06

5.7K 614 88
                                    

Masih di tempat yang sama, entah Berapa lama renjun tertidur namun saat ia membuka mata dan menoleh ke dinding kaca, ia dapat melihat  keluar dan langit sudah gelap. Renjun terkejut, namun ia bangun perlahan karna sadar bahwa bahu nya masih sakit.

Betapa terkejut nya renjun saat melihat banyaknya  laki-laki yang sedang berlatih Di ruangan yang sama dengannya. Renjun merasa lebih panik saat menyadari Jeno tak ada di ruangan itu. Apakah Jeno meninggalkannya? Kenapa ia tega sekali.

Renjun buru-buru mengambil tas nya, ia merasa tak nyaman berada di satu ruangan yang sama dengan banyak nya laki-laki yang terlihat menyeramkan itu. Ia merasa hanya Semut kecil di antara gajah-gajah besar.

Renjun mengambil langkah lebar, walau ia tak tau daerah ini tetap lebih baik keluar dulu dari sini. Renjun merasa sedikit kecewa dengan sikap Jeno yang meninggalkannya disini, tapi Jeno memang selalu se-enaknya bukan?

"Hei kau"

Ia merasa seseorang memanggil nya, dengan kikuk renjun berbalik, "saya?" tanya nya.

Laki-laki dengan tubuh tinggi itu mendekat. "Mau kèmana kau?" berpasang-pasang mata menatap mereka, walau hanya sekilas Itu membuat renjun meneguk ludahnya kasar. Ia menjawab dengan terbata "saya—akan Pulang, maaf tertidur lama disini" sungguh, renjun ingin segera Menghilang dari situasi tak menyenangkan ini.

"Pulang dengan siapa Huh" Renjun menoleh, ia mendapati Jeno yang keluar dari toilet dengan rambut basah, juga tubuh tanpa atasannya. Sepertinya Jeno suka sekali bertelanjang dada.

"Ah, aku berniat menahan nya, kupikir ia akan Pulang sendiri tadi" jawab sungchan, lelaki yang memanggil renjun tadi. Ia berlalu dari sana, membiarkan Jeno menghampiri renjun.

Jeno sibuk mengeringkan rambut basahnya dengan handuk kecil, mengabaikan renjun yang memandang tak tentu arah, karna sungguh! Kenapa Jeno tak kunjung memakai baju? Apa ia tak keinginannya?

"Aku harus Pulang" cicitnya.

Jeno mengangguk, "aku tau, tadi aku hanya melanjutkan sedikit latihan sembari menunggumu bangun. Aku akan memakai baju, tunggu sebentar" Jeno dengan cekatan mengambil hoodie hitam didalam tas dan memakai nya dengan cepat. Menyampirkan tas nya, kemudian menghampiri renjun. Jeno menyempatkan mengambil obat renjun yang terletak di atas meja, sepertinya renjun melupakannya.

Tangan mungil itu kembali Jeno genggam dengan hangat, Membuat renjun kebingungan. "Ayo" meski wajah Jeno datar, renjun tetap merasa berbeda dengan tingkah laku Jeno hari ini.

Sesampainya di mobil, Jeno membuka obat renjun yang berjumlah tiga Butir kemudian menyerahkannya kepada si manis "kau melupakan obat mu, bahumu akan Nyeri jika tidak kau minum" Jeno ikut membuka sebotol air Kemasan, dan menyerahkannya kepada Renjun.

Renjun menelan obat nya dengan mulus, lalu meminum airnya sampai habis setengah. Ia cukup haus sebenarnya "terimakasih jeno"  renjun mengucapkan dengan tulus.

Namun sepertinya tiap detik dalam hidup Jeno tidak akan tenang tanpa menggoda renjun. "Itu Tidak gratis" ia menyeringai, melihat wajah renjun yang mulai memerah.

"Jeno, Jangan Lagi!" renjun berujar kesal, ia seolah kehilangan rasa segannya kepada Jeno. Si dominan tergelak keras, ia menyalakan mobilnya dan melaju dari sana.

Sementara renjun, masih sedikit terpaku terhadap tawa Jeno. Suara beratnya terasa lebih baik Saat tertawa, juga mata bulan nya yang ikut menyipit, itu terlihat lebih menyenangkan untuk renjun pandang dari pada ekspresi datarnya. Jujur saja, mungkin ini pertama kalinya Renjun melihat Jeno tertawa seperti itu.

"Apa kau takut?" Jeno bertanya tiba-tiba, membuat alis renjun mengkerut bingung. "Takut apa?" perjalanan dari tempat pelatihan  kerumah renjun cukup jauh, itu membuat mereka menghabiskan banyak waktu berdua dalam sunyi jika tanpa obrolan.

Triste' || Noren [ ON GOING ]Where stories live. Discover now