18

6.9K 635 121
                                    

Voment ya 💗💗

Rembulan mulai mengambil tugasnya, menjadi saksi sepasang anak manusia yang belum terlelap disaat gelap menjemput. Apartemen mewah bernuansa gelap itu belum sunyi disaat yang lain sudah mengarung mimpi.

Si dominan yang memang tak tidur langsung menuju kebawah saat mengetahui ada pergerakan disana. Ternyata sosok mungil yang sudah beberapa hari menjadi temannya dalam apartemen ini sedang bergelut dengan peralatan dapur.

"Renjun" panggilan itu membuat si empu terkejut, air panas yang sedang ia tadah kedalam gelas dari pemanas air itu terciprat ketangannya dan menghasilkan ringisan yang membuat sosok dibelakangnya panik.

Buru-buru jeno menarik gelas itu, beserta memastikan tangan renjun tak kenapa-napa. "Tidak apa-apa, aku hanya terkejut" jelas si mungil.

Jeno lega, namun tak semerta-merta melepas renjun dari jangkauannya. Kini ia malah meraih pinggang ramping itu hingga renjun berada dalam jarak yang begitu intim dengannya. Tidak apa, renjun sudah terbiasa dengan segala skinship yang jeno beri. Kini ia malah begitu menyukai setiap sentuhan jeno pada kulitnya, termasuk bagaimana lembutnya tangan kasar itu membelai pipinya, kemudian mengecup dahinya. Renjun merasa dicintai, walau ia selalu menapik bahwa mungkin kenyataannya tak seperti itu.

Rembulan kembali menjadi saksi bagaimana sentuhan-sentuhan hangat yang jeno beri kepada renjun, penuh perasaan puja yang tak diketahui oleh pemilik tubuh yang kerap ia beri afeksi. "Aku suka pipimu yang sekarang, ini lebih baik" wajahnya mendekat kearah benda kenyal nan bulat itu, bermain-main di pipi renjun dengan bibirnya. Mengecup, menghirup lama, kadang juga menggigit kecil karna tak tahan dengan lembutnya pipi gembil itu.

Renjun tidak mengelak, ia membiarkan jeno memperlakukan pipinya sesuka hatinya. Karna renjun sedang membutuhkan kasih sayang.

"Kenapa terbangun? Lapar?" tanya jeno setelah selesai dengan kegiatannya, namun ia sama sekali tak melepas rengkuhannya.

Malam yang semakin larut, membuat udara semakin dingin. Begitu pula dengan renjun yang mungkin tidak berada dalam kesadaran penuh disaat-saat seperti ini, seperti memiliki kepribadian berbeda ia tanpa ragu membalas pelukan sang dominan. Mengusak wajahnya di dada bidang dan kekar itu. Dapat renjun rasakan otot-otot perut jeno karna kedekatan mereka yang tak berjarak, juga dada jeno yang begitu keras. "Tidak bisa tidur" rengeknya manja. Jeno sendiri yang menghadapi sikap lain dari renjun meneguk ludahnya kasar, ia tak tau bahwa renjun bisa merengek dan menjadi manja seperti ini.

Tidak bohong, jeno tentu senang menghadapi renjun yang seperti ini. Ia senang jika renjun mulai nyaman dan mempercayainya. Disaat hari-hari biasa renjun begitu segan dan malu untuk bersandar kepadanya.

"Kenapa hm?" surai lembut itu jeno elus. Membuat si manis semakin nyaman berada dalam pelukan hangat itu. Tadi ia mencoba tidur dengan susah payah namun gagal, tapi sekarang dengan mudahnya matanya merasakan kantuk ketika jeno menebar banyak afeksi untuknya.

Diambang sadarnya, renjun masih ingat tujuannya turun kedapur. "Ingin susu" ujarnya lirih.

Perkataan renjun normal, namun otak liar jeno selalu mengartikan hal biasa menjadi ambigu jika menyangkut renjun. Jam-jam seperti ini adalah jam rawan, oleh karena itu jeno menjaga kewarasannya agar tetap penuh saat menghadapi renjun yang seperti ini. Setidaknya ia tau hal menarik lainnya, renjun mungkin akan seperti ini dimalam hari. Andai jeno tau satu hal lainnya, bahwa ialah yang pertama menikmati sisi renjun yang seperti ini, Tidak ada yang lain, jeno yang pertama. Karena jeno manusia pertama yang menebarkan cinta dan kasih sayang hingga membuat renjun menunjukan banyak sisi lainnya tanpa sadar, yang ia sendiri pun tak tau bagaimana dirinya disaat keadaan-keadaan tertentu.

Triste' || Noren [ ON GOING ]Where stories live. Discover now