15

4.8K 537 67
                                    

Berhubung vote udh tembus 100 di chp sebelumnya, aku kasih hadiah lagi.
Selamat membaca 💗💗💗








Jeno tidak main-main, ia mulai melukis disekitaran dada renjun. “Disini tidak akan terlihat bukan?” melihat tak ada penolakan dari renjun, jeno dengan berani mengusap nipple renjun yang satu lagi. Membuat renjun kebingungan dengan apa yang ia rasakan. Ketika mulut basah jeno menyentuh kulitnya, seperti ada sengatan listrik yang menyenangkan yang mengaliri tubuhnya, namun renjun juga merasa malu akan hal itu.

Satu, jeno berhasil membuat satu tanda berwarna merah di sekitar dada renjun. Lalu apakah ia akan berhenti seperti katanya? Tentu tidak. Renjun terlihat pasrah tanpa melawan, kesempatan ini mungkin tidak datang dua kali untuknya.

Maka nipple  merah muda renjun menjadi sasaran mulutnya. Begitu jeno menyentuh disitu, terasa hangat dan basah. Namun itu juga mengejutkan bagi renjun.

Ahh!” ia kelepasan, kemudian terkejut sendiri dengan apa yang baru saja ia lakukan. Jeno yang melihat ekspresi terkejut renjun segera menenangkan. Mengusap lembut pipi renjun. “Tidak apa-apa, itu wajar. Kau sensitif disini, jangan menahan, aku menyukainya” lagi-lagi jeno meraup dada milik renjun, sehingga membuat renjun berusaha menutup mulutnya agar hal tadi tidak terulang, renjun sungguh malu. Tidak ada yang menyentuh tubuhnya sejauh itu, jeno yang pertama kali. Dominan itu yang pertama kali mengenalkan rasa aneh ini kepadanya.

Jeno begitu gencar menghisap dan menjilat bergantian kedua nipple itu, berusaha memancing lagi desahan yang berusaha renjun tahan. Jeno tau simanis itu malu, tapi jeno sangat ingin mendengarnya sekali lagi.

“Hnghh. . .”

Jeno menyeringai, dengan mulut nya yang terus bekerja, tangannya ia bawa kebawah, untuk mengusap perut renjun yang terasa begitu lembut untuk disentuh. Jeno ingin memberi tanda diseluruh tubuh renjun jika bisa, jadi ia mencoba peruntungan sekali lagi, untuk melukis di perut submisivenya itu.

Jeno membuka keseluruhan kancing kemeja renjun, tanpa disadari oleh orangnya. Begitu ia menenggelamkan wajahnya di perut lembut itu, tubuh renjun bergetar, apalagi saat jeno mulai menyapukan lidahnya. “Ternyata seluruh tubuhmu sensitif, begitu mudah untuk dirangsang. Bukan begitu kitten?” nama yang manis itu jeno sematkan, begitu melihat ekspresi renjun yang membuatnya gila. Mata renjun berkaca-kaca, padahal jeno hanya memberikan beberapa tanda, tidak lebih.

“Jeno. . . cukup” renjun mengatakan itu sambil mengerang, karena jeno kembali menyentuh pinggangnya. Tangan jeno seperti api, meninggalkan jejak-jejak yang terasa panas di kulitnya.

“Satu lagi, aku janji” jeno benar-benar tak membuang waktu, mulutnya kembali bekerja untuk menyapu di seluruh perut renjun. Terakhir, ia menggigit kecil disamping pusar submisive itu yang menghasilkan warna keunguan dikulit putih bersih itu. Dominan itu bangun dari posisinya yang tadi mengukung renjun.

Sial sekali, renjun kembali membuatnya gila. Posisi renjun yang terlentang, dengan kancing kemeja yang terbuka sehingga menampilkan tubuh indahnya. Dari sini ia bisa melihat tanda yang ia buat di tulang selangka renjun, dekat dada, juga dua diperut. Dada renjun terlihat basah karena ulah nya, ditambah lagi si manis yang terengah-engah, membuat jeno menyugar rambutnya kasar, frustasi.


Renjun tidak sadar dengan keadaannya sekarang, ia terlalu terpaku dengan euforia yang baru ia rasakan. Maka dengan cepat jeno mengambil tisu, membersihkan tubuh renjun yang basah di beberapa bagian. Namun begitu renjun sadar dengan yang jeno lakukan, matanya terbelalak. Ia menatap horor ke-arah jeno dengan wajah semerah tomat. Buru-buru renjun bangun dan merapatkan bajunya. “Kau. . . mesum” ia masih menatap jeno dengan tajam, yang malah terlihat lucu dimata dominan.

Triste' || Noren [ ON GOING ]Where stories live. Discover now