60 - Lucas Vs Ezekiel

25.3K 2K 422
                                    

"Tante, ini koper Tante. Waktu itu, Bibi pelayan tidak sengaja membawanya karena berpikir, jika itu koper punyaku terus juga butuh waktu untuk aku bisa membawanya ke Birmingham dan sangat-sangat takdir karena kita bertemu di Birmingham, bukankah seperti sudah di rencanakan dengan indah?"

Putranya, Ezekiel-nya, tetap sama. Sama-sama manis dan begitu lembut memperlakukan dirinya, Rene ingin sekali mengusap kepala Ezekiel, tapi dia sungkan dan takut membuat Ezekiel risih. Sebab Rene tahu, bagaimana Ezekiel yang tidak suka di sentuh oleh asing. Di sini, dirinya adalah orang asing untuk Ezekiel mau pun Lucas.

"Haha, kau bisa saja. Terima kasih ya untuk kopernya, oh ya, kamu mau minum apa?"

"Tidak usah repot-repot, Tante. Aku hanya datang untuk mengantar koper saja," dalam hati, Ezekiel membatin hal yang lain. Tahan aku, Mama. Tahan aku, jangan biarkan aku pulang dan menyesal karena sudah berbasa-basi seperti itu padamu. Batinnya tapi berbeda dengan apa yang dia ucapkan, "Aku sepertinya harus pulang."

"Baiklah, aku antar ke depan ya."

Ezekiel menjatuhkan bahunya dengan lesu, ternyata keberuntungan sedang tidak berpihak pada dirinya untuk hari ini. Dia pun mengangguk tidak bersemangat, "Aku akan keluar sendiri. Tante di sini saja,"

"Aku antar, ayo." Rene masih berat untuk menyebut dirinya sendiri sebagai Tante di hadapan Ezekiel yang bernotaben adalah anaknya di dimensi kedua.

Ketika keduanya sudah berdiri, seseorang datang. Rene pun berjalan untuk membuka pintu dan terkejut melihat kehadiran Lucas, hal sama di rasakan oleh Ezekiel. "Papa? Papa kenapa bisa di sini?!"

"Kamu yang kenapa malam-malam ada di sini?!"

Ezekiel meringis pelan, "Aku mengantar koper Tante ini yang tidak sengaja Bibi pelayan bawa karena menganggap jika koper Tante itu punyaku."

"Yakin?"

Lucas menatap putranya penuh selidik, dirinya mengenal bagaimana tabiat putranya yang tidak mudah dekat dengan orang asing kecuali .... Lucas dan Ezekiel seakan langsung terkoneksi, bocah itu pun mendekat, meminta Papanya membungkuk agar dia bisa berbisik. "Tante ini sangat mirip dengan Mama, aku mau Tante ini menjadi Mamaku."

Kan benar dugaan Lucas, putranya mau repot-repot pasti karena memiliki anggapan sama seperti dirinya. Rene terlalu persis untuk di bilang tidak sengaja memiliki kemiripan dengan mendiang istrinya sekaligus mendiang Ibu dari putra tampannya.

"Lucas, Ezekiel, kalian mau masuk atau tidak?"

"Mau!"

Keduanya bicara dengan kompak lalu saling pandang satu sama lain, "Papa kenapa ikut-ikutan aku sih?"

"Kamu yang ikut-ikutan Papa!"

"Papa tukang fotocopy!"

"Kamu kan anaknya tukang fotocopy!"

"Papa!!!"

"Apa??"

Rene menahan senyum melihat perdebatan keduanya, "Jadinya. Kalian mau masuk atau tidak?"

"Mau dong!"

Keduanya duduk berdampingan di sofa panjang, berharap satu sofa dengan Rene tapi mereka berdua yang malah satu sofa dan Rene yang duduk di sofa tunggal. "Sebentar, aku akan buatkan minuman dingin untuk kalian."

"Terima kasih, Mama!"

"Terima kasih, sayang!"

"Eh?!" Keduanya kembali saling pandang dengan membekap mulut masing-masing, melihat itu, senyum Rene pudar di gantikan perasaan sendu yang menyesakkan.

"M-maaf, Tante."

"M-maaf, Irene."

"Tidak masalah, sebentar ya."

Tidak masalah? Berarti aku boleh panggil Mama dengan sebutan Mama?

Tidak masalah? Berarti aku boleh panggil Irene dengan sebutan sayang?

Darah memang lebih kental dari air, buktinya, Lucas dan Ezekiel tanpa sadar selalu melakukan hal yang sama berbarengan bahkan membatin pun, mereka serupa. Sementara Rene, dia ke dapur untuk membuatkan minuman dingin tapi tertunda dengan dirinya yang menyentuh dadanya. Wanita itu menyalakan air di kran wastafel, mencuci tangannya lalu membasuh wajahnya.

"Duton, aku butuh kamu untuk menceritakan semuanya. Duton, kau tahu? Aku merindukan panggilan manis itu dari suami dan anakku tapi di sini, aku bukan istri untuk Lucas dan Ibu untuk anakku." Rene menarik napas panjang, mengembuskan perlahan hingga wajahnya berubah tegang saat ada sebuah tangan yang melingkari pinggangnya.

Tanpa menoleh, Rene sudah tahu siapa yang memeluknya. "Kita akan menikah setelah kau memastikan apa yang ingin kau pastikan, kita pasti akan menikah, percaya itu."

Apa Lucas mendengar semua ucapanku barusan? Jawabannya, tidak. Lucas hanya mendengar kata-kata terakhir yang Rene ucapkan tentang dirinya yang bukan istri Lucas dan Ibu untuk anaknya. "Lucas, di depan ada Ezekiel."

"Memangnya kenapa? Dia pasti tidak masalah melihat kedekatan kita,"

"Dia akan marah, akan menganggap jika aku merebut posisi Ibunya."

Lucas menumpukan dagunya di bahu Rene, membuat napasnya yang terhembus, mengenai ceruk leher jenjang Rene. "Kau pasti tahu, mendiang istriku sudah meninggal enam tahun lalu bahkan putraku sendiri yang menginginkan dirimu menjadi Ibunya. Aku hanya menunggu waktu untuk kamu siap aku nikahi, hanya itu."

Rene ingin bertanya banyak hal, tapi dia ragu karena mau bagaimana pun, di sini, mereka baru bertemu dari yang semula orang asing. Tapi Lucas peka apa yang Rene pikirkan, dia pun tersenyum sembari mengulurkan tangan untuk mematikan keran wastafel yang terus mengeluarkan air. "Mendiang istriku meninggal dalam kecelakaan mobil, mendiang istriku di temukan dalam kondisi yang sudah tidak di kenali ...."

".... Aku sudah menduda selama enam tahun, bukankah sudah waktunya untuk aku membuka hati dan memulai lembaran baru? Kau tidak perlu khawatir, kalian memiliki posisinya masing-masing dalam hatiku dan aku pastikan, posisinya di hatiku, tidak akan mengganggu posisimu di hatiku. Kalian adalah dua wanita yang sangat berarti untukku jika kau mau aku nikahi,"

"Jika aku tidak mau menikah denganmu?"

"Kau akan tetap menjadi wanita terbaik tapi bukan untukku, untuk anak kita."

Rene menyentuh punggung tangan Lucas yang ada di depan perutnya, "Apa mendiang istrimu benar-benar mirip denganku?"

"Persis, kalian seperti satu orang yang sama. Jika saja malam itu di kapal pesiar, bukan aku yang mengambil kesucianmu, aku pasti sudah berpikir jika kau adalah istriku dan wanita yang meninggal dalam kecelakaan, pasti wanita lain yang menggunakan mobil istriku. Sayangnya, aku mengetahui satu-satunya bukti perbedaan di antara kalian berdua."

Lucas membalikkan tubuh Rene, pria itu mengangkat Rene hingga duduk di meja dekat wastafel. "Siapa pun kau dan bagaimana pun latar belakangmu, kau tetap calon istriku dan calon Ibu dari anak-anakku. Aku akan sangat mencintai dirimu, sekarang, jika kau belum mau menikah denganku, biarkan aku memberikan perhatian untukmu dan anak kita yang ada di dalam kandunganmu."

"Lucas, apa kau selembut ini pada semua wanita?"

"Tidak, hanya pada dirimu, mendiang istriku, dan Mamaku."

Deg.

"Mamamu? Mama Louisa masih hidup?"

"Tentu saja Mamaku masih hidup, apa kau mengenal Mamaku?"

Rene terdiam, dia menutup mulutnya sendiri karena terkejut dengan fakta jika Mama Louisa yang di dimensi kedua telah meninggal, ternyata masih hidup di dimensi pertama.

***

Terima kasih untuk satu jutanyaa😍😍

Btw, maafkan aku, kemarin pulang kerja, langsung ujan gede, eh ketiduran dan ga sempet double up. Huhuhu, maafkan akuuu

Sekarang beneran nih, aku mau double up tapi 300 komentar yakk!!!🤩

Sampai jumpa!!

Perpindahan Dimensi Sang Penulis Where stories live. Discover now