02 - Lompatan Waktu

116K 6.9K 146
                                    

Tidak ada yang aneh saat pintu mobilnya dia buka, kakinya perlahan turun menginjak tanah, di susul tubuhnya yang ikut keluar dari mobil, lalu menutup perlahan pintu mobil. Gadis itu menatap sekitar dengan keningnya yang berkerut, "Gue kayaknya belum pikun. Jelas tadi jalannya benar, masa gue kesasar?"

Dia menatap sekelilingnya yang hanya halaman kosong dengan banyak pepohonan yang dedaunannya hijau, begitu menyegarkan saat mata memandang. Dia pun beralih berjalan ke depan beberapa langkah, "Ini di mana? Indah sekali,"

"Mau sampai kapan Anda terus kabur?"

Langkah kaki Rene langsung terhenti, suara dengan nada berat dari arah belakang, membuatnya menoleh lalu membelalakkan mata. "Masih mau kabur lagi?"

Bahasanya terdengar asing tapi anehnya, Rene mengerti apa yang dia ucapkan dan saat bibirnya terbuka untuk menjawab, bukan bahasa Indonesia yang dia ucapkan, melainkan bahasa asing yang begitu baku. Ini aneh, apa jangan-jangan, Nenek pengemis tadi memang benar pengendali takdir? Makanya, dia bilang masa depan Rene akan cerah. Secerah dedaunan hijau di sini kah?

Apalagi saat si pria mengangkat satu tangannya, "Bawa dia kembali ke kediaman!"

Rene hendak membuka suara, tapi ubun-ubunnya seperti di tarik paksa dan dia pun, kehilangan kesadaran. Melihat tubuh ramping itu limbung, beberapa wanita lain dengan pakaian hitam yang lebih menyerupai penampilan pria, langsung mengangkat Rene dan membawanya ke dalam mobil. Si pria tidak ikut masuk, dia menekan earphone di telinganya.

"Tuan, Nyonya sudah kami temukan."

Panggilan langsung di putuskan tanpa jawaban apa pun, asisten Ben hanya bisa mengelus dadanya sabar. Dia pun masuk ke dalam mobil Rene, "Sejak kapan Nyonya mau mengendarai mobil murahan ini? Jika Tuan tahu, Tuan akan marah." Asisten Ben menghentikan mobilnya di tepi jalan, pria itu membuka fuel tank cap, menyalakan korek lalu memasukkannya ke dalam tangki.

Asisten Ben bergegas menjauh, menyaksikan bagaimana mobil meledak di hadapannya. "Jemput saya sekarang,"

"Baik, Tuan."

Tut.

Asisten Ben tersenyum, "Dengan begini, Tuan tidak akan tahu tentang mobil jelek yang Nyonya kendarai."

***

Dalam tidurnya, gadis itu tersentak kaget lalu terduduk dengan napas terengah-engah. Keringat sebesar biji jagung membasahi keningnya yang mulus kinclong, nyamuk yang lewat pun pasti akan terpeleset karena terlalu licin.

Mata indahnya menatap sekeliling dengan panik, seingatnya, dia sedang diperjalanan menuju rumah Viona tapi sempat mampir sebentar membeli kopi. Rene juga ingat, jika mobilnya tiba-tiba berhenti di halaman yang sangat luas dengan warna dedaunan yang hijau. Dia juga .... Bertemu pria tampan yang sialnya berbahasa aneh dan lebih parahnya lagi, Rene mengerti apa yang dia katakan!

"Apa gue lagi mimpi?"

Selain punya kebiasaan suka menggantung akhir bab yang membuat pembaca greget dan penasaran dengan bab selanjutnya tapi harus menunggu Rene yang kadang publikasikan dengan suka-suka dia. Entah sebulan sekali atau bahkan setahun sekali, dia juga hobi merangkai kisah indah untuk dirinya sendiri sebelum tidur bahkan sampai ketiduran, anggap halusinasinya adalah pengantar tidur.

Seperti berkhayal menjadi kekasih seorang idol Korea yang cantik jelita dan di perhatikan dengan manis oleh kekasihnya yaitu Jung Jaehyun, Kim Taehyung, Song Kang, Na Jaemin, atau Lee Jeno. Khayalannya sebelum tidur pasti indah, nah mungkin, saat ini dia juga tengah berkhayal. Rene mengangguk untuk menyakinkan persepsinya sendiri tapi knop pintu yang perlahan di tekan ke bawah, membuat Rene terdiam.

Kalau dia berkhayal, berarti dirinya sendiri dong yang mengatur kisah, ini kenapa bisa pintu terbuka tanpa dirinya kehendaki?

"Gue─"

Ceklek.

"Selamat pagi, Nyonya. Mari saya bantu membersihkan diri, air hangat dan pakaian anda sudah disiapkan. Anda harus segera membersihkan diri karena dua puluh menit lagi, sarapan bersama akan dimulai."

Mata Rene mengerjap, menatap bingung seorang perempuan berpakaian khas pelayan yang terus mengoceh tanpa henti. Sampai akhirnya, Rene dituntun masuk ke kamar mandi dan sialnya, Rene hanya diam, menurut begitu saja. Tapi ketika si pelayan hendak membuka tali piyamanya, Rene sontak memeluk tubuhnya sendiri.

"APA YANG LO LAKUIN ANJIR?! G-gue, gue masih suka batang! Awas jauh-jauh! Jangan deket-deket sama gue!" Pekiknya dengan raut wajah seperti perawan yang mau di cabuli.

Pelayan bernama Lanie itu mengernyit, ada apa dengan Nyonya yang sangat anggun dan menjunjung tinggi harga dirinya itu. Kenapa Nyonyanya bisa berteriak histeris seperti itu? "Nyonya, saya hanya ingin melaksanakan tugas saya seperti biasanya."

Mata Rene memelotot sempurna sambil mundur perlahan, tugas? Apa tugas dia 'iya-iya' sama cewek? Ih geli! Batinnya menggebu dengan perasaan was-was. "Tugas apa?! Jangan mendekat! Buat gue takut aja!"

Bicara Nyonya terlalu kasar untuk ukuran Nyonya yang tidak pernah bernada selain lembut, "Nyonya. Saya hanya akan membantu Anda membersihkan diri, tidak lain."

"Lo udah nikah?"

Kening Lanie berkerut, "Belum, Nyonya."

"Udah punya kekasih?"

"Belum, Nyonya."

"Tuhkan! Lo pasti sukanya sama yang cantik! Ih geli banget!" Rene menatap horor pada Lanie.

Sedangkan Lanie, dia semakin kebingungan. Untuk mandi saja kok pakai drama segala seperti ini? Tapi dia tetap tersenyum, "Nyonya. Saya tidak tahu apa terjadi sesuatu pada Anda atau tidak, tapi yang pasti, saya Lanie yaitu pelayan pribadi Anda. Anda harus segera mandi lalu setelah itu, sarapan di lantai bawah."

"Sarapan? Gue laper sih, bawain aja deh ke sini! Gue malas buat turun, kaki gue pegel."

"Di sini ada lift jika Nyonya lupa,"

"L-lift?" Apa Rene memang sedang berkhayal menjadi Nona muda kaya raya seperti di film-film yang pernah dia tonton. "Malas! Pokoknya, gue mau makan di kamar aja!"

"Baik, Nyonya. Akan saya minta pelayan pihak dapur untuk membawakan makanan."

Rene mengangguk, "Dan lo enggak perlu bantu gue mandi! Aset berharga gue enggak boleh di liat siapa pun! Hus! Sana!" Rene menyipitkan matanya ke arah Lanie, dia pun berjalan mundur menuju kamar mandi, memastikan jika Lanie tidak akan menyerangnya dari belakang jika dia berbalik badan.

***

HOLA!

Gimana chapter 2 nyaaa? Suka??

Yok spam koment!! Setidaknya lebih banyak dari yang sebelumnya, xixi

BABAY!!

Perpindahan Dimensi Sang Penulis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang