01͙֒:☁︎MALAM KELABU

7.7K 686 83
                                    

Jakarta, 11 Juni 2016.

Suatu hari, ketika Zanna memberi tahu Legenda dan Tenggara bahwa mereka akan mempunyai seorang adik, mereka berdua tampak antusias dan bahagia. Seringkali kembar Angkasa itu memanjakan Zanna, seperti, memberikan air hangat setiap bangun tidur dan sebelum tidur, menyeduhkan susu ibu hamil, dan tak jarang mereka memantau setiap pergerakkan Zanna karena mereka tidak mau calon adiknya kenapa-kenapa.

Sore hari ini, keluarga kecil itu pergi ke rumah sakit untuk mengantar Zanna melakukan USG yang pertama kalinya.

Senyuman di bibir kembar Angkasa semakin mengembang sempurna ketika mendengar suara detak jantung janin dari alat yang tersedia di ruangan bernuansa putih itu. Setelahnya, mereka melihat bentuk janin yang di tampilkan pada layar Ultrasonografi.

“Ih, lucuuuu banget adekkkk...” celetuk Legenda ketika melihat janin kecil dalam layar itu.

“Adeknya perempuan, nih,” ungkap sang dokter.

Detik itu juga, kembar Angkasa saling melempar tatapan satu sama lain dengan mulut yang sedikit menganga.

“Kapan Adeknya keluar, Dok?” Tenggara bertanya dengan wajah polosnya.

Dokter kandungan itu pun terkekeh pelan. “Lima bulan lagi.”

“Kok lama.” Tenggara kembali berucap, wajahnya berubah murung.

Legenda lantas menyenggol pundak adiknya yang berdiri di sebelahnya. “Kata Papa, bayi hidup di dalam perut itu sembilan bulan,” ujarnya, seraya mengangkat sembilan jemari mungilnya.

“Nanti kalo Adeknya udah lahir harus di jaga baik-baik,” pesan Dokter, tersenyum hangat.

“Pasti, Dok. Aku harus jadi perisai buat adek-adekku.” ucap Legenda. Kegembiraan terpancar di wajahnya.

☁︎͙֒:ᴸᵉᵍᵉⁿᵈᵃ͙֒:☁︎

Setelah pulang dari rumah sakit, keluarga kecil Angkasa memilih untuk jalan-jalan sore mengelilingi kota Jakarta. Hingga berakhir, mereka mampir ke pasar malam yang tak sengaja mereka temukan di tengah perjalanan.

Dua bocah laki-laki berusia dua belas tahun berjalan beriringan sembari membawa dua arumanis di masing-masing tangannya. Kembar Angkasa itu sengat menyukai makanan gula tersebut. Bagi mereka, arumanis adalah surganya.

“Gara mau naik bianglala!” seru salah satu anak kembar itu, sembari berlari kecil—memperdekat jarak antara dirinya dengan sebuah benda berbentuk lingkaran yang di hiasi oleh lampu warna-warni.

Rasa takut terlukis di wajah Legenda. Sangat berbanding terbalik dengan wajah Tenggara yang berbinar. Nyali Legenda terasa menciut, laki-laki itu punya takut berlebihan terhadap ketinggian.

“Ayooo abanggg...” Tenggara menarik paksa tangan Legenda agar ikut dengannya.

“Abang nggak mau, Gar.” Legenda berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Tenggara. Legenda melihat ke arah kedua orang tuanya seolah meminta pertolongan. Namun, Yuda dan Zanna justru tertawa melihat ekspresi wajah Legenda yang ketakutan.

“Ah, Abang payah!” Tenggara merajuk, melipat kedua tangannya di depan dada dengan mulut yang maju beberapa centi.

“Sama Mama aja,” usul Legenda. Anak laki-laki yang memakai baju biru itu mendekat ke arah Papanya, ia menggandeng tangan Papanya karena takut jika adiknya akan memaksanya kembali untuk naik bianglala.

Kehilangan Masa Kecil [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang