04͙֒:☁︎HUKUMAN ATAS KESALAHAN

4.7K 513 54
                                    

2 Minggu kemudian...

Sudah 14 hari lamanya Zanna melewati masa pemulihan setelah melakukan Kuretase. Luka di perutnya sudah mulai mengering dan sembuh. Tapi, tidak dengan luka di hatinya.

Wanita paruh baya itu sangat amat terpukul ketika harus menerima kenyataan bahwa ia dinyatakan keguguran dan harus merasakan kehilangan janinnya di saat ia belum sempat melihat dan mengurusnya.

Namun, di balik itu semua, keluarga Angkasa kembali menjadi keluarga cemara yang hangat. Tidak ada lagi pertengkaran selama dua Minggu belakangan ini. Yuda tidak lagi menjadi orang yang mudah emosi, dan ia tidak pernah lagi mengeluarkan nada tinggi ketika mengobrol dengan istri atau anaknya.

Yuda sangat khawatir dengan kondisi istrinya sejak kejadian itu. Pria itu pun masih di selimuti rasa penyesalan. Tapi, apa yang bisa Yuda lakukan setelah semuanya hilang? Ia hanya bisa menerima keadaan dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Yuda pun telah berjanji kepada dirinya sendiri, bahwa ia tidak akan pernah egois lagi.

Papa dari kembar Angkasa itu sekarang lebih banyak bersabar, meskipun kini perusahaannya sudah benar-benar di nyatakan bangkrut. Bahkan, sebagian barang-barang yang ada di rumahnya pun sudah di jual untuk membayar rumah sakit tempo hari.

Keluarga kecil itu kini sedang sarapan, mengelilingi meja makan yang tersedia di dapurnya. Sekarang, mereka hanya memakan makanan seadanya, dengan dua lauk saja sudah cukup. Zanna harus bisa ngirit sebelum suaminya mendapatkan pekerjaan baru, atau mungkin menata perusahaannya lagi.

“Mama beneran udah sembuh?” Tenggara bertanya seraya melahap makanannya.

“Udah dong. Gara juga harus sembuh, ya?” Tangan wanita itu terulur untuk mengusap tangan Tenggara yang ada di atas meja.

“Gara pasti sembuh. Adeknya Genda kan kuat!” timpal Legenda, ucapannya tidak begitu terdengar jelas karena mulutnya yang penuh dengan nasi.

“Jagoan-jagoannya Papa emang nggak boleh lengah, pada apapun kondisinya, kalian harus tetap kuat dan tangguh!” sambung Yuda, memamerkan kedua otot tangannya.

Sungguh, kehangatan seperti ini adalah masa yang sangat Legenda rindukan. Legenda kemudian menatap adiknya dengan tatapan yang sulit untuk di terjemahkan. Mengingat calon adiknya yang sudah tidak ada, Legenda juga tidak mau jika nanti ia harus kehilangan adik kembarnya.

“Gar, kalo udah gede, cita-cita kamu mau jadi apa?” Legenda melemparkan pertanyaan kepada Tenggara, agar adiknya itu tidak terlalu hanyut dalam pikirannya sendiri.

“Cita-cita aku sederhana kok, Bang,” jawabnya. “Cita-cita aku cuma pengen sembuh, dan nggak hidup bergantungan sama obat-obatan terus.”

Papa, Mama dan juga Legenda merasa bahwa lidahnya mendadak kelu, makanan yang baru saja masuk kedalam mulut Yuda pun tiba-tiba terasa hambar. Malang sekali rasanya, di saat anak kecil berusia dua belas tahun seperti Tenggara harus di diagnosis memiliki penyakit jantung.

Orang tua mana yang tidak merasa sakit ketika melihat anaknya sering mengeluh sesak, sering demam tanpa di ketahui penyebabnya, mudah lelah dan mudah pingsan.

Meskipun sekarang keuangan mereka bisa di katakan sedang tidak baik. Tapi, mereka tetap berusaha keras melakukan pengobatan maksimal untuk putra bungsunya.

Mata Zanna kian berkaca-kaca ketika melihat Tenggara yang seolah tidak mempunyai nafsu untuk makan.

“Mau Mama suapin?” Zanna menarik piring milik Tenggara, kemudian mulai menyuapkan nasi itu kepada anaknya. Hati wanita itu meringis begitu pedih saat melihat kondisi tubuh Tenggara yang terus-terusan di gerogoti oleh penyakitnya.

Kehilangan Masa Kecil [TERBIT]✓Where stories live. Discover now