22

3.5K 204 10
                                    

Mikaila menelungkupkan kepalanya di meja belajar,kepalanya sudah pusing memikirkan jawaban dari pr yang sedari tadi ia kerjakan,matanya menangkap jam yang menunjukkan pukul 8 lewat 15 menit.Dering pesan masuk mengalihkan perhatian Mikaila ia mengulurkan tangan mengambil handphone yang berada di pojok meja setelah melihat siapa yang mengirim pesan matanya langsung terbuka sempurna badannya menegak dengan jantung yang berdetak tak normal.Setelah menenangkan diri ia membaca pesan tersebut.

Kak Tiang🗼

Turun,aku dirumah kamu bawa makanan

Setelah membaca pesan dari Edgar,dengan langkah pelan ia berjalan menuju pintu kamar dan membuka dengan perlahan lalu menyembulkan kepalanya melihat situasi di luar,terdengar suara Reno dan teman temannya kemudian dengan hati hati tanpa menimbulkan suara ia berjalan menuju tangga untuk melihat orang orang tersebut,terlihat Reno,Galen dan Bara sedang bermain PS,keningnya mengernyit saat tak melihat Edgar disana.
"Ngapain?"suara berat terdengar disamping telinga Mikila membuat ia reflek langsung membalikkan badan.

"Auwhh,kak Edgar ngapain sih disitu?"tanya Mikaila kesal sembari mengelus jidatnya yang berhantuk dengan dagu Edgar.

"Ya kamu ngapain di sini"Edgar ikut mengelus jidat Mikaila yang sedikit memerah.

"Ya ya suka suka Ila dong,rumah rumah Ila"ucapnya gugup

"Udah deh males banget Ila liat kak Ed"sambung Mikaila hendak kembali ke kamar tetapi langsung di cegah Edgar dan lelaki itu menarik tangan Mikaila menuruni tangga.Kedatangan mereka mengalihkan perhatian ketiga lelaki tersebut.

"Degem,sini sini banyak makanan,liat nih donatanya gembul banget kayak pipi lo"ucap Galen memakan donat bertoping coklat tersebut.

Sedangkan Mikaila yang masih kesal tak menyahuti,setelah melepas tangan Edgar ia duduk di samping Reno dan merangkul lengan Abang nya.

"Kenapa?"tanya Reno masih fokus melihat Galen dan Bara yang bermain.

"Pr Ila belum siap,Ila pusing gak paham paham"rengek Mikaila pada Reno.

"Kok gk bilang sama abang?"tanya Reno yang kini memfokuskan diri pada sang adik.

"Yakan Ila pikir Ila bisa nyelesaiin sendiri Abang,ternyata gk bisa"Mikaila menjatuhkan kepalanya di bahu Reno dengan lesu.

Reno pun menyuruh Mikaila mengambil buku pr nya untuk dikerjakan bersama sama,dengan langkah dihentak disertai wajah putus asa Mikaila kembali ke kamar,melihat tingkah Mikaila Edgar terkekeh kecil sembari menatap punggung gadis itu sampai menghilang.

Senyum lelaki itu langsung memudar kala ia menyadari tatapan penuh selidik dari lelaki dihadapannya yang tak lain abang dari Mikaila,Reno Adison.

Edgar berdehem singkat menutupi kegugupannya kala Reno tak memutus tatapan penuh selidik itu darinya,kemudian ia berpura pura fokus melihat kedua sahabatnya yang bermain PS.

Dua jam berlalu akhirnya pr Mikila selesai setelah dikerjakan tiga pemuda sekaligus sedangkan sang pemilik tugas tersebut telah terlelap di sofa dengan selimut menutup tubuhnya hingga dada.

Reno,Edgar dan Bara menghela nafas lelah setelah mengerjakan tugas Mikaila yang ternyata cukup sulit, ingatkan mereka hanya laki laki yang cukup berandal dan tak sepenuhnya memperhatikan penjelasan guru.Sedangkan Galen sedari tadi hanya merebahkan tubuhnya sembari bermain handphone.

Setelah selesai mengerjakan tugas sekolah Mikaila mereka memutuskan pulang,bertepatan kedua orang tua Reno pulang dari berkunjung ke rumah nenek diluar kota merekapun sekalian berpamitan.

"Kok adek tidur di sofa No?"tanya mommy Ana melihat anak gadisnya terlelap.

"Anak mommy itu katanya mau ngerjain pr tapi akhirnya aku sama temen temen yang ngerjain,si pemilik pr malah udah tidur lelap!"jelas Reno menggelengkan kepala tak habis pikir dengan tingkah Mikaila yang selalu membuat naik darah.

Daddy Reno yang mendengar cerita dari anak laki lakinya terkekeh gemas,dengan iseng ia mengecupi pipi gembul Mikaila sampai sang empu terusik dan mengerjapkan matanya dan tak lama kembali tertidur yang membuat ketiga orang disana terkekeh kecil.

"Yaudah biar Daddy gendong adek ke kamar,mommy langsung ke kamar aja,kamu juga Ren"titah Daddy Reno,perlahan ia mengangkat tubuh Mikaila dan membawa ke kamar.

•••

Edgar memarkirkan motornya di garasi lalu ia melenggang memasuki rumah dan melihat pasangan suami istri yang sedang menonton televisi.

Saat melewati pasangan tersebut langkahnya terhenti kala lelaki paruh baya tersebut berbicara.
"Kamu itu sudah kelas 12,seharusnya kamu itu banyak belajar Ed,contoh adikmu Vano"

Edgar hanya memutar bola matanya malas lagi lagi ia mendengar kalimat tersebut yang membuat ia muak,iapun lanjut melenggang menuju kamar.

"Udah lah mas jangan suka membandingkan anak,mereka punya porsinya masing-masing, walaupun Edgar begitu dia juga masih masuk 10 besar"Jelas Starla ibunda Edgar mengelus bahu sang suami.

Edgar yang memang belum terlalu jauh mendengar pembelaan dari sang mama,ia menghela nafas dan tersenyum tipis,memang mamanya lah satu satunya harapan Edgar.

Edgar dan Vano memang saudara kandung tapi entah kenapa Dimas ayah mereka selalu membandingkan mereka berdua.
Saat akan membuka pintu kamar,pintu kamar disebelahnya juga terbuka dan keluarlah Vano dari kamarnya,Edgar menatap datar Vano yang berjalan menghampirinya.

"Buku lo,kata Bu Tati lengkapi buku catatan lo Minggu depan dikumpul"ucap Vano memberi buku catatan Edgar yang dititipkan guru padanya.

Edgar langsung menerima buku tersebut dan memasuki kamarnya meninggalkan Vano yang masih berdiri di depan kamarnya,sebelum pintu tertutup Vano berucap,
"Gue punya buku catatan lengkap sampai kelas 12 kalo Lo mau nyalin ambil aja di kamar gue"Lalu ia melenggang memasuki kamar.

Walupun Vano masih kelas 11,karena melihat Edgar yang selalu jadi sasaran ayah mereka membuat ia berinsiatif mempelajari materi kelas 12 agar ia bisa membantu Edgar jika abangnya tersebut membutuhkan bantuan tetapi sepertinya gengsi masih dominan pada diri mereka berdua.

Edgar masih terpaku di dalam kamarnya, sebenarnya ia masih tidak mengerti bagaimana hubungannya dengan sang adik,saat ayah mereka membandingkan dirinya dengan Vano membuat ia membenci akan kehadiran adiknya tersebut tetapi setelah dipikir-pikir Vano tak pernah mengambil kesempatan tersebut untuk membuat ia terlihat buruk dimata Dimas,malahan ia selalu membantunya tetapi karena gengsi, Edgar tak pernah menyambut baik uluran itu.

Setelah mendapat pencerahan Edgar sadar bahwa itu bukan kesalahan dari mereka tapi Dimas ayah mereka yang membuat perasaan tak nyaman ini hadir,walaupun ia tahu ayahnya Hanya ingin yang terbaik untuk dirinya tetapi dengan membandingkan anak satu dengan yang lainnya malah membuat salah satu dari mereka tersakiti.

TBC

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 30, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm Not Bocil Where stories live. Discover now