19 - Di Permalukan

66.5K 4.5K 297
                                    

Semenjak mendapat jatah setelah 5 tahun puasa, Lucas menjadi lebih cepat pulang dari biasanya. Dia akan tiba di rumah pukul 2 siang, di mana anaknya saja yang sekolah, jam segitu belum pulang. Lucas sangat ingat, dia hanya menyetubuhi istrinya 3 kali lalu jadilah Ezekiel dan sejak Rene mengandung Ezekiel bahkan sampai Ezekiel mau berusia 5 tahun, Lucas sudah tidak pernah lagi di berikan jatahnya.

Tapi karena sekarang, istrinya sudah dengan senang hati memberinya jatah, dia pun semakin semangat untuk pulang cepat. Tanpa peduli ada Lanie, Lucas mengecup bibir istrinya yang tengah duduk santai di ruang keluarga. "Lucas! Kamu sudah pulang?"

"Tentu, ayo ke kamar, sayang." Lucas membopong istrinya dan membawanya masuk ke dalam kamar, pria itu mengunci pintu, dia juga melepas bajunya hingga bertelanjang dada. "Sayang, ini vitamin penyubur kandungan untukmu."

Rene terdiam, "Untukku?"

"Iya, aku ingin anak kedua. Ezekiel sudah besar, sudah waktunya untuk dia punya Adik." Lucas tersenyum manis, berbeda dengan Rene yang kepalanya terasa begitu penuh dengan berbagai pemikiran.

"Lucas, apa tidak bisa menunggu Ezekiel berusia sepuluh tahun?"

"Kenapa, sayang? Kamu tidak mau punya anak dariku?"

"Bukan begitu!" Rene jadi serba salah, dia bukan tidak mau memiliki anak dari Lucas, tapi trauma di dimensi pertama, membuatnya takut untuk memiliki anak lagi.

"Sayang, ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Katakan padaku, karena kamu tidak boleh stres." Lucas berpikir keras, apa dirinya pernah melakukan kesalahan yang membuat istrinya ragu untuk hamil anaknya lagi? Dia mulai curiga padamu, ucapan Giorgio kembali berputar seperti kaset di kepalanya.

Benar, dirinya belum jujur perihal acara ulang tahun Walter Grup. Mungkin istrinya masih merasa di bohongi dan menganggap jika dirinya punya simpanan, dia pun mengusap pipi sang istri. "Sayang, bukan tanpa alasan aku tidak pernah membawamu ke acara apa pun itu." Kening Rene berkerut, kenapa tiba-tiba Lucas membicarakan tentang acara?

"Keluargaku memiliki ribuan musuh yang berkeliaran, mereka tahu kau istriku, jika aku membawamu ke acara, aku bisa lengah dan itu kesempatan bagus untuk mereka membunuhmu, kelemahanku. Maka dari itu, aku tidak pernah membawamu. Aku takut kamu terluka karena musuh keluargaku, sayang."

Rene hanya diam karena jujur, bingung harus menanggapi seperti apa. "Sayang, jangan diam saja. Aku tidak pernah memiliki simpanan apalagi berselingkuh dari dirimu! Mereka hanya wanita malang yang akan mati jika keluar dari gedung acara, hanya itu, sayang."

"Aku tidak masalah sekali pun kau memiliki simpanan, bagi pebisnis sepertimu, memiliki simpanan adalah hal biasa untuk mengurangi beban yang memusingkan."

"Sayang, aku tidak seperti itu!"

"Ya, vitaminnya akan aku minum."

***

Rene melamun dengan tatapan lurus ke kolam berenang, wanita itu berkali-kali mengembuskan napasnya berat. Dia ingin sekali mengingat kehidupannya di dimensi kedua tapi tidak ingin ingatannya di dimensi pertama lenyap, posisinya semakin serba salah. "Seorang wanita pemalas ternyata sudah ada di sini, dasar tidak tahu malu!"

Rene sedang malas berdebat, tapi Viona datang dan membuat suasana hatinya memburuk. "Kau, aku pecat!"

Mata Viona memelotot, dia menatap tajam Rene. "Kau bukan majikanku! Kau tidak punya hak memecatku!"

"Kau terlalu lancang, Viona. Aku membenci pelayan yang melupakan statusnya di sini," Rene berbalik badan dan pergi menuju kamar Viona, tentu saja di ikuti wanita itu yang terus menyumpah serapahi dirinya. "Pergi sekarang! Bawa semua sampah milikmu dari kediamanku! Aku muak melihat wajahmu!"

Perpindahan Dimensi Sang Penulis Where stories live. Discover now