07͙֒:☁︎HARI PERTAMA SEKOLAH

3.4K 422 19
                                    

Legenda Negeri Angkasa, remaja laki-laki berusia dua belas tahun yang sudah siap mengenakan seragam putih birunya. Legenda menatap pantulan dirinya di depan cermin berukuran 20×30, tangan kecilnya terulur untuk mengambil sisir di lemari yang ada di sebelahnya. Legenda mulai menata rambutnya dengan rapi, bagian poninya di belah pinggir.

Laki-laki itu menunduk menatap pakaian yang sedang di kenakannya, ia menghela napasnya panjang karena hari ini adalah hari pertamanya memasuki sekolah menengah pertama.

“Biasanya berangkat sekolah bareng Tenggara, di anterin Papa juga. Tapi, sekarang harus sendiri,” gumamnya kecil. Legenda kembali menatap cermin yang ada di hadapannya. “Abang rindu Gara.”

Legenda membayangkan bahwa pantulan dirinya itu adalah sosok kembarannya. Ia melengkungkan bibirnya ke atas meskipun terlihat begitu terpaksa.

Karena tidak mau terlalu tenggelam di dalam pikirannya sendiri, Legenda akhirnya beralih untuk membereskan buku-bukunya, memasukan beberapa buku kedalam tas hitamnya, kemudian ia memakai sepatu hitam yang dibelikan oleh kakeknya beberapa hari lalu.

Sedangkan di dalam kamar Kakek, pria tua itu sedang kebingungan, ia menatap uang tujuh ribu yang ada di genggaman tangannya. Hanya itu uang yang tersisa. Tempo hari, ketika Yuda menitipkan Legenda kepadanya, Yuda tidak memberikan uang titipan untuk kebutuhan hidup Legenda. Sampai akhirnya, kakek yang harus menanggung semua keperluan anak itu.

Kakek mengodok saku dari dua celana yang tergantung di paku, berharap menemukan uang sisa. Namun, uang yang kakek punya benar-benar habis karena beberapa hari lalu, uangnya di gunakan untuk membeli perlengkapan sekolah Legenda.

Suara pintu yang di buka tiba-tiba terdengar dari arah kamar Legenda, sontak saja membuat kakek tersadar dari lamunannya, kemudian ikut keluar dari dalam kamarnya. Kakek melihat Legenda yang sudah rapi dengan seragam yang melekat di tubuhnya. Di waktu yang bersamaan, Kakek tersenyum menyambut cucunya pagi ini.

Kemarin, kakek sudah membereskan kamar kosong depan, sehingga akhirnya Legenda tidak lagi tidur bersama Kakeknya. Meskipun Legenda masih merasa takut karena belum terbiasa tidur sendirian.

“Yuk, sarapan dulu.” Kakek mengajak Legenda ke arah kursi kayu yang ada di tengah ruangan. Akan tetapi, Legenda tidak melihat nasi atau pun roti disana.

“Ini singkong?” Legenda bertanya untuk memastikan.

Kakek pun mengangguk mengiyakan pertanyaan dari Legenda. “Pagi ini kita sarapan singkong rebus dulu, ya? Semalem berasnya abis, kakek belum sempat beli.”

Namun, siapa sangka, bahwa saat ini kakek sedang berbohong. Bukannya kakek belum sempat membeli beras, melainkan karena uangnya habis tak tersisa. Uang simpanan kakek habis di belikan kebutuhan sekolah Legenda, sedangkan tabungan yang kakek punya di simpan dengan baik untuk membayar sekolah Legenda.

“Coba makan singkongnya di cocol gula kayak gini, biar enak,” ujar Kakek Darsa sembari memperaktikkannya.

Legenda pun mengikuti cara kakeknya, mencocol singkong rebus itu dengan gula putih yang sudah kakeknya sediakan. Rasanya enak, dan Legenda sangat menyukainya. Tidak memakan waktu lama sampai singkong itu habis, karena kebetulan kakek hanya membuatnya sedikit.

“Aku berangkat sekolah dulu, ya, kek,” pamit Legenda, meraih tangan Kakeknya untuk di kecup.

“Biar Kakek anter kamu pake becak.”

“Nggak apa-apa, Kek. Nggak usah. Lagian, aku kan udah tau letak sekolahnya dimana, nggak jauh dari sini juga,” sangkal Legenda, karena ia tidak mau merepotkan kakeknya.

“Sekalian kakek mau kerja.” Kakek meraih handuk kecil berwarna biru yang di letakkan di kepala kursi, ia kemudian berlalu menuju keluar rumahnya, di ikuti oleh Legenda yang melangkah kecil di belakangnya.

Kehilangan Masa Kecil [TERBIT]✓Where stories live. Discover now