20

4.7K 507 109
                                    

⚠️: mention of bullying, sexual harrasment!






"Katakan padaku jika ada yang menggangumu, mengerti? Jika bisa, coba lawan. Ada aku dibelakangmu"

Keduanya sedang duduk di taman belakang sekolah, diatas rumput hijau dan dibawah pepohonan rindang kesukaan renjun. Rambut hitam berkilau milik si mungil yang mulai memanjang disapu angin. Membuat jeno yang merebahkan diri diatas paha renjun bisa menyaksikan pemandangan indah yang tak terduga-duga. Dari bawah sini ia bisa melihat bulu mata lentik yang membalut iris indah milik renjun. Perpaduan lembut angin yang menyapa, dengan keindahan renjun yang begitu memanjakan mata, sungguh sempurna untuk jeno nikmati di siang hari di sekolah yang membosankan. 

Tangan renjun jeno ambil, memberikan isyarat kepada si aries untuk mengusap rambutnya.

"Tidak apa-apa, aku bisa menahannya jika itu hanya sebatas perkataan saja" tatapan teduh renjun, lagi-lagi membius sosok yang tertidur dipahanya.

"Aku ingin kau melawan, apa yang kau takutkan? Kau mampu melakukan itu renjun, jangan biarkan mereka menyakitimu lagi" jeno tentu lebih dari bisa untuk sekedar melindungi renjun. Tapi dari segi manapun, tidak ada salahnya jeno mencoba untuk membuat orang yang ia cintai menjadi lebih kuat.

Jeno menyukai renjun apa adanya, tapi ia akan lebih tenang jika renjun sedikit lebih berani. Karna tidak ada yang menjamin jeno selalu ada disamping renjun kedepannya.

"Akan lebih rumit jika aku melawan jeno,  lagi pula tidak ada yang menggangguku secara berlebihan akhir-akhir ini" rambut blonde si dominan terus ia usap. Merasakan helai-helai halus itu menyelip diantar jari-jarinya. Tersenyum manis, begini ternyata rasanya memberi sentuhan lembut kepada seseorang, menyenangkan.

Jeno terkekeh, ia menebak pasti dalam hati renjun mengatakan bahwa ia yang mengganggu renjun paling berlebihan, sampai membuatnya menangis. Itu cukup membuat jeno menyesal, tapi menikmatinya juga. Ia suka melihat renjun yang cantik saat menangis karenanya. Dan mungkin akan ia lakukan lagi ketika renjun sedikit sembuh nanti "apa dulu aku sangat jahat padamu?" tangan renjun yang mengusap rambutnya ia tarik dalam genggaman, membawa kedekat bibirnya untuk bermain-main dengan jemari kecil itu.

Renjun tersenyum, manis sekali. "Tidak apa-apa, aku sudah melupakannya" renjun tidak bohong, dari dulu pun ia tidak menaruh dendam kepada jeno. Hanya saja saat ia sedikit kacau ia akan merasa lelah untuk menghadapi dunia, tidak hanya jeno. Dominan itu bukanlah apa-apa dibandingkan perlakuan yang ia dapat dirumah selama ia tumbuh. Ditambah sebaik apa jeno sekarang, renjun benar-benar melupakannya.

"Apa aku bisa menebusnya?" jeno kembali melontarkan pertanyaan. Menghabiskan waktu bersama renjun tak pernah terasa membosankan untuknya, sampai sekarang.

"Kenapa ingin menebusnya? Kau kan senang menggangguku dulu, bukan begitu?" senyum renjun tak luntur, membuat jeno tertawa kecil.

"Benar juga, aku suka melihatmu menangis. Itu menyenangkan" tubuhnya berbalik, hingga berhadapan dengan perut si manis yang tertutup seragam sekolahnya.

"Semua orang memang suka melihatku terluka sepertinya" renjun menambahkan, sembari tertawa kecil. Menertawakan kehidupannya yang menyedihkan. Atau mungkin, dia yang terlalu lemah dan mudah ditindas? Karna sejatinya semua manusia memiliki luka dan pernah dilukai, hanya saja mungkin mereka lebih kuat dari renjun. Karna itu pula, renjun sering ikut membenci dirinya sendiri yang tak pernah menjadi kuat.

"Bodoh, aku suka melihatmu menangis, bukan terluka" dengan tak berperasaan, jeno menggigit kulit perut renjun, cukup kuat hingga membuat si manis mengaduh dan mendorong kepala jeno sedikit menjauh. Perutnya diusap, menatap jeno dengan tajam. Kelakuan jeno semakin kemari benar-benar tak bisa renjun tebak.

Triste' || Noren [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang