12

6.8K 580 53
                                    

Ini tengah malam, jeno kembali memasuki kamarnya dimana renjun berada. Disana, diatas ranjang renjun duduk dengan memeluk kedua lututnya. Matanya terpejam, membuat jeno berjalan pelan untuk kemudian ikut duduk disisi ranjang dekat dengan renjun.

Surai lembut renjun jeno usap, padahal baru beberapa saat, tapi jeno merasakan perasaan yang tak bisa ia jabarkan ketika menemukan sosok renjun di kamarnya, atau didalam apartemennya.

Jeno ingin meluruskan kaki renjun, dan merebahkan tubuh itu. Akan tetapi mata yang semula terpejam kini terbuka. Kembali menarik diri kedalam posisi semula.

"Jangan. . ." lirihnya.

Jeno berusaha meraih tangan-tangan renjun yang terlihat kecil, memainkan jari-jarinya dengan lembut. Jari manis renjun jeno usap dengan pelan. "Kenapa? Bukankah kau ingin tidur dengan nyenyak, berbaringlah, jangan duduk seperti ini" renjun tidak menggubris, malah iris cantik itu kembali tertutup dengan pelan.

Jeno tidak bisa membiarkan renjun tertidur dalam posisi seperti ini. Oleh karena itu ia ingin membaringkan renjun.

"Jangan— aku tidak ingin berbaring"  renjun kembali menolak.

"Tapi kenapa? Kau tidak bisa tidur seperti ini, badanmu akan sakit" jeno ingin memaksa, membaringkan renjun kemudian memeluknya. Akan tetapi kejadian terakhir kali cukup menakutinya, jadi jeno memilih lebih sabar dalam menghadapi sifat renjun, sebelum mengetahui penyebab kenapa renjun bertingkah seperti ini.

"Semuanya, terasa berisik saat aku tidur. Aku hanya ingin tenang" 

Jeno menarik tubuh renjun kedalam dekapannya. "Aku akan memelukmu seperti ini, aku akan mengusir semua hal yang mengusik tidurmu" perlahan, jeno membaringkan tubuh  itu, renjun tidak menolak, ia sangat mengantuk. Namun suara-suara berisik, juga bayangan menakutkan itu terus menghantui tidurnya. Itu membuatnya enggan untuk menutup mata.

Jeno memberi jarak diantara mereka, agar dapat mengamati wajah renjun. Iris cantik itu masih terbuka, dengan lembut jeno mengusap kelopak mata renjun. "Tidurlah, tidak akan ada yang akan mengganggumu, aku janji" usapan jeno yang terus menerus menyentuhnya, juga kata-kata penenang yang tak berhenti, seolah menjadi lulaby untuk menghantar tidurnya.

Jeno kembali berjaga semalaman untuk renjun, setiap alisnya mengkerut, jeno akan mengusap pelan dahi renjun agar anak itu kembali terlelap dengan tenang. Setiap renjun terusik dan menggeliat, jeno akan terbangun untuk memastikan renjun kembali tertidur Dengan nyaman. Jeno melakukan itu semua dengan sepenuh hati, hingga ia sendiri kebingungan dengan sifatnya yang bisa berubah drastis dengan renjun.

——TRISTE——

"aku harus pulang kerumah, aku harus sekolah" renjun berujar tanpa mau menatapnya, dan jeno tebak bahwa renjun masih marah kepadanya. Sekarang jeno tanpa sadar begitu mementingkan setiap detail perasaan renjun.

"Masih marah kepadaku?"  jeno memperhatikan renjun yang masih di atas ranjang dengan penampilan acak-acakannya. Rambutnya yang mencuat kesana kemari, serta tangan kecilnya yang sibuk memilin selimut yang menutupi kakinya. "Kurasa kau masih marah" tangannya kembali menjangkau surai renjun, untuk sekedar mengelusnya pelan. Beberapa saat menghabiskan waktu penuh dengan renjun, rasanya jeno semakin sulit menahan diri untuk sekedar menyentuh renjun.

"Aku minta maaf, tapi aku tidak akan membiarkanmu kembali. Seperti kataku, itu bukan tempat yang cocok untukmu" ujar jeno. Renjun mencoba menatap iris gelap jeno. Kenapa jeno terus menerus berlaku sangat lembut kepadanya, kenapa jeno meminta maaf, dan bahkan bertanya apa ia masih marah atau tidak. Kenapa jeno peduli akan perasaanya? Walau jeno masih pemaksa, tetapi sikapnya sangat membingungkan, jeno benar-benar memperlakukannya dengan sangat lembut.

Triste' || Noren [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang