19

4.5K 524 62
                                    

Karena kejadian tadi pagi, sekarang renjun benar-benar merasa malu untuk menatap wajah jeno, berbeda dengan si dominan yang merasa paginya begitu cerah.

Sebenarnya tidak ada yang lebih, jeno hanya mewarnai kulit tubuh renjun bagian atas dengan semangat, ia berhenti dengan sebuah ciuman panas. Hanya saja waktu ia melakukan itu cukup lama, membuat ingatan itu membekas diantara keduanya.

Namun yang keduanya rasakan berbeda, jeno yang bahagia, renjun yang kepalang malu. Setiap menatap jeno semburat merah akan menghiasi pipinya, dan ingatan itu memenuhi pikirannya.

Jeno terkekeh kecil, renjun yang malu-malu dan salah tingkah selalu bisa menghiburnya. “ayo mandi” mereka masih didalam selimut sebenarnya, karna jam masih menunjukan pukul enam.

Mungkin karna barusan jeno memperlakukan tubuhnya dengan intim makanya sekarang mata renjun melotot, sangsi akan ajakan jeno. “apa yang kau pikirkan dengan otak kecilmu hm? Aku tidak mengajakmu mandi bersama jika itu yang kau pikirkan”

Renjun kembali merona malu, ia membalikkan tubuhnya hingga memunggungi jeno. Tetapi si dominan tak kehabisan ide, direngkuhnya pinggang ramping si manis agar semakin dekat dengannya, membuat tubuh mungil itu menjadi gulingnnya. Selepas menyentuh sedikit tubuh renjun, jeno merasa semakin menggebu-gebu untuk berdekatan dengan submisive itu, Tidak ingin jauh sesentipun. Oleh karena itu hidung bangirnya kembali mendekat ke arah tekuk si manis, membubuhkan kecupan-kecupan ringan disana. Membuat si empu kegelian. “jeno, jangan”  pinta renjun, namun si pemilik tubuh kekar itu tidak  mengindahkan. Semakin gencar mengecup tekuk itu ditambah tangannya yang memeluk erat tubuh mungil renjun. Sesekali ia akan menghirup juga surai si manis yang begitu lembut, layaknya bulu kucing.

Untuk sesaat jeno berfikir, hidupnya yang sempurna kerap membosankan. Adanya renjun untuk ia lindungi dan cinta mulai membuat secercah warna timbul. Mulai dari hal-hal kecil seperti ini, dulu jeno tak pernah merasakan pagi yang menyenangkan seperti ini karna memeluk dan menggoda seseorang. Tak pernah pula ia bayangkan kalau ada seseorang yang menemaninya tidur bisa membuat perasaannya sepenuh ini, tanpa rasa kosong.



Renjun bangun, kesal dengan tangan jeno yang tak bisa diam dan terus menggelitiki nya.  Tangannya menggenggam satu tangan jeno, dan satu lagi menekan dada si dominan yang masih tertidur diatas kasur. Tatapannya berapi-api, melayangkan permusuhan kental ke arah si dominan. Mungkin batin renjun ia terlihat seram saat marah, kenyataannya sungguh miris, dimata jeno anak itu justru seperti anak kucing yang sedang merajuk. “ouch  apa kucing kecil ini marah? Menakutkan sekali” rahang kecil si manis jeno jepit dengan jarinya kemudian ia goyang-goyangkan, membuat renjun semakin kesal. Jeno masih sama semena-mena nya seperti dulu, hanya saja sekarang rasa takutnya kepada pewaris tunggal itu sedikit hilang. Hingga ia berani mununjukan rasa kesalnya.

“jangan meledek! Kau kan sudah berjanji tidak akan menyentuhku jika aku bilang tidak suka” bibirnya melengkung kebawah, sebenarnya renjun kurang paham dengan perasaanya. Ia bukan tak suka saat jeno menggodanya,hanya saja itu membuatnya salah tingkah dan tak tau harus menyingkapi seperti apa.

Gemas sekali, jeno tak tahan untuk kembali menarik renjun kedalam pelukannya. “Tapi kau kan sudah mengijinkanku tadi” peringat jeno kepada kejadian satu jam lalu saat ia meminta ijin untuk sedikit menyentuh kucing manisnya.

“bukan itu! Kau terus menggodaku. . .” renjun melirih, karna ia sebenarnya masih malu dengan kejadian beberapa saat yang lalu. Ia kesal namun sekarang kembali dengan nyaman tertidur diatas tubuh besar jeno, menjadikan detak jantung teratur si lee sebagai melodi yang menenangkan untuk ia dengar.

 “malu huh?” tebak jeno, “biasakan lah untuk menerima segala sentuhanku, selagi itu tak membuatmu takut. Aku akan terus melakukannya, mengerti?” tekan jeno.

Triste' || Noren [ ON GOING ]Where stories live. Discover now