16. Bad luck

50 23 1
                                    

❦ ── · ✦

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❦ ── · ✦

Hari ini hujan turun. Mengharuskan Lau mau tidak mau mengganti baju dan bersiap-siap. Tadi Adler memintanya menemani dia mencari hadiah untuk Maminya yang besok akan ber-ulang tahun.

Harusnya jika hujan begini adalah waktu yang tepat untuk bermalasan dalam kamar. Tapi sepertinya tidak untuk hujan kali ini.

Setelah selesai bersiap, tepat saat itu juga bel pintu berbunyi. Lau berjalan dengan tergesa, saat pintu telah terbuka, ia melihat Adler. Lau akui sekarang Adler cukup tampan, seperti seseorang yang akan kencan dengan kekasihnya.

"Udah siap?"

Lau mengangguk kemudian dia keluar dan mengunci pintu, lalu berjalan untuk sampai parkiran diikuti Adler.

Sesekali Adler memperhatikan gadis disebelahnya, cukup terpana karena Lau sangat cantik.

"Mau beliin Mami apa?" Lau bertanya tanpa mengindahkan tatapan Adler sedari tadi. Kini mereka sudah berada didalam mobil.

"Mungkin tas, Mami suka koleksi itu."

Lau tertawa kecil, "bener, gue liat tas Mami banyak, tapi kenapa lo gak coba beliin hal lain?"

"Boleh, nanti bantu gue pilih ya."

Pintu ruangan Rae terbuka, menampilkan Chan yang sudah sedikit terlihat segar dibanding tadi malam. Saat kaki dia melangkah, ternyata Chan tidak sendiri melainkan ada Bian.

Jexer bangkit dari duduknya, lalu dia menghela napas, "belum ada kemajuan," kata Jexer dan menatap temannya prihatin, kemudian dia menoleh ke Chan, "gantian jaga, gue mau mandi juga mana laper banget. Lo gak perhatian amat, masa gak bawain gue makan." Omelan panjang Jexer mendapat cengiran khas Chan.

"Dah sana pulang lo, biar gue sama Bian disini."

Saat Jexer hendak ingin melangkahkan kaki, Chan memberhentikannya lagi.

"Ini beneran gak mau kasih tau? Semalem Bunda chat gue nanyain dia, berakhir bohong gue jadinya."

"Sebisanya sembunyiin dulu, kalo Rae udah membaik, kita kasih tau Bunda." Jexer menepuk bahu Chan dan berlalu begitu saja.

"Parah sih lo berdua, keren." Timpal Bian yang sudah selesai mendengarkan perdebatan keduanya.

"Bacot lo monyet, lagian lo ngapain ikut, udah bener bantuin Mama masak di rumah."

The LouvreWhere stories live. Discover now