08͙֒:☁︎LUPA ARAH JALAN PULANG

3.2K 397 30
                                    

Kakek Darsa memarkirkan becaknya di tempat biasa-di samping rumahnya. Kakek melangkah sedikit sempoyongan karena merasa sangat letih, ia juga mengusap peluh yang bercucuran di pelipisnya dengan handuk kecil yang melingkar di lehernya.

Kakek mengetuk pintu rumahnya, berteriak memanggil nama Legenda. Namun, di dalam rumah sangat sepi, tidak ada tanda-tanda suara Legenda yang menyaut menjawab panggilannya.

"Legenda..." panggil kakek sekali lagi.

Kakek mencoba mencari kunci yang biasa ia simpan di bawah vas bunga, kunci rumahnya masih ada disana. Itu artinya, Legenda benar-benar tidak ada di dalam rumah ini.

Karena merasa penasaran, Kakek mencoba membuka pintu kamar Legenda. Tidak ada siapa-siapa disana, hanya ada suara detik jam yang terdengar dalam keheningan. Tak cukup sampai disana. Kakek pun mencoba mencari Legenda ke segala penjuru rumah, sampai ke kebun belakang rumahnya. Tetapi, orang yang di carinya itu memang tidak ada.

"Apa dia main?" pikir Kakek, melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul lima sore.

Kakek menghela napasnya panjang, setelah mendudukkan dirinya beberapa menit, kakek kemudian memilih untuk membersihkan diri karena ia berpikir bahwa Legenda sedang asik bermain sampai lupa waktu.

Akan tetapi, ketika adzan Maghrib berkumandang, Legenda belum juga menunjukkan kehadirannya.

Kakek mulai merasa khawatir, tidak biasanya Legenda main keluar, apalagi sampai lupa untuk pulang.

Setelah melaksanakan Shalat Maghribnya, Kakek memilih untuk mencari Legenda tanpa melepas sarung dan pecinya terlebih dahulu. Kakek Darsa kebingungan ketika melihat suasana yang gelap, ia harus mencari Legenda kemana?

Alhasil, Kakek memilih untuk pergi ke pangkalannya, karena terakhir kali ia bertemu dengan Legenda disana.

☁︎͙֒:ᴸᵉᵍᵉⁿᵈᵃ͙֒:☁︎

Setelah bercerita banyak bersama Ale dan Aal sampai lupa waktu. Legenda akhirnya memilih untuk berpamitan karena melihat hari yang sudah menjelang malam.

Legenda tidak paham mengapa ia tidak menyadari waktu yang terus berjalan. Apa karena ia baru merasakan mempunyai seorang teman?

"Aku pulang dulu, ya, takutnya Kakek nyariin," pamit Legenda. Ia meraih tas miliknya yang sedari tadi di simpan di sebelahnya.

"Ale anterin, ya, Bang? Udah gelap soalnya," tawar Ale, khawatir jika Legenda kenapa-kenapa. Tetapi, Legenda langsung menolak tawaran itu, kasihan kepada Aal jika ia harus di tinggal sendirian dalam keadaan seperti ini.

"Semoga kita bertemu kembali di lain kesempatan." Legenda melambaikan tangannya, sembari berjalan menjauh dari Ale dan Aal.

Legenda merasa takut di sepanjang perjalanan yang di tempuhnya, bulu kuduknya seakan berdiri. Apalagi, ketika melihat pria berbadan gempal yang sedang bermain catur di depan toko. Legenda juga tidak berani untuk sekadar melihat pasang mata orang-orang yang ia temui di sepanjang jalannya. Legenda hanya bisa menunduk mengikuti langkah kakinya yang melangkah tanpa arah meskipun perasaannya di selimuti rasa gelisah.

Anak berseragam putih biru itu sudah berjalan cukup lama. Tapi, mengapa ia tak kunjung sampai?

Legenda mengerlingkan pandangannya ke segala penjuru arah. Hatinya bergumam, "Ini dimana? Perasaan aku nggak pernah ke tempat ini."

Laki-laki itu berusaha menepis segala pikiran buruk yang hinggap di benaknya. Legenda kembali melangkah mengikuti kata hatinya. Langit semakin gelap, dan Legenda tidak mempunyai penerangan selain dari lampu yang ada di bangunan-bangunan yang di laluinya.

Kehilangan Masa Kecil [TERBIT]✓Where stories live. Discover now