06͙֒:☁︎HABISKAN WAKTU BERSAMA KAKEK

3.9K 466 39
                                    

Tiga puluh menit setelah selesai makan malam, Kakek dan Legenda memilih tidur untuk mengistirahatkan tubuhnya setelah seharian berkeliling Bandung.

“Kamar kosong yang di depan belum Kakek beresin. Malam ini kamu tidur sama Kakek dulu, ya?”

Legenda tidak banyak membantah, ia hanya menuruti apa yang di katakan oleh Kakeknya. Legenda masuk ke dalam kamar yang tidak di tutup oleh pintu. Kamar kakek hanya di tutup oleh gorden berwarna abu-abu saja. Di dalam sana, hanya ada satu kasur kecil yang di hampar di atas lantai tanpa ranjang. Ukuran kasur itu pun hanya cukup di tempati satu orang saja.

Ketika Legenda mencoba merebahkan tubuhnya di kasur itu, kasurnya tidak terasa empuk. Bantalnya pun tidak terasa nyaman bagi Legenda. Tidak ada guling yang bisa ia peluk, dan tidak ada selimut tebal yang bisa menghangatkan tubuhnya. Di atas kasur king size milik Kakeknya hanya ada samping kebat yang biasa kakek gunakan untuk menutup tubuhnya agar tidak terlalu kedinginan.

Legenda melihat Kakek yang sedang menyalakan korek api di pojok ruangan. Karena merasa penasaran, anak itu lantas mendekat untuk melihat apa yang sedang Kakeknya lakukan. Di sana kakek sedang membakar sebuah benda berwarna hijau yang berbentuk lingkaran.

“Itu apa, Kek?” tanya Legenda sembari memperhatikan benda berwarna hijau yang sudah menyala, mengeluarkan asap yang baunya cukup tak sedap.

“Masa nggak tau sih? Ini namanya obat nyamuk, biar pas kamu tidur nanti nggak di gigit sama nyamuk.”

“Baunya nggak enak,” celetuk Legenda, seraya menutup hidungnya.

“Kalo udah kelamaan nanti kamu bakal terbiasa, baunya nggak akan terlalu menyengat,” ujar Kakek Darsa.

Kakek kemudian mengambil tikar mendong yang di simpan di belakang lemari bajunya.

“Kamu tidur aja di kasur, biar Kakek pake alas tikar ini,” kata Kakek, menggelarkan tikar kecil itu di sebelah kasurnya.

Karena melihat motif yang menurutnya aneh, Legenda lantas menyentuh tikar tersebut. Tipis, dan kasar. Tidak ada busa di dalamnya, bahkan tikar itupun bukan terbuat dari bahan kain. Mungkin, hampir mirip seperti bahan plastik.

“Kenapa karpetnya kayak gini, Kek?” tanya Legenda, lagi. Baginya, barang-barang di rumah Kakeknya sangat aneh.

“Ini biasanya di sebut tikar. Sekarang udah jarang yang jual, tikar model kayak gini cuma ada di jaman dulu aja,” tutur Kakek Darsa. Pria itu senang jika Cucunya banyak bertanya seperti ini, sehingga tidak ada kecanggungan di antara keduanya.

“Kakek tidurnya di samping aku aja, kalo tidur di situ nanti tubuh Kakek sakit,” ajak Legenda, sedikit menggeser tubuhnya agar Kakek mau tidur di atas kasur dengannya.

“Nggak apa-apa, kakek di sini aja, lagian, kakek udah terbiasa.” Kakek mulai membaringkan tubuhnya di atas tikar itu.

“Kakek masih suka nyimpen barang-barang jadul, ya?”

“Cuma beberapa aja. Maklum lah, Kakek kan orang susah.”

Legenda pun lantas termenung, “Emang Papa nggak pernah kasih Kakek uang?”

“Kasih kok, setiap dua bulan sekali. Cukup buat makan sehari-hari kakek,” jawab Kakek Darsa, seadanya. Meskipun udah satu tahun ini, anak tunggalnya itu tidak pernah mengirimkan uang lagi kepadanya. Alhasil, Kakek terpaksa kerja sebagai penarik becak di usianya yang sudah tua, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya.

“Besok, kakek narik becak lagi?”

Kakek berpikir sejenak. Tak lama, ia pun menjawab, “Kayaknya nggak dulu, deh. Besok kakek mau berkebun di belakang.”

Kehilangan Masa Kecil [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang