14

5K 521 96
                                    

⚠️: bagian akhir-akhir nya bkin perut mules.





Dan semua kehancuran itu bermula disana, semua penderitaan yang renjun kecil alami. Ketika malam hari itu ia memanggil sang ayah dengan linangan air mata, namun tak ia dapatkan. Melainkan sang ibu yang menghembuskan nafas terakhirnya didekapan. Setelah itu, tak ada bahagia yang renjun dapatkan.

Ayahnya, yizang. Ia berubah total, karena kehilangan wanita yang ia cintai. Yizang baru pertama kali mencintai dengan hebat, namun ia kehilangannya. Namun lebih dari itu, rasa bersalah sangat memukulnya. Disaat kekasih hatinya memintanya untuk pulang dengan senyum indah di bibir pucatnya, yizang menyanggupinya. Namun ia malah ingkar, dan tergoda untuk menghabiskan malam dengan sosok yang sudah ia putuskan untuk tak berhubungan lagi.

Rasa bersalah, dan rasa kehilangan yang yizang rasakan begitu besar. Ia ingin menagih janji wendy yang berkata akan menghabiskan waktu lebih banyak dengannya. Hal itu membuat yizang gila dan melupakan renjun. Seminggu setelah pemakaman wendy, yizang bagaikan mayat hidup. Ia merasa sudah tak bisa menjalani hidupnya tanpa sosok itu. Ia masih sangat ingin bersama kekasihnya itu.

Sebulan kemudian, yizang ditemukan gantung diri di apartemennya. Dengan sepucut surat wasiat berisi semua warisannya untuk renjun.

Lena yang mengetahui itu sakit hati. Ia belum sembuh dari keterpurukannya karena yizang memilih wanita lain. Kini banyak hal seolah menghantamnya lagi. Bukan terluka, kini benci yang besar tumbuh di hatinya.

Benci karna ternyata yizang rela mati untuk perempuan itu, benci karena yizang tak menganggapnya dan anak-anaknya ada dengan mewariskan segala harta miliknya kepada renjun.

Disitulah alasan mengapa lena mengambil keputusan untuk merawat renjun. Karna ia merasa bahwa harta itu adalah miliknya, terlebih setelah ia mengetahui fakta bahwa ia hamil karna kejadian malam itu.  Sedikitpun lena tak merasa bersalah, baginya itu adalah kesempatan satu-satunya untuk membalas semua rasa sakit yang ia rasakan.

Dan disitu semuanya dimulai, semua penderitaan renjun. Semua rasa benci dan dendam lena kepada orang tua renjun yang harus renjun tanggung seumur hidup. Diumur tiga tahun, mulai hari dimana renjun memasuki rumah itu, ia kerap kali disiksa bagaikan binatang. Tubuh kecilnya sering mendapat pukulan, tidak diberi makan, makian, bahkan dikurung diluar rumah saat hujan. Banyak hal yang renjun terima dirumah bernuansa putih itu. Walau seperti itu, keesokan harinya ia akan dengan manis kembali memanggil lena dengan sebutan mama. Seolah perempuan itu bukanlah yang menyiksanya membabi buta. 

Hari itu, dimana lena kembali melampiaskan semua rasa sakitnya kepada renjun. Menenggelamkan kepala renjun kecil kedalam wastafel yang terisi air penuh. Renjun kesusahan bernafas, tidak— bahkan ia tak diberi waktu untuk bernafas. Renjun benar-benar disiksa sedemikian rupa. Tak sampai disitu, lena kelepasan membentur kepala renjun dangan keras, padahal wastafel itu berlapis granit yang membuat kepala renjun bocor. Darah mengalir deras dari kepala si kecil, lena tidak menyesal. Ia hanya sedikit ketakutan. Maka untuk pertama kalinya renjun mengenal rumah sakit diantar banyaknya luka yang ia terima.

Renjun kecil dinyatakan kehilangan ingatannya. Setelah dianalisis, kasus yang terjadi kepada renjun cukup menggemparkan bagi para dokter disana. Dimana renjun kehilangan ingatan bukan karena kepalanya yang bocor, namun memori renjun sendiri yang mengubur semua ingatan itu demi melindungi psikis sang pemilik tubuh. Kasus yang biasanya dialami oleh pasien yang memiliki trauma besar atau mengalami serangkaian kejadian tidak mengenakkan.  Saat itu para dokter yang menangani renjun menyarankan agar renjun mengikuti terapi, karna itu bukanlah hal yang wajar dialami anak 5 tahun. Ingatan yang sengaja dihapus oleh alam bawah sadarnya, pasti ada hal buruk yang anak itu alami, pikir dokter.

Triste' || Noren [ ON GOING ]Where stories live. Discover now