08

5.5K 645 70
                                    


Renjun menemukannya, pekerjaan dengan gaji yang lumayan. Namun, tempatnya yang membuat renjun dilema. Sebuah bar,  yang tentu berisi hal-hal yang tak baik. Begitu juga dengan ingatan Renjun, bar bukanlah hal yang meninggalkan memori baik untuknya. Akan tetapi renjun tak punya pilihan, ia harus berhenti di tempat sebelumnya karena renjun mulai bersekolah sampai sore sekarang, sedangkan disana ia harus bekerja dari siang. Ia tak punya pilihan lain selain keluar.

Dan tak banyak pekerjaan di seoul untuk sift malam saja, kecuali bar. Renjun berusaha menenangkan diri, mungkin ia akan mencobanya terlebih dahulu. Gajinya lumayan, dan katanya ia hanya menjadi pelayan yang akan mengantarkan minuman sekarang.

"Kau bisa mulai bekerja besok malam" ujar salah satu kepala pelayan disana.

"Terimakasih" renjun membungkuk sekilas, kemudian keluar dari sana. Langit hampir gelap, namun renjun belum sampai di rumah. Ia belum menyiapkan makan malam untuk lena dan saudaranya, entah semurka apa lena nantinya.

Renjun pulang dengan bus, ia tentu tak melupakan jeno yang mengajaknya keluar malam ini. Namun berdoa saja lena dalam suasana hati yang baik, karna biasanya renjun akan mendapatkan sedikit hukuman jika pulang terlambat dan belum mengerjakan pekerjaannya.

Renjun membuka pintu utama dengan pelan, disana diruang keluarga, lena dan anak-anaknya  terlihat bahagia menonton serial movie dengan cemilan di pangkuan mereka.

Winter yang tertidur di pangkuan lena, dangan kepala yang terus dielur oleh sang ibu, juga yuna yang sibuk menggoda jisung, sungguh pemandangan yang hangat. Rasanya renjun begitu jahat hadir di tengah-tengah keluarga ini, dan terus membuat suasana kacau dengan kehadirannya.

Hanya kurang karina, mungkin kakak pertamanya itu lembur. Karena karina sudah mulai bekerja 2 tahun yang lalu, ia sering tak ada dirumah.

Renjun akan berjalan melewati mereka, namun terhenti dengan suara lena "berhenti menjadi parasit tak tau diri renjun, aku membiarkan sampah sepertimu tinggal dirumahku bukan untuk melihat kau pulang pergi dan hanya istirahat. Setidaknya bergunalah tinggal dirumah ini, bersihkan sisa peralatan dapur, sekarang." tidak, suara lena tidak tinggi jika didepan anak-anaknya. Terlebih jisung, lena begitu menyayangi anak laki-lakinya itu, ia tak akan pernah mengeluarkan bentakan bahkan untuk renjun didepan anak itu. Karena lena bahkan tak ingin membuat anaknya tak nyaman.

Oleh karena itu renjun mengatakan bahwa lena adalah ibu yang baik untuk anak-anaknya, tapi renjun tidak pernah lena anggap anaknya, karena itu lena akan kejam kepadanya. Lagi pula, renjun tak akan pernah bisa marah kepada lena atas perlakuannya, karena renjun tau betul bahwa alasan lena melakukan semua itu pantas untuk ia terima. Walau kadang renjun lelah, tapi ia berani bersumpah bahwa sedikitpun tidak pernah ia merasakan benci kepada lena.

Dengan segera renjun pergi ke dapur, mengabaikan rasa lelahnya yang mendera. Sepertinya lena sengaja membiarkan semuanya lebih berantakan. Renjun menghela nafas dan mulai membersihkan semuanya dengan cepat. Ia naik ke-atas, saat melewati ruang tamu tidak ada lagi mereka disana, tinggal sampah sisa cemilan yang mereka makan.

Renjun dengan cekatan membersihkan semua itu, ia melihat jam tangannya ternyata sudah pukul 19:30. Buru-buru renjun kekamarnya, mandi dan bersiap-siap. Ia segera turun setelah melihat pesan bahwa jeno sudah didepan. Namun naasnya renjun harus berhadapan dengan winter.

Anak ketiga dari lena itu memandangnya dari atas sampai bawah. Winter jarang berbicara, namun anak itu selalu berusaha menyiksa renjun. "Wah, ingin kemana? Melacur ya?" ujarnya remeh, renjun menghela nafas, sudah terbiasa dengan ini.

"Aku akan keluar sebentar, tolong katakan pada ibu jika ia mencariku"  handphone renjun berdering, itu dari jeno.

"Sial, dominan mana lagi yang kau ajak tidur huh? Sepertinya kebiasaan ibumu menurun kepadamu ya?" renjun tak memperdulikannya, ia berlalu dari sana.

Triste' || Noren [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang