17͙֒:☁︎REZEKI YANG TAK DI SANGKA-SANGKA

2.5K 368 35
                                    

Usaha Kakek hari ini untuk meminta pinjaman kepada pemilik toko sembako tidak membuahkan hasil. Kakek menarik langkah kakinya gesit agar bisa sampai di rumah dengan cepat. Kakek khawatir kepada Legenda yang di tinggalkan di rumah sendirian dalam keadaan demam.

Pada saat Kakek membuka pintu rumahnya, hanya sebuah kehampaan yang Kakek rasakan.

“Kakek... Kakek...”

Terdengar suara kecil Legenda yang memanggil Kakeknya di dalam kamar. Kakek pun kembali menggerakkan langkahnya menuju ke kamar Legenda. Kakek membentuk kurva kecil di bibirnya saat menghampiri Legenda yang sedang berbaring di atas kasur.

Sebelah tangan Legenda terulur seolah ingin menggapai Kakeknya. “Aku mau makan... Aku lemes banget, Kek.”

Kakek hanya mampu terdiam. Hatinya tergores oleh ucapan Legenda yang sangat lirih. Lengkungan kurva kecil yang tercetak di bibir kakek pun perlahan memudar.

“Tunggu sebentar, ya. Kakek masak dulu,” ujarnya, Kakek membalikkan tubuhnya untuk pergi dari hadapan cucunya.

Kakek meraup wajahnya di balik pintu kamar Legenda. Kakek merasa bahwa dirinya kini sedang terjebak di tengah-tengah labirin yang gelap. Kakek tidak bisa menemukan setitik cahaya untuk menemukan jalan keluar dari masalah yang sedang di hadapinya saat ini. Kakek kemudian tak sengaja melihat panci berisi batu bekas kemarin malam. Apakah Kakek harus membohongi Legenda lagi seperti kemarin?

Dan, ya... Tidak ada pilihan lain lagi.

Kakek melakukan hal itu lagi pada sore ini. Kakek mulai membentuk tungku di pekarangan depan rumahnya, dan mengisi air pada panci berisi batu tersebut. Kakek mulai menyalakan api menggunakan korek miliknya yang hampir habis.

Di dalam kamarnya, Legenda terbangun karena mencium bau asap. Legenda memilih keluar dari kamar, memaksakan tubuhnya dikarenakan takut terjadi kebakaran di sekitar rumahnya. Anak laki-laki berusia dua belas tahun itu berjalan kecil sembari memegang kepalanya yang terasa berat. Tepat ketika ia keluar dari dalam kamar, mata Legenda langsung tertuju kearah pintu keluar yang terbuka, di sana ada sebuah tungku yang sedang menampilkan kobaran api membara. Tetapi, Legenda tidak melihat Kakeknya di luar sana.

“Kakek kemana?” monolog Legenda.

Legenda memilih mendekat untuk melihat apa yang sedang Kakek masak sekarang. Apakah kali ini Kakek benar-benar membuat suatu makanan? Atau kah kakek kembali membohonginya seperti semalam?

Lagi-lagi Legenda jatuh dalam harapannya sendiri.

Seharusnya, Legenda tidak memiliki ekspektasi tinggi dalam kondisi seperti ini. Kakek kembali membohonginya dirinya, dan Legenda kembali kecewa pada harapannya sendiri.

“Legenda, kamu ngapain? Jangan buka tutup pancinya sembarangan!” teriak Kakek di dalam rumah.

Dengan tampang penuh kekecewaan Legenda ikut menarik langkah kakinya untuk mendekat kepada Kakeknya.

“Kenapa Kakek bohongin aku terus?!” sentak Legenda, spontan. “Aku laper, Kek. Aku butuh makan, aku mau nasi, bukan batu.”

Mimik wajah Kakek berubah detik itu juga. “Batu apa yang—”

“Aku bukan anak kecil yang bisa Kakek bohongin sesuka Kakek. Aku udah gede, Kek. Aku cuma minta makan, kenapa Kakek nggak pernah kasih?” Legenda memotong ucapan Kakeknya. Buliran cairan bening dari pelupuk Legenda dan Kakek Darsa jatuh bersamaan.

Kakek menarik tangan Legenda ke arah kamar dengan sekuat tenaga. “Masuk kedalam kamar dan tunggu masakannya matang!”

Suara Kakek kini tak kalah tinggi dari Legenda.

Kehilangan Masa Kecil [TERBIT]✓Where stories live. Discover now