1

30.9K 2K 11
                                    

Awas typo!!

Beberapa saat yang lalu, Zia mendapatkan ingatan pemilik tubuh. Ternyata anak ini bernama ana. Yah tak apa lah Zia?ana? Ziana hehehe.

Mau ditubuh manapun namanya tetaplah Ziana.

Ternyata anak ini hidup sebatang kara. Di ingatannya hanya berisi kehidupan sehari-hari nya yang sengsara. Bahkan tempat tinggal pun ia tak memilikinya. Ketika malam tiba ia akan ke kolong jembatan untuk tidur dengan beralaskan kardus bersama pengemis ataupun pemulung lainnya.

"Haih. Yang benar saja!! ini justru lebih parah daripada kehidupan asliku. Hihhhhhhh kesalnya diriku" kesal Zia sambil meremas botol plastik di tangannya

Mengesampingkan rasa malu Zia segera mencari botol bekas kemudian di isi pasir.

Ya benar, Zia ingin mengamen. Saat ini tidak penting lagi untuk merasa malu. Yang terpenting mencari uang untuk membeli makan. Sungguh... perutnya sangat lapar.

"Tidak ada waktu untuk merasa malu Zia. Malu mu tidak akan membuat perutmu kenyang. Setidaknya kau tidak perlu memikirkan hutang lagi saat ini" ucapnya memberi semangat kepada diri sendiri.

Tak menunggu waktu lama Zia segera menuju lampu merah untuk mengamen. Walaupun masih sedikit merasa malu, namun ketika memikirkan rasa laparnya, Zia membulatkan tekadnya untuk terus mengamen.

Dapat ia lihat banyak anak-anak seperti dirinya juga di lampu merah, entah mengemis, mengamen ataupun berjualan sesuatu. Dapat ia lihat juga di ujung-ujung jalan terdapat beberapa preman.

Jika ini seperti yang di pikirannya, maka preman-preman tersebut sedang mengawasi anak-anak disini. Seperti yang pernah di dengarnya dulu, jika anak-anak jalanan memiliki orang-orang yang mengarahkan mereka. Dalam kata lain anak-anak ini di tangkap kemudian bekerja untuk para preman ini.

'aku harus hati-hati hidup di jalanan ini. Jangan sampai sudah jadi pemulung, tapi juga di tangkap oleh preman-preman itu. Aku tidak Sudi hidup seumur hidup menjadi anak jalanan di bawah pengawasan preman' batin Zia

Setelah mengamen ke sana ke mari selama beberapa jam. Zia segera mencari tempat yang aman untuk menghitung penghasilannya.

Memasuki kamar mandi umum Zia segera menghitung uang yang di dapatnya

"Lumayan. Walaupun hanya 20rb tapi ini cukup untuk membeli makan nanti"

Tak menunggu waktu lama Zia segera menjauh dari area tersebut. Setelah memastikan tidak ada yang mengikutinya ia segera bernafas lega.

Sambil menelusuri jalan, Zia mengumpulkan botol-botol bekas di bak sampah ataupun kardus bekas. Lumayan untuk dijual ke pengepul.

"Tak apalah hidup seperti ini, setidaknya setiap hari aku hanya akan memikirkan cara mencari uang untuk makan. Tidak harus seperti dulu yang selalu di teror untuk membayar hutang. Meskipun hidup seperti ini juga tidak menjamin keamanan ku" ucapnya sambil memungut botol-botol bekas.

Setelah merasa barang yang di dapatnya lumayan banyak, ia segera menuju tempat biasa pemilik tubuh menjual botol-botol bekas ini.

Walaupun hanya mendapatkan uang 9ribu namun tidak Masalah. Lumayan lah untuk membeli makanan nanti.

Melihat uang di sakunya ada 29rb, Zia merasa puas. Tak terasa waktu mulai sore, Ia benar-benar melupakan rasa laparnya ketika memikirkan mencari uang.

Segera, Zia menuju warteg terdekat. Membeli satu porsi makanan seharga 10rb, yang berisi nasi putih dan telur goreng juga sedikit sayur. Pemiliknya juga memberikan satu bungkus kerupuk. Sepertinya kasihan melihat penampilan tubuh ini. Namun tak apa, yang penting sekarang adalah segera makan.

Perutnya saat ini benar-benar butuh asupan nasi. Walaupun sayang mengeluarkan uang hanya untuk seporsi makanan ini, namun apa boleh buat, ia sudah sangat lapar.

Zia juga berpikir dengan tubuh ini yang tidak memiliki rumah, sangat tidak mungkin untuk memasak sendiri saat ini.

Setelah menyelesaikan makannya, Zia segera berjalan menuju kolong jembatan tempatnya biasa tidur

"Kenapa ini tidak seperi novel transmigrasi yang kubaca? Kebanyakan dari mereka, meskipun jadi pengemis atau pemulung, namun di temani sistem. Tapi kenapa diriku tidak? Yang benar saja! Dunia sungguh tidak adil untuk ku" gumamnya sepanjang jalan menuju kolong jembatan.

Sebelum menuju jembatan Zia mampir dulu ke mushola yang di lewatinya untuk menumpang mandi.

Tubuh nya sangat lengket dan bau. Ia tau bajunya pun sangat kotor namun yang pntng mandi dulu sajalah. Agar tubuh bisa segar.

******

Malam menjelang Zia sudah Sampai di jembatan tempat pemilik tubuh ini bernaung selama ini.

Berjalan menuju tempat biasa ia beristirahat Zia segera mengistirahatkan dirinya.

Sungguh, ia masih sangat belum terbiasa dengan keadaan ini. Berkumpul di tempat dengan banyak orang yang berbeda-beda, yang entah memiliki niat jahat atau tidak.

Untuk dirinya yang terbiasa tidur dalam keheningan, ini sungguh membuatnya sengsara.

Ia harus segera memikirkan cara untuk merubah kehidupannya. Setidaknya, tidak harus hidup di bawah kolong jembatan selamanya.

'Yasudahlah, mari pikirkan ini besok saja, sekarang kita tidur dulu' batinnya sebelum terlelap dalam tidur

Mungkin karna tubuhnya yg sangat kelelahan ia mengabaikan tempat dimana ia tidur.

TBC ~
👇Vote

Ziana Second Life  Donde viven las historias. Descúbrelo ahora