15͙֒:☁︎SELEMBAR TULISAN KAKEK

2.5K 354 39
                                    

Ketika malam telah tiba, Kakek mengajak Legenda keluar rumah untuk membuat tungku yang akan susun dari baru bata. Tungku, atau kakek biasa menyebutnya sebagai Hawu, suatu benda yang dulu Kakek gunakan untuk memasak nasi liwet dan membakar ikan.

“Kakek mau bikin nasi liwet lagi?” tanya Legenda, berjongkok di hadapan Kakeknya sembari memperhatikan gerak-gerik kakek yang sedang menyusun batu bata itu.

“Nggak, Kakek mau rebus telurnya disini, soalnya gas sama minyak habis, Kakek belum sempet beli,” balas Kakek, ia tidak berbual perihal ucapannya ini, karena gas dan minyaknya memang benar-benar habis. “Nggak apa-apa kan telurnya di rebus?”

“Nggak apa-apa kok, Kek. Yang penting bisa makan,” ujar Legenda.

Laki-laki itu tiba-tiba mengingat sesuatu. Legenda pun lantas bertanya kepada Kakeknya, “Kakek tadi nggak beli beras? Aku nggak liat Kakek bawa beras.”

Pergerakan tangan Kakek mendadak tertahan, kakek hampir saja tersedak ludahnya sendiri ketika mendengar pertanyaan dari Legenda. Kakek bingung harus mengucapkan apa sekarang. Kakek akhirnya berdeham sebelum menjawab pertanyaan dari Legenda.

“Ada kok di dapur, nasinya udah Mateng, Kakek simpen di dalam bakul,” jelas Kakek. Tanpa banyak bertanya lagi Legenda menganggukkan kepalanya karena api yang ada di hadapannya sudah menyala.

Kakek menaruh panci yang sudah di isi air di atas tungku tersebut. Diam-diam Kakek meremas batu yang ada di bawah Kakinya sembari menghela napasnya kecil, bersamaan dengan sepasang matanya yang memejam.

“Gen, tolong ambilkan sendok sayur di dapur,” ujar Kakek Darsa, tanpa sedikitpun melirik ke arah cucunya. Legenda pun lantas pergi menuruti perintah dari Kakeknya.

Saat itu juga, Kakek mulai mengeluarkan tujuh butir batu dari dalam keresek. Kakek mulai memasukan bebatuan itu seraya menahan air matanya supaya tidak jatuh dari pelupuknya. Apakah Kakek jahat karena telah membohongi Legenda? Akan tetapi, Kakek tidak memiliki jalan lain selain ini.

Kakek juga terpaksa melakukan ini semua.

Sesuatu yang Kakek masak pada malam itu, tidak akan pernah matang sampai kapan pun.

☁︎͙֒:ᴸᵉᵍᵉⁿᵈᵃ͙֒:☁︎

Sudah satu jam lamanya Legenda menunggu sembari duduk memeluk lututnya sendiri. Anak berusia dua belas tahun itu sudah menguap beberapa kali, perutnya pun sudah keroncongan.

“Kakek, telurnya udah Mateng belum? Aku udah laper banget,” keluh Legenda. Ia mengusap-usap wajah dan mengucek matanya beberapa kali untuk menepis rasa ngantuknya.

“Belum, sebentar lagi.”

Lagi dan lagi kakek menjawab sebentar lagi. Namun nyatanya, sebentar yang kakek maksud tidak akan pernah ada ujungnya. Kakek berdiri dari posisinya yang semula berjongkok di depan tungku. Ia meregangkan otot-otot pinggang dan juga tangannya karena mungkin Kakek merasa pegal.

“Titip dulu, ya. Kakek mau ke kamar mandi sebentar. Tutup pancinya jangan di buka, takutnya nanti telurnya bau asap,” kata Kakek yang mulai pergi dari sana.

Tetapi, Legenda tidak mendengarkan apa kata Kakeknya barusan. Legenda mendekat ke arah tungku yang ada di hadapannya. Ia merasa penasaran, mengapa merebus telur harus selama ini? Ia membuka tutup panci tersebut, dan betapa terkejutnya Legenda saat mengetahui kenyataan bahwa yang Kakek masak hanyalah sekumpulan batu. Tenaga Legenda semakin terasa habis detik itu juga.

“Pantas saja lama. Telur-telur yang Kakek masak nggak akan pernah matang,” gumam Legenda, menatap nanar batu-batu yang ada di dalam panci itu.

Kehilangan Masa Kecil [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang