39 - Memori Yang Hilang (1)

30.9K 2K 53
                                    

Bagian ini kilas balik akan memori Rene yang sempat hilang .... Entah tidak sengaja atau memang sengaja di hilangkan, mari kita lihat sama-sama.

***

Sayup-sayup obrolan beberapa suara menyapa gendang telinganya, Rene membuka perlahan kedua kelopak matanya dan hal pertama yang dirinya lihat adalah keramik berwarna putih, berbayang akan wajah-wajah yang membuat tubuhnya tersentak sejenak. Dengan pelan dia mengangkat pandangan, terpaku menatap seluruh wajah yang ada di hadapannya.

Mereka bukan orang asing tapi orang-orang yang telah pergi meninggalkannya namun hadir kembali dengan kecerahan dan senyum di wajah masing-masing, Rene semakin terkejut mendengar topik yang mereka bicarakan. "Aku tidak sabar menjadi besan dengan kalian,"

"Aku pun sama, Irana. Kita akan segera menjadi besan!"

Mama? Rene menatap sosok pria di sisi Mamanya, Papa? Rene ingat, Mamanya memiliki kelainan dalam mencintai tapi kenapa sekarang, tampak akur di sisi Papanya. Rene beralih menatap ke arah depan, kedua orang tua .... Lucas, mereka mertuanya tapi yang Rene ingat, Mama dari Lucas telah tiada tapi saat ini, beliau duduk dengan senyum yang sangat lembut.

Tuhan, wajahnya sangat mirip dengan Gio. Rene menatap sekeliling, ini kediaman utama Elguerro yang di tempati Bramasta, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Rene kembali melalui perpindahan dimensi? Tapi .... Kedatangan Lucas dengan tuxedonya, membuat Rene semakin terkejut. "Karena Lucas sudah datang, jadi kita mulai saja pembahasannya. Untuk pernikahan, lebih cepat lebih baik, bagaimana menurut kalian?"

"Benar! Lebih cepat lebih baik, Minggu depan saja bagaimana? Setuju? Lucas? Rene?"

Rene kebingungan tapi dirinya langsung menjawab dengan sigap dan yakin, "Setuju." Jawabnya sembari menatap Lucas yang juga menganggukkan kepala.

"Baik, karena keduanya sudah setuju maka pernikahan kalian akan di langsungkan Minggu depan. Oke, mari kita nikmati waktu sibuk, Irana!"

"Oke, mari kita sibuk-sibuk ria!"

Rene terpaku pada kebahagiaan yang terpancar di wajah Irana─ Ibu kandung Irene Jossi yang mencintai sesama jenis di masa depan atau mungkin, sekarang pun sudah terjadi. Dan Louisa─ Ibu kandung Lucas yang telah tiada ketika Rene berpindah dari dimensi satu ke dimensi kedua. Rene menatap bergantian kedua wanita yang sempat hilang posisinya di sisi seorang Rene mau pun Lucas.

"Lucas! Rene akan menjadi istrimu, kau wajib menjadikannya satu-satunya ratu dalam hidupmu! Jika kau menyakitinya, Mama akan sangat marah padamu!"

Lucas dengan tegas dan penuh keyakinan, mengangguk. "Aku tidak pernah mengecewakan Mama,"

"Ini baru anak Mama!"

Rene menatap lurus ke arah Lucas, melihat Lucas yang begitu menyayangi Ibunya, mengingatkan Rene pada Ezekiel yang juga sangat menyayangi dirinya. Apa ini .... Duton, kau memberi kesempatan untukku tahu tentang memori yang sempat hilang? Jika iya, aku sangat berterima kasih atas semua yang sudah kau lakukan untukku. Hal apa yang harus aku lakukan untuk membalas semua kebaikanmu?

Menjalani memori yang hilang, Rene seperti pengamat dalam raga tokoh yang memerankan. Rene menjadi dirinya di memori yang hilang dan bergerak atau pun bicara sesuai dengan yang sudah terjadi, Rene tidak bisa mengatakan kalimat lain karena kejadian saat ini sudah pernah terjadi dan tidak akan bisa di ubah. Rene hanya mengikuti apa yang akan dirinya lakukan sepanjang memori ini berjalan.

"Mama, Papa, Bibi, dan Paman, saya izin ke belakang sebentar."

"Pergilah, Luc."

Lucas tersenyum tipis sembari mengangguk, dia pun pergi meninggalkan ruang keluarga yang tak lama, Rene menyusulnya. Dirinya di dalam memori, pergi ke luar kediaman. Rene memasuki mobilnya, membuka dashboard dan mengambil sebuah kalung. Dirinya melepas bandul yang tertera dan membawa kalung tanpa bandul ke halaman belakang kediaman.

"Apa aku boleh duduk?"

"Tidak ada yang melarang, duduklah, Irene."

Rene tersenyum tipis dan duduk di samping Lucas, saat ini, keduanya belum memiliki hubungan apa pun. Rene cukup merasa lucu sebagai pengamat sebab di masa depan, mereka sudah menikah bahkan telah memiliki Ezekiel. Dan saat ini dirinya melakukan hal sesuai dengan alur memori yang sempat hilang. Meraih tangan Lucas dan mengambil cincin pertunangan yang tersemat di jarinya.

Lucas tentu saja menatap bingung ke arah Rene dan Rene turut menatapnya setelah memasang cincin ke dalam kalung, cincin yang Rene jadikan bandul kalung. "Aku tahu, musuhmu ada di mana-mana. Jika mereka melihatmu memakai cincin, mereka akan menjadikan aku kelemahanmu. Bukankah kata Tuan Bramasta, kau tidak di perkenankan memiliki kelemahan?"

Dengan sorot lembut, Lucas meraih kedua tangan Rene dan menggenggamnya erat. "Aku tidak peduli pada apa pun terutama ucapan pria tua itu, kau memang kelemahanku sebelum atau pun sesudah aku menikahimu Minggu depan. Jangan khawatir pada apa pun, karena kau tahu kemampuanku kan? Aku pasti bisa menjaga dirimu dengan nyawaku sendiri sebagai taruhannya,"

Dan Rene mengangkat satu tangannya dari dalam genggaman tangan Lucas, beralih menaruh satu tangannya di atas tangan Lucas yang menggenggam tangannya. "Dan aku akan sangat membencimu jika nyawa yang kau taruhkan untukku akan berakhir melayang saat setelah kau melindungiku dari serangan musuh. Lucas, aku ingin hidup bersamamu dan mati pun bersamamu. Kau tidak aku perkenankan untuk mati lebih dulu!"

Lucas menahan senyumnya, "Aku kira. Kau menerima pertunangan dan pernikahan ini hanya untuk kau jadikan pelampiasan,"

Dan Rene menggeleng tegas, "Tidak ada pelampiasan perihal cinta dalam hidupku. Jika kau yang menjadi tunangan bahkan menjadi suamiku Minggu depan, artinya, kau memang takdir untukku. Kau bukan pelampiasan setelah apa yang aku alami tentang cinta, tolong jangan memikirkan hal yang membuat hatiku mau pun hatimu terluka."

"Irene Jossi, aku sangat mencintaimu."

"Dan aku pun akan mencintaimu,"

"Akan?"

"Ya, akan. Sebab aku hanya akan mencintai suamiku, sosok yang benar-benar menjadi pendamping pertama dan terakhir dalam hidupku. Semoga,"

Rene terpana dengan percakapan antara dirinya dan Lucas di memori yang sempat hilang, dirinya dan Lucas begitu romantis. Tidak ada tanda-tanda jika keduanya berperang dingin atau menolak sebuah pernikahan, tapi kenapa memori ini malah hilang? Bukankah memori manis, harusnya terkenang? Rene jadi bingung sendiri kalau begini.

Dan Lucas memakai kalung yang Rene berikan, "Kalau begitu. Aku akan memakainya dan tidak akan pernah melepasnya,"

Rene tersenyum manis, "Kalung ini sangat cocok untukmu."

"Hm, sangat cocok karena kau yang membuatnya dan untuk cincin pernikahan kita, aku tidak akan pernah menyembunyikannya. Apalagi jika kau memiliki pikiran untuk menyembunyikan pernikahan kita,"

"Aku tidak pernah berniat menyembunyikan pernikahan kita dan memberi kesempatan untuk wanita lain menjadi perebut dalam rumah tangga kita. Aku cukup serakah soalnya,"

Lucas pun tertawa, "Ini baru gadisku."

Rene tersenyum sebagai pengamat, gadismu yang akan berubah menjadi wanitamu. Lucas, terima kasih karena telah mencintaiku di masa lalu mau pun masa depan.

***

Next?

Perpindahan Dimensi Sang Penulis Onde as histórias ganham vida. Descobre agora