18͙֒:☁︎MASA KECILNYA YANG MALANG

3.2K 361 111
                                    

“Kakek...”

Legenda menggoyang-goyangkan lengan Kakek yang tertidur dengan posisi bersandar pada tembok. Sedangkan dirinya sendiri tidur di atas lantai dan menjadikan paha Kakek sebagai bantalan kepalanya.

Laki-laki itu berusaha terbangun dari posisi tidurnya, di iringi oleh ringisan kecil yang keluar dari bibir sembari memegang kepalanya yang benar-benar terasa pening.

“Kakek...” panggil Legenda, sekali lagi. Ia sedikit mengencangkan goyangan pada tangan Kakeknya.

Setelah beberapa kali Legenda mencoba membangunkan sang Kakek. Pria baya itu akhirnya mulai membuka netranya. Pupil mata hitam itu menangkap sosok Legenda yang kini sedang berada tepat di hadapan wajahnya. Kakek kemudian menangkup wajah pucat cucunya, lalu ia memeluknya seerat mungkin.

“Ayo kita makan, Nak. Kakek punya makanan,” ucap Kakek, mengajak Legenda untuk keluar dari kamar. Tangan mungil Legenda di genggam begitu erat, seolah Kakek Darsa sedang menyalurkan sedikit tenaga.

Tetapi, Legenda justru menarik tangannya yang di genggam oleh Kakek Darsa dengan kasar. “Nggak usah, Kek. Kakek nggak perlu bohongi aku lagi.”

Karena pasalnya, Legenda tidak ingin di kecewakan lagi. Legenda tidak ingin merasa sakit hati oleh harapannya sendiri. Legenda muak menanggung semua omong kosong. Legenda tidak suka di permainkan, dan Legenda benci ketika dirinya mudah di bohongi.

Kakek terdiam, menatap nanar telapak tangan yang semula menggenggam tangan Legenda. Kakek pun kemudian berlalu dari sana untuk mengambil dua box makanan yang sempat ia simpan di atas meja. Tak butuh waktu lama bagi Kakek untuk kembali kedalam kamar Legenda seraya tersenyum memperlihatkan deretan giginya ke arah Legenda.

“Ada orang baik yang kasih Kakek makanan tadi,” ujar Kakek. Ia dapat melihat dengan jelas binar pada manik cucunya.

“Kakek nggak bohongin aku lagi?” dengan tangan yang amat bergetar Legenda meraih satu box nasi yang di sodorkan oleh sang Kakek.

“Nggak dong, kamu harus habisin makanannya,” tutur Kakek Darsa.

Anak berusia dua belas tahun dan seorang Kakek tua itu mulai memakan makanan yang ada di hadapannya. Sesekali Legenda merasa tercekat karena ia menahan tangisannya. Legenda mengira, bahwa dirinya tidak akan pernah menemukan makanan lagi. Legenda pikir, hidupnya akan berakhir mati karena kelaparan. Namun, Tuhan selalu memberikan suatu hal yang tak pernah di sangka-sangka oleh manusia.

Legenda melanjutkan makannya dengan lahap meskipun tangannya masih bergetar. Begitu juga dengan tangan Kakeknya yang sama-sama masih bergetar. Selama lebih dari 24 jam mereka hanya bisa meminum air putih untuk mengisi kekosongan perutnya. Sampai akhirnya sekarang, tubuh Legenda mulai mempunyai sedikit tenaga. Legenda akhirnya menganggap bahwa kemarin Tuhan hanya sedang menguji hidupnya.

Beberapa menit setelah selesai makan, Kakek mengikis jarak antara dirinya dengan Legenda.

“Maafin Kakek, ya, Nak?” Kakek mengusap kepala Legenda dengan telaten. Kemudian perlahan Kakek menarik tubuh Legenda kedalam rengkuhannya.

“Maaf, ya. Kakek belum bisa menjadi Kakek yang baik buat kamu.”

Dengan gerakkan cepat Legenda menggelengkan kepalanya di dalam dekapan Kakeknya. “Seharusnya aku yang minta maaf, Kek. Aku selalu merepotkan Kakek. Kehadiran aku di sini cuma menambah beban Kakek.”

“Nggak, kamu bukan beban, dan kamu sama sekali nggak pernah merepotkan. Udah, ya, jangan di pikirin lagi. Mending kamu ganti baju dulu gih, liat tuh, basah-basah gitu, kalo udah selesai nanti kita shalat berjamaah.”

Setelah Legenda meng-iyakan ucapan Kakeknya. Kakek Darsa pun akhirnya memilih keluar dari kamar Legenda untuk membersihkan dirinya sendiri yang penuh dengan keringat. Badannya pun sudah bau karena sedari pagi Kakek belum mandi.

Kehilangan Masa Kecil [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang