok untuknya. Hal yang sangat mustahil dilakukan dilingkungan sekolah elit ini. Namun bisa saja dilakukan oleh jeno, karna ia mempunyai kuasanya. Tapi renjun tak bisa, ia tak tau harus membeli rokok di kantin mana karna memang mereka tak menyedihkannya, kecuali untuk beberapa orang tertentu, ya tentunya seperti jeno.

Akhirnya renjun menyerah, ia mengatakan tidak mendapatkannya. Dan pada dasarnya jeno itu tempramen, dan saat itu sedang di puncak emosinya, sesuatu mendorongnya untuk mencium bibir renjun dengan kasar. Jeno tau renjun pasti takut, namun ia tak menyangka bahwa anak itu akan menangis dan menolak ciumannya.

Jeno sering mencium beberapa murid perempuan, atau submisive saat ingin, dan tak ada yang menolak ciumannya atau bertingkah seolah tidak menyukai ciumannya. Tapi renjun melakukan itu, membuat harga diri jeno terluka tentu saja. Ia tanpa segan kembali mencium bibir renjun dengan kasar tanpa mau peduli renjun mungkin sangat membenci perlakuannya.

Saat itu, satu hal yang jeno sadari, bahwa ia menyukai bibir submisive yang ia cium. Bibir manis yang membuatnya ingin mencoba lagi, dan terus ia bayangkan bahkan saat ia sedang latihan.

Namun mau berapa kali pun jeno mencoba, renjun akan selalu menolak dan menangis jika ia menciumnya, itu menyebalkan bagi jeno. Meski ia pemaksa, tapi ia tak suka menikmati ciuman yang tak terbalas. Apalagi renjun sering memberontak jika ia cium, itu benar-benar menjengkelkan. Namun tetap saja, itu tak menghilangkan minatnya kepada bibir renjun.

Hanya saja, renjun terlihat lebih ketakutan setelah ia sering memaksa pemuda itu berciuman. Jeno berpikir renjun memang sedikit berlebihan, kenapa ia setakut itu, padahal jeno tak pernah memukulnya seperti korbannya yang lain, jeno juga tak pernah bertindak lebih selain ciuman.

Dan mungkin saat ini yang paling menyebalkan, bisa-bisanya renjun pingsan hingga mengharuskannya membawa pemuda itu ke uks.

"Kau benar-benar merepotkan" renjun sudah membuka matanya, ia menatap jeno tak enak, merasa bersalah sudah merepotkan si dominan.

"Jeno, kau boleh pergi saja. Aku sudah tidak apa-apa"

Jeno memandangnya dengan remeh. "Aku berada disini bukan karena peduli padamu bodoh, hanya sedang ingin" ujarnya ketus, ya karna ia memang tak merasa duduk hampir setengah jam lebih untuk menjaga renjun, ia hanya. . . ingin saja.

Renjun mengingat semuanya, perlakuan tak mengenakkan dari jeno. Namun ia tetap harus berterimakasih karna pemuda itu sudah mau menggendongnya ke uks.

"Jeno, terimakasih sudah mau membawaku kesini" jeno memberikan senyum manis, membuat jeno tanpa sadar tertegun.

Triste' || Noren [ ON GOING ]Where stories live. Discover now