06. One day with you

107 65 3
                                    

thank you banget untuk kalian yang setia baca cerita ini 🙏🏻

kalau ada kritik atau saran, komen or dm aja yaa

enjoy luvv!



The warmth of love, does it really exist?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The warmth of love, does it really exist?

❦ ── · ✦

Rae dan Lau mendatangi Pont des Arts Bridge dan ini adalah kali kedua Rae mengunjungi jembatan yang dahulunya adalah tempat ribuan gembok cinta berada, hingga pemerintah Prancis melarangnya. Dan sekarang kegiatan itu tidak lagi dilakukan.

Jika masih ada, Rae sangat ingin memasangkan gembok cinta juga. Atau haruskah dia ke Korea? Rae tertawa kecil membayangkannya. Lau yang berada disampingnya mengernyit bingung, karena tiba-tiba Rae tertawa.

"Ketawain apa?"

"Gue cuma kepikiran mau pasang gembok cinta di Korea."

Tangan kecil Lau terangkat sampai pada dahi Rae. Dia mengecek suhu tubuh pemuda itu, siapa tahu Rae sakit.

Rae meraih tangan kecil gadis disampingnya, "mau kesana gak pasang gembok cinta bareng," ajaknya tanpa beban sedikitpun.

Lau menarik tangannya dari genggaman Rae. Sudah gila, pemuda yang beralasan ingin berteman dengannya benar-benar tidak waras. Pikir saja, untuk apa mereka jauh kesana demi memasang gembok cinta? Kekasih saja bukan.

Tawaan terdengar bersamaan angin yang berhembus membuat suasana kota itu semakin dingin. Rae tertawa melihat reaksi Lau. "Gue bercanda," Rae meluruskan pikiran gadis pelukis yang pasti sudah kesana kemari.

Mereka terus berjalan diatas jembatan yang sangat indah. Ramai orang berlalu lalang. Angin berhembus sedikit kencang, membuat rambut hitam Laurence tergerai tertiup angin.

Rae terus memperhatikan gadis disampingnya. Lalu ia melepas syal merah yang melingkari lehernya dan dia pakaikan pada Laurence. Tanpa penolakan, Lau membiarkan Rae memasang syal padanya. Yang Lau lakukan hanya menunduk tidak ingin bertatapan dengan Rae.

Sadar akan tingkah Lau, Rae tersenyum tipis merasa lucu.

Napas Lau menjadi hangat setelah dipakaikan syal oleh Rae. Tetapi suasana menjadi canggung, seolah dingin semakin menyapa keduanya.

Lama tidak ada yang membuka suara, Lau melihat telinga Rae memerah, jelas sekali dia sedang menahan dingin. "Gak seharusnya lo kasih syal ini ke gue," lirih Lau dan hendak melepas syal Rae tetapi dengan sigap dicegah oleh pemuda itu.

"No problem, this scarf is for you." Rae menolak lalu memasukkan kedua tangannya pada saku celana. "Lagian gak dingin tuh, biasa aja," bohongnya dan memberikan senyum kepada Lau.

Dia merasa bersalah, tangannya menarik tangan Rae hingga keluar dari saku, dan selanjutnya ia menggenggam tangan yang lebih kekar dari tangannya itu.

Lagi, Rae tersenyum tipis. Sedang Lau sedang mati-matian menyembunyikan salah tingkahnya.

The LouvreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang