03

5.4K 608 70
                                    

Renjun Tidak tau, apalagi kesalahannya kali ini hingga ia harus dikurung dikamar mandi.

"Ma, tolong buka. . ." ia ingin sekolah, ingin makan. Tapi lena—mamanya malah memukul dan mengurungnya di kamar mandi kemudian.

Bukan Renjun terlalu lemah dan tidak bisa melawan seorang perempuan. Renjun bisa, namun mungkin ia tak akan bisa menghadapi konsekuensi nya setelah itu. Mungkin saja ia akan dibunuh oleh anak-anak dari lena karna menyakiti mama mereka.

Karna bagaimanapun, disini renjunlah yang selalu bersalah. Kelahirannya adalah kesalahan.

"Ma, renjun mohon. . . maafkan renjun kalau renjun punya salah sama mama" ia masih berusaha membuka pintu itu. Namun nihil, sudah 3 jam dia dikurung disini tanpa alasan.

Tiba-tiba suara keras terdengar, ada yang menendang pintunya Dari luar. "diam brengsek! Kesalahanmu itu Banyak! Makanya Ku bilang mati saja dan ikut ibumu. Kau lahir saja sudah salah! Semuanya akan baik-baik saja jika kau dan ibumu tak merusak keluargaku! Bajingan, semua pukulan yang kau terima tidak akan bisa menebus dosa yang sudah ibumu perbuat, jadi nikmati saja semuanya, jangan merasa bahwa mamaku yang menyakitimu jalang. Itu semua adalah buah dari yang ibumu tuai"

Itu, suara karina. Kakak pertamanya.

Renjun terdiam. benar, ini semua salahnya, Kenapa ia harus lahir dan membuat semua orang merasa sakit. Seharusnya dia mati, namun dengan egois renjun ingin hidup dan menyusahkan semua orang. Karina benar, seharusnya renjun menanggung semua kebencian dari lena dengan iklas, karna ini memang salahnya.

"Maaf. . ."

Namun renjun juga manusia, kenapa ia dilahirkan jika kelahirannya salah dan menyakiti Semua orang. Kenapa ia harus lahir hanya untuk menderita, kenapa?

Renjun tidak tau, bahwa dibalik pintu karina juga menangis. Tangannya dengan bergetar membuka kunci pintu kamar mandi renjun tanpa sepengetahuannya. Sayangnya renjun tak menyadari itu, ia juga tak berniat lagi keluar. Seperi kata karina Seharusnya renjun menanggung ini dengan iklas.

.

.

.

.

.

Jam makan malam, lena memasuki kamar renjun, tidak lain untuk membebaskan anak itu.

"Jika dia mati, aku juga yang akan repot" tentu saja bukan karena rasa kasihan atau sayang. Hanya menghindari hal yang tak ia inginkan.

Lena akan membuka pintu itu, namun ternyata tidak terkunci lagi. Buru-buru ia membuka untuk memastikan apakah renjun masih didalam. Karena jika tidak, ia akan marah besar.

Namun Renjun masih Didalam, bersandar didinding dengan mata tertutup. Lena memperhatikannya, namun Tidak sedikitpun ia menaruh rasa kasihan walau melihat wajah renjun yang sedikit memar karena ia pukul Dengan kayu.

Yang ia pikirkan adalah siapa yang membuka pintu ini? Apa ia tak mengunci nya dengan benar?.

"Yang penting anak ini tak keluar dan menerima hukumannya" padahal, entah kesalahan apa yang diperbuat renjun hingga ini bisa disebut hukuman. Anak itu hanya diam dan melaksanakan perintahnya, namun renjun selalu harus menerima hukuman tanpa tau apa kesalahannya.

Lena berjalan, mengambil sebaskom air dan menyiramnya ke arah renjun. "Bangun! Kau tidak boleh mati sebelum membayar semua rasa sakitku" hanya seperti itu, tanpa rasa iba sama sekali lena melempar baskom yang menimbulkan bunyi nyaring lalu pergi melenggang dari sana.

Triste' || Noren [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang