11

5.3K 590 55
                                    


"Disini?" jeno memberhentikan mobilnya, setelah perdebatan panjang akhirnya renjun menyetujui agar jeno mengantarnya ke tempat kerjanya yang baru. Setelah beralasan ia harus mengganti baju, jeno memesankannya setelan baju agar renjun tak memiliki alasan lagi untuk menolak penawarannya untuk mengantarkan si manis itu.

Sementara renjun, berusaha berpikir keras bagaimana caranya agar jeno tak tau tempatnya bekerja. Karna renjun yakin, bukan hal baik siapapun mengetahui ia bekerja di club, terlebih itu adalah jeno. Alhasil ia meminta jeno menurunkannya di depan minimarket ia bekerja dulu, ia akan naik taksi saja setelah jeno pergi.

"Iya disini, aku akan turun, terimakasih telah mengantarkanku"

"Hm" entah mengapa, jeno merasa ada hal yang mengganjal. Padahal tidak ada yang mencurigakan, renjun pergi kedalam mini market tempatnya bekerja.

Ia berusaha mengabaikan pikiran negatifnya, memutar mobil lalu melajukannya. Jeno memutuskan berhenti di pinggiran jalan untuk merokok sebentar, tidak terlalu jauh dari minimarket tadi. perasaan mengganjalnya seolah terbukti, ia melihat renjun yang keluar dari toko itu, dan memanggil taksi.

Bukankah katanya submisive itu akan bekerja? Kemana lagi ia pergi? Jeno memutuskan mengikuti taksi yang renjun tumpangi dengan pelan, agar renjun tak menyadarinya.

20 menit berkendara, taksi itu berhenti didepan sebuah club yang terlihat dari luar cukup kecil. Kalau boleh jujur, jeno cukup terkejut, apa yang renjun lakukan disini? Namun ia berusaha tenang, memarkirkan mobilnya sedikit jauh agar tidak mencurigakan, lalu mengikuti renjun sampai kedalam.

Club atau bar bukan hal asing bagi jeno, ia sudah mengunjungi puluhan bar mewah bahkan sampai keluar negri. Namun mengejutkan mengetahui jika renjun berhubungan dengan tempat kotor ini. Karna jeno yakin, renjun bukan sosok yang pintar menjaga diri. Bukan berarti jeno menuduh renjun murahan, malah sebaliknya. Renjun mudah terluka, karena itu renjun tidak cocok di tempat seperti ini. Jeno yang pernah memaksanya, dan renjun tidak bisa melawan lebih hingga selalu berujung jeno yang berhasil mengusai si manis itu. Renjun mungkin hanya bisa memberontak, dan setelah itu menangis. Namun sekarang apa yang renjun pikirkan dengan pergi ke tempat seperti ini?

Jeno berusaha menangkan pikirannya yang berkecamuk. Ia memesan segelas minuman agar tidak terlalu mencurigakan, sembari menunggu renjun yang hilang entah kemana.

"Hei" jeno memanggil seorang pelayan didepannya.

"Saya?"

"Ya, kau. Apa kau mengenal seorang pemuda bertubuh kecil yang baru masuk tadi?" kebetulan ini baru menjelang malam hari, dan belum banyak orang yang masuk kesini.

"Oh, saya pikir itu adalah pelayan baru yang direkrut oleh nyonya. Apakah yang anda tanyakan adalah renjun? Kalau iya benar, dia anak sekolahan yang nyonya terima untuk bekerja disini, jangan sebarkan informasi ini ya tuan. Nyonya terpaksa menerima anak itu, karna dia cukup manis haha" 

rasanya gelas di genggaman jeno akan pecah karna ia genggam terlalu kuat. Sesaat melihat renjun masuk kedalam club ini, jeno sempat berpikir bahwa renjun adalah anak yang munafik karna menolaknya namun  berhubungan dengan tempat semacam ini, akan tetapi sekarang jeno pikir fakta itu akan lebih baik daripada mengetahui renjun benar-benar bodoh dan naif masuk ke tempat seperti ini untuk bekerja, padahal jeno menyentuhnya sedikit saja ia sudah menangis histeris.

"Oh itu dia tuan" jeno langsung menoleh, disana dapat ia lihat renjun dengan tubuh mungilnya yang dibalut oleh seragam. Peduli setan, sekarang jeno susah sekali untuk meredam hatinya yang begitu bergejolak. Ingin memaki kebodohan renjun, namun saat melihat wajah terkejut itu ia malah menjadi tidak tega. Jeno benar-benar menjadi sangat lemah terhadap renjun.

Triste' || Noren [ ON GOING ]Where stories live. Discover now