05. Keep refusing

120 72 4
                                    

❦ ── · ✦

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❦ ── · ✦

Lau meregangkan tubuhnya setelah lama bergelut dengan lukisannya. Masih ingatkah yang gadis itu lukis? Pertemuan seorang gadis dan pemuda di Museum. Dia baru menyelesaikannya. Walaupun begitu lukisan indah tersebut hanya akan terpajang dalam studionya.

Media belum mengetahui siapa model Laurence yang sebenarnya. Dia sengaja menyembunyikan identitas aslinya. Tanpa alasan, dia hanya ingin hidup tenang. Menjadi model saja sudah sedikit menyusahkan.

Dan lukisan yang membuat Rae curiga itu adalah lukisannya. Dia kira pemuda itu akan cepat sadar, tetapi sepertinya pemuda itu masih sedikit ragu? Sudahlah itu bukan urusan dia. Asal Rae tidak memberitahukan pada dunia.

Rae tidak terlihat orang seperti itu.

Tunggu– apa sekarang dia sedang memikirkan si pemuda manis? Dirinya pasti sudah gila.

Untuk pertama kali dirinya memikirkan laki. Dia sangat anti dengan cinta. Karena dia tidak suka patah hati ataupun galau karena cinta. Konyol sekali, itu terlihat seperti remaja mengalami cinta monyet.

Tetapi, dia tidak pernah tahu bahwa kata-kata dalam pikiran juga bisa menjadi senjata makan tuan.

Jika orang-orang tau tentang hatinya. Pasti semua orang akan mengatainya terlalu denial– atau dia tidak mau merasakan apa yang ada didalam pikirannya. Sungguh pemuda sialan. Dia hampir bisa mengubah hidup si gadis pelukis.

Mengambil kunci mobil. Lau pergi meninggalkan studio. Dia ingin mengisi perutnya dengan sepotong crème brûlée dan secangkir kopi dingin untuk menjernihkan pikirannya yang semakin tak menentu arah.

Dia merasa seperti ada ikatan diantara dirinya dengan gadis pelukis. Karena sekarang Rae melihat gadis itu memasuki salah satu cafe. Dia pikir dirinya juga harus makan dessert sekarang, lantas dia mengganti arah jalan yang semula ingin mencari beberapa oleh-oleh hingga berganti mengarah ke cafe.

Rasanya seperti ada magnet yang menarik dia untuk mendekat ke gadis itu. Sungguh aneh, tapi Rae menyukai pertemuannya dengan gadis pelukis.

Sampai pada depan kasir, mata Rae menelisik menu yang ada disana. Sungguh, dia tidak seberapa menyukai makanan manis. Rasanya makanan itu membuatnya cepat mual. Jika saja ada sate atau nasi goreng, pasti dia akan lebih memilih kedua makanan enak itu ketimbang kue.

Setelah berpikir lama. Dia bertanya, "what's the girl order on the other end?" tanya Rae sembari menunjuk Lau yang dia maksud.

The LouvreWhere stories live. Discover now