21. Curious

19 6 0
                                    

❦ ── · ✦

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❦ ── · ✦

Jexer menatap Rae dengan intens, menunggu jawaban yang tak kunjung keluar dari mulut pemuda itu. Detik berikutnya Rae menggelengkan kepala, Jexer berdecak.

"Gue udah nungguin, sialan lo."

Rae tertawa ringan. Dia beranjak dari sofa seraya memasukkan satu tangan kedalam saku. "Gue pamit, orang sibuk."

"Tunggu dulu, anterin gue sekalian."

Langkah Rae berhenti dan menatap Jexer, "mobil lo mana?"

Pertanyaan Rae belum terjawab karena Jexer berlari kedalam kamar, detik berikutnya dia keluar kamar sudah membawa jaket dan kamera.

"Mobil gue masih diservis, pemiliknya aja cakep, mobilnya juga harus cakep."

Rae memutar bola mata malas, lalu dahinya mengerut, "terus lo mau kemana?"

"Kantor, nemuin Alan," jawab Jexer dan berjalan mendahului Rae yang masih diam ditempat. "Ayo cepet," sambung Jexer yang kini sudah memakai sepatu.

Di waktu sore seperti ini Lau tengah bersantai dalam apartemen dengan iPad dan secangkir kopi. Terkadang dia tertawa karena drama yang sedang ia saksikan.

Lau menyeruput kopinya dengan mata tak lepas pandang dari iPad.

"Sudah cukup waktu bersantainya, sekarang ada yang harus diurus."

Suara seseorang memasuki indera pendengarannya. Dan itu berhasil membuat Lau yang sedang minum terbatuk. Kemudian kepalanya menoleh kebelakang. Lau melihat Manajer Jo yang sudah berdiri sambil membenarkan kacamata yang pria itu pakai.

"Minimal salam dong Kak, aku kira tadi ada hantu."

"Cepat bersiap, kita harus selesaikan sesuatu." Manajer Jo tak menanggapi jawaban Lau. Pria tinggi itu benar-benar serius.

"Mau ngurus aku pensiun?"

"Salah satunya."

Mata gadis itu membelalak, kemudian lari ke kamar untuk bersiap. Manajer Jo yang melihat itu hanya memasang wajah datar. Ada satu yang belum ia beri tahu kepada Laurence, bahwa mereka tak hanya mengurus kepensiunan gadis itu.

Manajer Jo melirik jam ditangannya. Dia membuang napas, merasa tak percaya jika ia tak bisa membujuk Nonanya untuk tetap melanjutkan karir modelnya. Tolong jangan salah paham. Sebenarnya Manajer Jo sangat khawatir akan jadi apa jika Lau sudah berhenti berkarir. Namun, sepertinya itu privasi, dan dia harus memakluminya.

The LouvreWhere stories live. Discover now