62 - Dia Harus Menikah!

24.2K 1.9K 414
                                    

Ketika dia melangkah, semua karyawan langsung berdiri dan membungkuk hormat padanya. Lucas tidak melirik, dia hanya berjalan dengan pandangan lurus yang tampak dingin dan tajam. Memasuki ruangannya, Lucas duduk dengan malas-malasan di atas kursi kebesarannya. Hingga matanya tidak sengaja melihat figur foto di atas meja.

Dia pun mengambilnya, mengusap foto dirinya yang tengah menggendong Ezekiel bayi dengan mendiang istrinya yang berdiri di sampingnya, dia tersenyum, melihat mendiang istrinya memang seperti melihat Rene yang baru dia temui bahkan sekarang, tengah mengandung darah dagingnya.

"Sayang, ada wanita lain yang mengandung darah dagingku. Jika aku dan dia melakukan pemotretan seperti kita di dalam foto ini, bukankah akan tampak persis? Seperti satu foto yang menjadi dua padahal dalam dua kurun waktu berbeda. Sayang, apa kau baik-baik saja di sana?"

Lucas selalu merindukan mendiang istrinya, rasanya, tidak ada waktu untuk Lucas tidak merindukan mendiang istrinya. "Kau tahu, sayang? Aku bukan tidak ada niat untuk menikah lagi dan memberikan Ibu sambung untuk Ezekiel, aku hanya menunggu waktu yang tepat dan wanita yang tepat untuk aku nikahi. Yang aku nikahi, bukan hanya menjadi istriku tapi juga menjadi Ibu sambung terbaik untuk anak kita."

"Aku─"

Ceklek.

"Luc?"

Lucas menaruh kembali figur foto ke atas meja, dia mendongak, menatap seorang wanita yang begitu anggun mendekatinya. "Hm,"

"Aku dengar dari Ezekiel, kau bertemu dengan wanita yang akan kau nikahi?"

Lucas mengangguk, "Kenapa?"

"Kau yakin dia wanita yang baik? Luc, kau sendiri tahu, bagaimana wanita yang hanya mengincar hartamu. Aku hanya takut, dia tidak bisa menyayangi Ezekiel seperti mendiang Irene, kau, dan aku menyayanginya."

"Lanie, cukup ikut campur dalam hidupku. Aku yang menjalani semuanya, kau tidak perlu repot mengatur. Sekarang, silakan pergi."

Lanie mengepalkan tangannya dengan erat, "Luc! Aku hanya tidak ingin kau dan Ezekiel terluka!"

"Kami tidak akan pernah terluka, silakan pergi, Lanie."

Lanie mengangguk dan pergi dengan emosi di dada. Sedangkan Lucas setelah kepergian Lanie, tiba-tiba mengingat tentang Rene. Dia pun mengambil ponselnya dengan tujuan untuk menanyakan keadaan kandungan Rene.

"Luc! Please, help me."

Lucas membuka mulut untuk bicara tapi di dahului Rene yang langsung membuatnya terduduk tegak di kursi kebesarannya, "Ada apa? Kau di mana sekarang?"

"Meninggal ...."

"Siapa yang meninggal?! Kau di mana? Jawab aku!"

"Di jalan, Papa Viona meninggal. Enggak ada tiket, mau pulang, huwa!!!"

Lucas memijat pelipisnya sembari menghela napas pelan, dia kira Rene kenapa dan siapa yang meninggal. Astaga, dirinya hampir terkena serangan jantung, "Minta sopir taksi atau apa pun yang saat ini bersamamu, untuk mengantarmu ke gedung perusahaanku."

Di seberang sana Rene mengangguk meski Lucas tak mengetahuinya, dia pun menatap sopir di depannya. "Pak, bisakah tolong antarkan saya ke gedung perusahaan Lucas?"

Mendengar ucapan Rene, Lucas menahan senyum dan kekehannya.

"Perusahaan Lucas, Nyonya?"

"Oh ya lupa!" Di seberang sana, Rene menatap ponselnya yang masih terhubung dengan Lucas, "Perusahaan kamu apa namanya di sini?"

"Elguerro Enterprise," Lucas menjawab dengan bibir berkedut menahan senyum.

"Oh masih sama,"

"Masih sama?" Bibirnya yang hampir tersenyum mendadak di gantikan dengan kerutan kening.

Perpindahan Dimensi Sang Penulis Where stories live. Discover now