03͙֒:☁︎MERELAKAN YANG HILANG

5K 558 170
                                    

Legenda beranjak dari posisinya yang sedang berbaring di atas ranjang karena merasa lapar. Jam berwarna silver yang menempel di dinding kamarnya menunjukkan pukul 10 malam. Waktu terasa berjalan sangat lambat.

“Tadi Mama udah masak belum, ya?” gumamnya kecil, sembari memegang perutnya yang keroncongan.

Suasana hening begitu menusuk ketika Legenda keluar dari dalam kamarnya. Sejujurnya, Legenda itu penakut. Biasanya, Legenda akan membangunkan adiknya untuk meminta menemaninya ke bawah. Tapi untuk kali ini, mau tidak mau, Legenda harus bisa sendirian, dan melawan rasa takutnya.

Pandangan matanya mengerling kesana-kemari ketika menuruni anak tangga. Pikirannya pun tak tinggal diam, memikirkan segala hal buruk seperti, bagaimana jika ada hantu? Bagaimana jika ada maling yang tiba-tiba masuk? Dan bagaimana jika mendadak mati lampu?

Legenda menggelengkan kepalanya untuk menepis pikiran-pikiran itu. Ia mencari makanan yang mungkin sudah di masak oleh Mamanya. Namun, di dapur hanya ada barang-barang kotor tanpa ada makanan sedikit pun.

“Mama... aku laper, aku mau makan.” Legenda merengek ketika cacing-cacing di perutnya terus bersuara.

Akhirnya Legenda memilih untuk merebus mie instan. Kedua tangannya yang mungil mendorong salah satu kursi untuk mencari mie di dalam lemari. Laki-laki itu berjinjit di atas kursi, berusaha menggapai salah satu mie yang ada di dalam sana.

Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, Legenda kemudian mengambil panci, dan berusaha menghidupkan kompor berkali-kali.

Legenda menggerutu ketika apinya tak kunjung memancar, “Kenapa susah?!”

Laki-laki yang memakai baju tidur bergambar Pororo itu menghela napasnya berat karena perjuangannya tak kunjung membuahkan hasil. Legenda menatap nanar mie instan mentah yang di taruh di dalam mangkuk.

Legenda tiba-tiba terdiam ketika mendengar suara ketukan pintu. “Apa itu maling?” gumamnya, ia menautkan jemari tangannya.

Ketukan itu terdengar semakin kencang.

“LEGENDA!”

Suara briton yang keras itu mampu membuat Legenda merasa lega. Itu suara Papanya.

“LEGENDA! BUKA PINTUNYA!”

Anak itu pun lantas tersadar. Ia berlari untuk membukakan pintu. Wajah Legenda berbinar, menunjukkan senyuman yang mengembang sempurna di wajahnya. Namun, senyuman itu tidak bertahan lama. Orang tuanya masuk kedalam rumah tanpa sedikit pun melirik ke arah Legenda.

Apakah mereka tidak mengkhawatirkan keadaanya?

Tenggara tidur di gendongan Papanya. Wajah lelah Papa pun terlihat begitu jelas, dan Legenda bisa melihat raut khawatir di wajah Mama. Legenda menutup dan mengunci pintu kembali, ia mengikuti langkah orang tuanya dari belakang.

Legenda sudah tidak memperdulikan perutnya yang lapar.

Ketika Tenggara di masukkan kedalam kamar, Legenda memilih untuk diam di luar—di balik pintu, mengintip semuanya dari sana. Legenda belum mengetahui, apa yang sebenarnya terjadi kepada adik kembarnya.

“Papa sama Mama tidur disini, ya? Jangan tinggalin aku. Aku takut,” mohon Tenggara, wajahnya pucat, tidak seperti biasanya.

Papa dan Mama pun terlihat menganggukkan kepalanya, seolah menyetujui. Ketika Legenda membuka pintu kamar itu, Mamanya langsung menghampiri.

“Genda, nggak apa-apa, kan, kalo kamu tidur sendirian di kamar Mama untuk malam ini?”

Legenda mematung, ada perasaan sedih yang membuncah di hatinya. Di saat adiknya tidur bersama Mama dan Papa, kenapa ia harus sendirian? Tidak bolehkah jika Legenda ikut bergabung di satu ranjang yang sama dengan mereka?

Kehilangan Masa Kecil [TERBIT]✓Where stories live. Discover now